tirto.id - Ratusan warga Pakistan terpisah dari pasangannya yang merupakan etnis Uighur. Mereka diduga ditahan otoritas Cina di kamp tahanan Xinjiang di barat Cina.
Chaudhry Javed Atta salah satu pengusaha asal Pakistan mengaku sudah satu tahun tak bertemu sang istri, Amina Manaji yang seorang Uighur.
Mengutip SCMP, Atta bercerita tahun lalu ia pergi meninggalkan rumah mereka di Xinjiang untuk memperbarui visa.
Sebelum pergi, Amina mengatakan kepada Atta, "Setelah kamu pergi, mereka akan membawa aku ke kamp dan aku tak akan kembali."
Menurut pengakuan Atta, itu adalah kalimat terakhir yang ia dengar dari mulut sang istri.
"Mereka menyebut mereka bersekolah, tetapi mereka sebenarnya di penjara," kata Atta. "Mereka tidak bisa pergi ke mana-mana."
Mengutip Independent, kelompok HAM menyatakan terdapat lebih dari satu juta etnis Uighur, Kazakhs dan minoritas lainnya di tahan otoritas Cina. Mereka ditahan secara sewenang-wenang di wilayah Xinjiang barat.
Uighur atau bisa juga disebut Uygur atau Uyghur merupakan orang berbahasa Turki di pedalaman Asia. Kaum Uighur sebagian besar di Cina barat laut, di Wilayah Xinjiang.
Etnis Uighur di Cina diperkirakan mencapai sekitar 10.000.000 orang dan setidaknya terdapat 300.000 di Uzbekistan, Kazakhstan, dan Kyrgyzstan, menurut Britannica.
Bagi Atta, penahanan Muslim Uighur oleh otoritas Cina tak hanya memisahkan dia dan istrinya tetapi juga dua putra mereka, yang berusia lima dan tujuh tahun.
Atta dua kali kembali ke Cina dalam beberapa bulan terakhir tetapi kedua kali visanya berakhir dan dia harus kembali ke Pakistan. Karena paspor dua anaknya di tahan pihak Cina maka anak-anaknya kini dirawat oleh keluarga dari istrinya.
Pakistan "Diam" Soal Muslim Uighur
Pakistan merupakan negara yang keras dalam membela kaum Muslim di seluruh dunia. Misalnya soal kartun bergambang Nabi Muhammad.
Selain itu, pada 1989, protes pecah di Pakistan terkait fatwa Ayatollah Ruhollah Khomeini dari Iran terhadap penulis Salman Rushdie terkait bukunya Sanatic Verses.
Namun menanggapi diskriminasi Muslim Uighur di Cina, Pakistan tampaknya cukup berhati-hati dalam mengambil keputusan.
Mengutip SCMP, faktor politik dan ekonomi termasuk kekhawatiran akan kehilangan investasi Cina yang besar membuat Pakistan "diam."
"Kepentingan selalu mewarnai hubungan internasional," ujar Michael Kugelman, wakil direktur program Asia di Wilson Center yang berbasis di Washington.
“Kesenyapan yang memilukan dunia Muslim tentang perlakuan Cina terhadap Muslim dapat dikaitkan dengan minat yang kuat dalam mempertahankan hubungan dekat dengan 'calon' negara adidaya itu."
Cina membiayai proyek-proyek pembangunan besar di Pakistan. Proyek itu mencapai 75 miliar dolar AS yang dikenal sebagai Koridor Ekonomi Cina-Pakistan yang merupakan bagian dari upaya untuk merekonstruksi Jalan Sutra bersejarah yang menghubungkan Cina ke seluruh pelosok Asia.
Proyek pembangunan Cina itu diklaim dapat membawa kemakmuran baru ke Pakistan, di mana warga rata-rata hidup warga setempat hanya 125 dolar AS per bulan.
Editor: Yantina Debora