tirto.id - Pacaran menjadi tren dalam lingkungan masyarakat. Bukan hanya orang dewasa, anak-anak di usia muda banyak yang sudah mulai berpacaran.
Ketika menggunakan kata kunci pacaran remaja di pencarian google, maka akan ditemukan banyak berita, tulisan, gambar dan video tentang anak remaja yang berpacaran.
Dengan alasan apapun, pacaran pada usia remaja sudah menjadi hal yang lumrah di kehidupan bermasyarakat.
Namun, salah satu penelitian dilakukan untuk meneliti apakah remaja yang tidak berpacaran bisa memiliki hubungan sosial yang baik dan apa saja dampaknya pada kesehatan mental anak?
Dilansir dari Psychology Today, sebuah penelitian dilakukan oleh Brooke Douglas, seorang mahasiswa doktoral di College of Public Health UGA dan profesor promosi kesehatan dan perilaku, Pamela Orpinas.
Penelitian tersebut melibatkan 594 siswa sekolah menengah atas di Georgia dari tahun 2003 sampai 2009 dengan mengikuti siswa-siswi untuk melacak pola berpacarannya.
Kemudian para remaja dikategorikan dalam empat kategori berdasarkan data pacaran:
- Kategori rendah untuk remaja yang baru memiliki pacar atau rata-rata hanya satu pacar dalam tujuh tahun
- Kategori meningkat untuk remaja yang berpacaran rata-rata tiga kali lebih sering seiring bertambahnya usia
- Kategori menengah atas untuk yang berpacaran rata-rata empat sampai lima kali
- Kategori sering untuk yang berpacaran enam kali
Selain itu, walaupun siapa saja bisa mengalami depresi, tapi remaja yang tidak berpacaran atau memiliki pengalaman pacaran yang rendah, memiliki tingkat depresi yang rendah.
Penelitian ini juga membuktikan bahwa tidak berpacaran pun, seorang remaja akan tetap memiliki hubungan sosial yang baik dan tidak berpacaran pada usia remaja adalah pilihan yang baik untuk perkembangan mental dan kesehatan remaja itu sendiri.
Douglas menyatakan, hubungan romantis itu rumit dan seringkali berumur pendek. Putus merupakan salah satu alasan utama bunuh diri pada usia remaja.
Penulis: Irene Aprilya Meok
Editor: Dhita Koesno