Menuju konten utama
Khotbah Jumat

Naskah Khutbah Jumat Hari Santri & Semangat Memupuk Cinta Tanah Air

Naskah khutbah Jumat tentang Hari Santri dan bagaimana cara memupuk semangat untuk terus mencintai Tanah Air.

Naskah Khutbah Jumat Hari Santri & Semangat Memupuk Cinta Tanah Air
Ilustrasi KH Hasyim Asy'ari. tirto.id/Sabit

tirto.id - Bismillaahirrahmaanirrahiim..

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

اَلْحَمْدُ للهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ،

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Pada Jumat pekan ini, alhamdulillah kita dapat bertemu kembali di majelis yang berbahagia dan hari ini bertepatan dengan Hari Santri, 22 Oktober 2021.

Berbicara tentang Hari Santri Nasional, hal ini tentu tidak terlepas dari peristiwa bersejarah seorang pahlawan nasional, yakni KH. Hasyim Asy'ari yang menyerukan perintah kepada umat Islam untuk perang (jihad) melawan penjajah yang ingin menguasai Tanah Air setelah Proklamasi kemerdekaan.

Peristiwa tersebut terjadi pada 22 Oktober 1945 silam. Karenanya naskah khotbah Jumat kali ini pun akan membahas bagaimana kita sebagai umat Islam dapat terus memupuk rasa nasionalisme dan semangat mencintai Indonesia.

Naskah Khotbah Jumat

22 Oktober 1945 dianggap sebagai resolusi jihad di mana santri dan ulama bersatu serta berkorban untuk mempertahankan Indonesia.

Kemerdekaan Indonesia saat ini yang kita peroleh menjadi salah satu nikmat yang Allah berikan dan kita juga jangan sampai melupakan perjuangan para pejuang, ulama, kiai dan para santri yang berkontribusi di dalamnya.

Selalu bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat kemerdekaan yang diperoleh menjadi satu keharusan dan jangan sampai pula kita menjadi seorang yang kufur nikmat.

Seperti disebutkan dalam firman Allah SWT:

وَاِذۡ تَاَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَٮِٕنۡ شَكَرۡتُمۡ لَاَزِيۡدَنَّـكُمۡ‌ وَلَٮِٕنۡ كَفَرۡتُمۡ اِنَّ عَذَابِىۡ لَشَدِيۡدٌ‏

Wa iz ta azzana Rabbukum la'in shakartum la aziidannakum wa la'in kafartum inn'azaabii lashadiid

Artinya: "Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat." (QS. Ibrahim: 7)

Dari ayat di atas, jelas disebutkan apabila kita selalu bersyukur maka Allah pun akan menambahkan nikmatnya, tetapi bila kita tidak mengakui atau mengingkari nikmat itu, maka ada azab yang akan diterima, naudzubillaahi min dzaalik.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Peringatan Hari Santri Nasional ini telah ditetapkan oleh Presiden Jokowi pada tanggal 15 Oktober 2015 di Masjid Istiqlal Jakarta melalui Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 22 Tahun 2015.

Berbicara sedikit sejarahnya seperti dikutip dari situs NU Online, Hari Santri merupakan supremasi perjuangan para santri dan ulama pesantren dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Saat itu Netherlands Indies Civil Administration (NICA) membonceng tentara Sekutu (Inggris) yang hendak kembali menduduki Indonesia dalam Agresi Militer Belanda II pasca-kekalahan Jepang oleh Sekutu setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan.

Hal ini menunjukkan bahwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 bukanlah akhir perjuangan.

Justru perjuangan makin tidak mudah ketika bangsa Indonesia harus menegakkan kemerdekaan karena upaya kolonialisme masih tetap ada.

Ulama pesantren sudah melakukan antisipasi jika sewaktu-waktu terjadi perang senjata saat Jepang menyerah kepada Sekutu.

Benar saja, setelah Proklamasi Kemerdekaan, terjadi Agresi Militer Belanda kedua yang puncaknya adalah berupa pertempuran di Surabaya pada 10 November 1945 yang kita peringati sebagai Hari Pahlawan.

Peperangan melawan agresi militer ini merupakan dari pencetusan Fatwa Resolusi Jihad NU oleh KH Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945. Dan di atas tadi sudah disinggung juga sedikit.

Resolusi Jihad ini menggerakkan seluruh elemen bangsa untuk mempertahankan kemerdekaan dari Agresi Militer Belanda ini.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Dari sejarah ini kita juga bisa mengambil hikmah bahwa agama dan nasionalisme bisa saling memperkuat dalam membangun bangsa dan negara.

Dua unsur ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Agama Islam memerlukan tanah air sebagai lahan dakwah dan menyebarkan agama, sedangkan tanah air memerlukan siraman-siraman nilai-nilai agama agar tidak tandus dan kering.

