tirto.id - Nukman Lutfie, salah satu pakar media sosial di Indonesia, meninggal dunia di Yogyakarta pada Sabtu malam kemarin (12/1/2019). Nukman, yang meninggal di usia 54 tahun, dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Grabag, Kendal, Jawa Tengah pada hari ini.
Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko menyatakan berduka atas kepergian Nukman. Menurut dia, semasa hidupnya, Nukman mendedikasikan diri agar ruang publik, termasuk internet, di Indonesia menjadi lebih baik.
Moeldoko menilai pandangan Nukman tentang fenomena media—terutama media sosial (medsos)— selalu jernih dan mencerahkan.
"Kami sangat kehilangan salah satu tokoh yang giat memperjuangkan dunia media sosial menjadi lebih baik" kata Moeldoko dalam keterangan tertulisnya pada Minggu (13/1/2019).
Misalnya, di masa hidupnya, Nukman menyebut media sosial sebagai jendela kecil untuk menafsir siapa kita. Oleh karena itu, ia meminta agar medsos dirawat demi masa depan yang lebih baik.
Pernyataan itu, kata Moeldoko, begitu mengena saat media sosial kerap dipakai menyebar berita bohong (hoaks), terutama ketika tahun politik seperti saat ini.
"Seperti ajakan almarhum, mari gunakan media sosial secara bertanggungjawab," kata Moeldoko. "Kalau kebohongan yang kita sebar, maka wajah kita itu bisa ditafsirkan sebagai tukang bohong."
Nukman meninggal dunia setelah terserang stroke. Dia sempat dirawat di Rumah Sakit Bethesda, Yogyakarta sebelum tutup usia.
Alumnus jurusan Teknik Nuklir UGM angkatan 1984 ini sempat menjadi jurnalis di sejumlah media cetak sebelum menekuni bidang internet dan media sosial.
Saat internet belum populer di Indonesia pada 1990-an, Nukman bergabung dengan Agrakom, perusahaan yang melahirkan situs berita detik.com. Nukman sempat ditunjuk menjabat Direktur Pemasaran detik.com di masa awal perkembangan situs berita ini.
Setelah keluar dari Agrakom, Nukman mendirikan perusahaan Virtual Consulting serta kerap menjadi pembicara dalam acara-acara bertema internet di Indonesia.
Di banyak forum, Nukman rajin mengajak masyarakat menyebar konten-konten positif di media sosial sebagai cara melawan konten negatif. Dia juga kerap membagi pemikirannya soal cara memanfaatkan media sosial secara tepat dan etika dalam menggunakan teknologi ini.
Editor: Addi M Idhom