tirto.id - Pelaksanaan shalat ied dibersamai dengan rangkaian amalan sunah, dan salah satu sunah yang dilaksanakan sebelum salat ied adalah mandi.
Dijelaskan oleh Imam al-Ghazali dalam risalahnya berjudul al-Adab fid Din dalam Majmu'ah Rasail al-Imam al-Ghazali (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, t.th., halaman 437):
“Mandi pagi di hari itu (Hari 'ied).”
Yang dimaksud mandi di sini bukanlah mandi biasa, tetapi mandi di pagi hari dengan mengguyur seluruh tubuh dan anggota badan, yakni dari rambut di kepala hingga telapak kaki dengan air.
Niat Mandi Idul Adha dan Waktu Pelaksanaan
Niat pelaksanaan mandi sebelum salat ied dapat dinyatakan dengan membaca basmalah kemudian melaksanakan amalan sunah tersebut.
Berikut niat mandi Idul Adha:
نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِيَوْمِ عِيْدِ الْاَضْحَى ِ سُنَّةً ِللهِ تَعَالَى
Nawaitul ghusla liyaumi 'iidil Adha sumbatan Lillahi Ta'aalaa.
Artinya: Saya niat mandi pada hari Raya Idul Adha Sunnah karena Allah Taala
Sementara itu, dilansir dari laman NU Online, waktu pelaksanaan mandi sebelum salat ied secara lebih rinci disebutkan oleh Imam al-Ghazali di atas.
Pelaksanaan waktunya bisa dilakukan mulai tengah malam hingga sebelum/setelah salat subuh atau sebelum melaksanakan salat Idul Adha.
Amalan Sunah Shalat Idul Adha
Selain amalan sunah berupa mandi, ada pula amalan-amalan sunah salat Idul Adha yang dituntunkan dalam agama Islam.
Berikut adalah amalan sunah salat Idul Adha yang bisa dilakukan:
1. Mengumandangkan Takbir
Mengumandangkan takbir di masjid-masjid, musala dan rumah-rumah pada malam hari raya, dimulai dari terbenamnya matahari sampai imam naik ke mimbar untuk berkhotbah pada hari raya dan sampai hari terakhir tanggal 13 Dzulhijjah pada hari tasyriq.
Pada malam tersebut kita dianjurkan untuk mengagungkan, memuliakan dan menghidupkannnya. Anjuran ini sebagaimana terdapat dalam kitab Raudlatut Thalibin:
"Disunahkan mengumandangkan takbir pada malam hari raya mulai terbenamnya matahari, dan sangat disunahkan juga menghidupkan malam hari raya tersebut dengan beribadah."
Sebagian ulama ahli fiqih ada yang memberi keterangan tentang beribadah di malam hari raya, yaitu dengan melaksanakan salat Maghrib dan Isya berjamaah, sampai dengan melaksanakan salat subuh berjamaah.
2. Memakai Wewangian
Sebelum salat Ied, umat Islam disunahkan memakai wangi-wangian, memotong rambut, memotong kuku, menghilangkan bau-bau yang tidak enak agar dapat memeroleh keutamaan hari raya.
Pada hakikatnya hal-hal tersebut boleh dilakukan kapan saja ketika dalam kondisi yang memungkinkan.
Amalan tersebut tidak harus menunggu datangnya hari raya, misalnya saja seminggu sekali saat hendak melaksanakan salat Jumat.
Dalam kitab Al-Majmu’ Syarhul Muhaddzab terdapat keterangan mengenai amalan sunah ini:
"Disunnahkan pada hari raya Id membersihkan anggota badan dengn memotong rambut, memotong kuku, menghilangkan bau badan yang tidak enak, karena amalan tersebut sebagaimana dilaksanakan pada hari Jumat, dan disunnahkan juga memakai wangi-wangian."
3. Memakai Pakaian yang Baik
Umat Islam disunahkan mengenakan pakaian yang baik, bersih dan suci jika memilikinya. Apabila tidak memilikinya, maka cukup memakai pakaian yang bersih dan suci.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Rasulullah SAW di hari raya Id memakai Burda Hibarah (pakaian yang indah berasal dari yaman)." (HR. Ibnu Abbas)
4. Berjalan Kaki
Ketika hendak peri ke lokasi salat ied, dianjurkan untuk berjalan kaki karena hal itu lebih utama. Bagi para orang yang telah berumur dan orang yang tidak mampu berjalan, maka diperkenankan berangkat berkendara.
Saat berjalan kaki, orang-orang akan saling bertegur sapa mengucapkan salam dan bisa bermushafahah (bersalam-salaman) sesama kaum muslimin. Sebagaimana sabda Nabi SAW riwayat dari Ibnu Umar:
"Rasulullah SAW berangkat untuk melaksanakan shalat ‘ied dengan berjalan kaki, begitupun ketika pulang tempat shalat ‘ied."
Dianjutkan pula berangkat lebih awal supaya mendapatkan shaf atau barisan depan, sembari menunggu salat ied dilaksanakan bisa bertakbir secara bersama-sama di masjid dengan para jamaah yang telah hadir.
5. Makan Setelah Shalat
Disunahkan makan setelah selesai melaksanakan salat ied pada Hari Raya Idul Adha. Hal ini berbeda dengan pelaksanaan salat ied pada Hari Raya Idul Fitri yang disunahkan makan sebelum melaksanakan shalat ied.
Diriwayatkan dari Sahabat Buraidah RA, bahwa Nabi SAW tidak keluar pada hari raya Idul Fitri sampai beliau makan dan pada hari raya Idul Adha sehingga beliau kembali ke rumah.
Diriwayatkan juga dari Sahabat Anas RA:
“Rasulullah SAW tidak keluar pada hari raya Idul Fitri sampai beliau makan beberapa kurma yang jumlahnya ganjil.”
Penulis: Nurul Azizah
Editor: Dhita Koesno