Agama tanpa nasionalisme akan menjadi ekstrem. Sedangkan nasionalisme tanpa agama akan kering.

Ulama menegaskan:

حُبُّ الْوَطَن مِنَ اْلِايْمَان

Habbul wathona minal iimaan

Artinya: “Nasionalisme adalah sebagian dari iman”.

Kemudian di era kemerdekaan saat ini, perjuangan yang harus kita lakukan tentu berbeda dengan saat merebut kemerdekaan.

Saat ini, cinta tanah air dapat diwujudkan melalui belajar tekun, menjaga lingkungan, saling menghormati dan menghargai sesama meskipun berbeda keyakinan.

Kita juga bisa mengisi kemerdekaan dengan belajar agama kepada kiai atau ulama secara mendalam, dan berusaha agar keberadaaanya mendatangkan manfaat untuk masyarakat, bangsa, dan negara.

Terkait cinta tanah air, Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

وَلَوۡ اَنَّا كَتَبۡنَا عَلَيۡهِمۡ اَنِ اقۡتُلُوۡۤا اَنۡفُسَكُمۡ اَوِ اخۡرُجُوۡا مِنۡ دِيَارِكُمۡ مَّا فَعَلُوۡهُ اِلَّا قَلِيۡلٌ مِّنۡهُمۡ‌ ؕ وَلَوۡ اَنَّهُمۡ فَعَلُوۡا مَا يُوۡعَظُوۡنَ بِهٖ لَـكَانَ خَيۡرًا لَّهُمۡ وَاَشَدَّ تَثۡبِيۡتًا

Wa law annaa katabnaa 'alaihim aniq tuluuu anfusakum awikh rujuu min diyaarikum maa fa'aluuhu illaa qaliilum minhum wa law annahum fa'aluu maa yuu'azuuna bihii lakaana khairal lahum wa ashadda tasbiitaa

Artinya: "Dan sekalipun telah Kami perintahkan kepada mereka, "Bunuhlah dirimu atau keluarlah kamu dari kampung halamanmu," ternyata mereka tidak akan melakukannya, kecuali sebagian kecil dari mereka. Dan sekiranya mereka benar-benar melaksanakan perintah yang diberikan, niscaya itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka)," (QS. An-Nisa: 66).

Dalam Tafsir al-Kabir, al-Imam Fakhruddin ar-Razi menyebutkan bahwa Allah menjadikan meninggalkan kampung halaman setara dengan bunuh diri.

Hal ini menegaskan bahwa meninggalkan tanah air bagi orang-orang yang berakal adalah perkara yang sangat sulit dan berat, sama sebagaimana sakitnya bunuh diri.

Jadi, cinta tanah air merupakan fitrah yang terhunjam sangat dalam pada jiwa manusia.

Rasulullah SAW juga bersabda dalam hadis yang diriwayatkan dari Anas:

عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ فَنَظَرَ إِلَى جُدُرَاتِ الْمَدِينَةِ أَوْضَعَ نَاقَتَهُ وَإِنْ كَانَ عَلَى دَابَّةٍ حَرَّكَهَا مِنْ حُبِّهَا

Artinya: “Diriwayatkan dari sahabat Anas; bahwa Nabi saw ketika kembali dari bepergian, dan melihat dinding-dinding Madinah beliau mempercepat laju untanya. Apabila beliau menunggangi unta maka beliau menggerakkannya (untuk mempercepat) karena kecintaan beliau pada Madinah”. (HR. Bukhari, Ibnu Hibban, dan Tirmidzi).

Kisah yang diriwiyatkan ini menunjukkan bahwa baginda Rasulullah SAW sangat mencintai kota Madinah dan ini menjadi dasar disyariatkannya cinta pada tanah air.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Hal-hal yang telah disebutkan di atas sebagai contoh dan patut menjadi renungan kita bersama untuk senantiasa meningkatkan rasa syukur dan memperkuat kecintaan kita pada tanah air di momen Hari Santri 2021.

Kita doakan selalu agar Negeri kita tercinta Republik Indonesia selalu dalam rida dan lindungan Allah SWT sehingga kita bisa menjalankan misi utama ibadah kita kepada Allah SWT dengan khusyuk dan penuh ketenangan dalam suasana kemerdekaan.

Mari kita terus semangat untuk menjaga kedamaian negeri ini. Demikianlah naskah khotbah Jumat kali ini yang bertepatan dengan peringatan Hari Santri Nasional yang ke-7, semoga apa yang disampaikan membawa manfaat dan berkah bagi kita semua.

Aamiin yaa rabbal 'alamiin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ

*Khutbah II:

الْحَمْدُ لِلَّهِ وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلَّهِ. أَشْهَدُ أنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بعدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ. اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ عِبَادَاللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Baca juga artikel terkait HARI SANTRI 2021 atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Addi M Idhom