tirto.id - Niat puasa Idul Adha Tarwiyah dan Arafah sedikit berbeda. Puasa Tarwiyah adalah puasa sunnah yang dilakukan pada tanggal 8 Dzulhijah, sedangkan puasa Arafah merupakan puasa sunnah yang dilakukan tanggal 9 Dzulhijah.
Keutamaan melakukan puasa dua hari sebelum hari raya Idul Adha atau hari raya qurban tersebut sangat besar. Hukumnya adalah sunnah muakkad yang artinya sangat dianjurkan, laman zakat.or.id melansir.
Tarwiyah memiliki makna ‘proses berpikir’ dalam bahasa Arab. Menurut sejarahnya, pada saat Nabi Ibrahim ‘alaihissalam mimpi diperintahkan untuk mengorbankan putranya Nabi Ismail, beliau berfikir dan mempertimbangkan hal tersebut sebelum memutuskan untuk melaksanakan perintah Allah Subhanahu wata’ala tersebut.
Sedangkan tanggal 9 Dzulhijah adalah masa bagi jamaah haji melaksanakan wuquf di Padang Arafah. Kaum muslimin yang tidak ikut menjalankan ibadah haji dianjurkan untuk melakukan Puasa Arafah.
Dalil Puasa Tarwiyah dan Puasa Arafah
Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam mengajarkan kepada para sahabatnya tentang keutamaan melakukan dua puasa sunnah tersebut yang sangat besar. Dalam sebuah hadis disebutkan, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“Puasa satu hari Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah), aku berharap kepada Allah, Dia akan menghapuskan (dosa) satu tahun sebelumnya dan satu tahun setelahnya. Puasa hari ‘Asyura’ (tanggal 10 Muharram), aku berharap kepada Allah, Dia akan menghapuskan (dosa) satu tahun sebelumnya.”(HR. Muslim, no 1162).
Hadis lain yang diriwayatkan oleh Ibnu An-Najjar dan Abdullah bin Abbas bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Puasa di hari Tarwiyah (8 Zulhijah) akan mengampuni dosa setahun yang lalu. Sedangkan puasa hari Arafah (9 Zulhijah) akan mengampuni dosa dua tahun," (H.R. Tirmidzi).
Niat Puasa Tarwiyah 8 Dzulhijah
Laman Islam.nu.or.id menulis, melafazkan niat puasa dianjurkan dilakukan pada malam hari atau sebelum sahur, sebelum azan subuh berkumandang. Adapun niat Puasa Tarwiyah adalah seperti berikut ini:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ يَوْمِ التَّرْوِيَةِ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i sunnati yaumit tarwiyah lillâhi ta‘ālā.
Artinya:
“Aku berniat puasa sunnah Tarwiyah esok hari karena Allah SWT.”
Niat Puasa Arafah 9 Dzulhijah
نويتُ صومَ عرفة سُنّةً لل تعالى
“Nawaitu shouma arafata sunnatan lillahi ta’ala.”
Artinya:
“Saya berniat puasa sunah Arafah karena Allah ta’ala.”
Kaum muslimin yang hendak menambah amal sholeh dan mencari ridho Allah maka disarankan memperbanyak ibadah pada 10 hari pertama Dzulhijah sebelum Idul Adha. Berikut hadis yang menegaskan hal tersebut:
“Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah).” Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun.”(HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah. Hadits senada juga diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ahmad).
Makna Hari Raya Idul Adha
Hari raya Idul Adha kerap disebut pula sebagai hari raya kurban. Pada 10 Zulhijah, dimulai sunah penyembelihan hewan kurban, yang bisa dilakukan juga pada tiga hari tasyrik: 11-13 Zulhijah.
Kurban merupakan salah satu ibadah dalam Islam yang hukumnya sunah muakadah. Artinya, ini ibadah sangat ditekankan pengerjaannya, atau amat dianjurkan untuk dijalankan. Ketentuan soal ibadah kurban ini termaktub dalam firman Allah SWT dalam surah Al Hajj:
"Dan bagi setiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan [kurban], agar mereka menyebut nama Allah atas rezeki yang dikaruniakan Allah kepada mereka berupa hewan ternak. Maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan sampaikanlah [Muhammad] kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh [kepada Allah]," (Q.S. Al-Hajj [22]: 34).
Saking ditekankannya, Nabi Muhammad SAW memberi peringatan kepada orang-orang yang punya harta berlebih, tetapi enggan berkurban. Hal tersebut tergambar dalam hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah RA, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Barang siapa yang memiliki kelapangan [harta], sedangkan ia tidak berkurban, janganlah dekat-dekat mushala kami," (H.R. Ahmad, Ibnu Majah, dan Hakim).
Ibadah kurban merupakan salah satu ibadah tertua dalam ajaran Islam. Perintahnya dapat ditarik dari keteguhan Nabi Ibrahim AS ketika menerma perintah dari Allah SAW untuk menyembelih anak kesayangannya, Ismail. Karena ketaatannya kepada Allah SWT, Nabi Ibrahim tetap melaksanakan perintah itu, kendati menyalahi kasih sayang seorang ayah kepada putranya. Atas kemurahan Allah SWT, penyembelihan Nabi Ismail kemudian dibatalkan dan diganti dengan kurban kambing.
Penulis: Cicik Novita
Editor: Yulaika Ramadhani