Menuju konten utama

Mudik Natal dan Momen Nyatakan Cinta pada Orang Tua

Cinta kasih menjadi salah satu esensi dalam perayaan Natal, bagaimana caramu mengungkapkannya kepada orang tua tersayang?

Mudik Natal dan Momen Nyatakan Cinta pada Orang Tua
Header Diajeng Mudik Natal. tirto.id/Quita

tirto.id - Hangga Dwiputra (31) tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Beberapa minggu yang lalu, pengajuan cuti Natal-nya disetujui oleh atasan. Tiket pesawat mudik ke Makassar sudah di tangan.

“Natal ini pulang kampung sejak tanggal 14, cuti saya ambil akhir tahun,” ungkap Hangga. Pegawai perusahaan pelayaran di Bitung, Sulawesi Utara ini selalu menabung biaya tiket pesawat untuk mudik saat libur Natal.

“Pulang kampung saat Natal ini merupakan momen spesial karena masih diberi kesempatan bertemu kedua orang tua dalam keadaan sehat, dan ketika ada rejeki, saya wajib pulang,” jelas Hangga.

Dosen Departemen Sejarah Universitas Airlangga, Moordiati SS, M.Hum, menjelaskan, tradisi pulang kampung di Indonesia dapat ditelusuri sejak zaman Kerajaan Majapahit dan Mataram Islam. Kala itu, para penguasa yang ditugaskan ke luar kerajaan akan pulang dan kembali ke kampungnya pada hari-hari tertentu.

Fenomena mudik dan penggunaan istilahnya di Indonesia diperkirakan baru marak pada dekade 1960 hingga 1980-an—selaras dengan peningkatan tren urbanisasi.

Tahun ini, puncak arus mudik liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) diprediksi mulai pada tanggal 22-23 Desember 2023. Kementerian Perhubungan memperkirakan pergerakan masyarakat saat liburan Nataru ini mencapai 107,6 juta orang (Survei Badan Kebijakan Transportasi) dari berbagai daerah.

Header Diajeng Mudik Natal

Ilustrasi merayakan natal bersama keluarga. FOTO/iStockphoto

Pulang kampung saat Natal juga menjadi keharusan bagi Lola (32). Perempuan yang berprofesi sebagai guru ini berencana mudik dari Yogyakarta ke Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Tahun ini saya mendapat beasiswa LPDP di Universitas Negeri Yogyakarta, sangat berat meninggalkan keluarga terutama anak saya yang berumur 3 tahun,” ungkap Lola.

Dibutuhkan waktu delapan jam lebih bagi Lola untuk menempuh perjalanan ke NTT karena pesawatnya perlu transit di Surabaya. Namun Lola tidak peduli. Selalu ada perasaan menggebu-gebu di hatinya untuk segera pulang menjelang Natal.

“Misa di gereja tidak boleh sendiri harus bersama keluarga, itu letak kebahagiaan Natal,” jelas Lola.

Lola mengingat, pada tahun 2013, ia pernah merasakan Natal sendirian dan jauh dari orang tua lantaran terikat kontrak kerja selama satu tahun di Kalimantan Utara.

“Saat itu hanya mengucapkan ‘Selamat Natal’ ke orang tua lewat telpon, mendoakan mereka sehat selalu dan minta maaf belum bisa pulang ke rumah, nyesek banget rasanya! Sampai sekarang kalau ingat kejadian itu nangis, karena aku tipe anak manja yang gak bisa jauh dari orang tua,” aku Lola.

Lola menilai, Natal adalah saat yang tepat untuk mengungkapkan rasa sayang kepada keluarga, baik orang tuanya maupun pasangan dan anaknya. Tradisi di keluarga Lola, salah satunya, adalah berkunjung ke tempat keluarga besar yang dituakan setelah melakukan misa.

“Saling mengucapkan Natal, minta maaf jika ada salah, dan berharap bisa bertemu lagi tahun depan, lalu dilanjutkan makan bareng,” imbuh Lola.

Berbeda dengan Lola yang cenderung mudah mengungkapkan perasaannya kepada keluarga, Dyfrig Axell (27) mengaku sulit menyatakan rasa sayang kepada kedua orang tua.

“Setiap Natal pasti pulang kampung ke Solo untuk bertemu orang tua, namun saya malu mengungkapkan rasa cinta melalui kata-kata kepada mereka,” jelas staf marketing di Cikarang ini. Meski begitu, Dyfrig selalu memberikan apapun yang diinginkan orang tua.

“Mereka pengen jalan-jalan saya anterin, pengen beli sepatu saya belikan, makan babi kecap kesukaan mama, ayo saja. Namun hanya sebatas itu, tapi kalau bilang sayang ke mereka rasanya berat sekali,” akunya.

Hal yang sama dirasakan oleh Hangga. “Meski dalam hati sayang sekali ke orang tua namun untuk mengungkapkan susah, beda sekali kalau bilang sayang ke pacar,” ujarnya.

Lantas, bagaimana Hangga mengekspresikan kasih sayang kepada orang?

“Bukan ke kata-kata, namun ke perbuatan, saya selalu berusaha agar mereka tidak kecewa,” tambahnya. Sebagai contoh, Hangga selalu mengantar sang ibunda belanja ke pasar untuk memasak makanan Natal.

“Seminggu sebelum Natal, seperti tradisi sejak kecil, saya selalu membantu mama memanggang kue kering, saya kebagian mixer adonannya, memori bersama mama ini yang saya ingin ulang terus,” jelas penggemar kue putri salju ini.

Header Diajeng Mudik Natal

Ilustrasi Pergi ke Nenek Untuk Natal. FOTO/iStockphoto

Meskipun Dyfrig dan Hangga merasa kesulitan mengungkapkan kata sayang ke orang tua, sejatinya orang tua mereka sudah mengerti perasaan anaknya.

“Papa mama kalau saya kasih kado malah nangis, lalu mereka bilang, ‘nggak perlu ngasih, uangnya ditabung buat kamu aja’,” ungkap Dyfrig.

Orang tua Dyfrig hanya ingin anaknya pulang ke rumah. Itu saja. “Kalau saya mau balik ke Cikarang, mama selalu meluk sambil nangis, dan saya cuma bisa melongo tanpa bisa berkata-kata,” ungkap Dyfrig sedih.

Baik Dyfrig maupun Hangga adalah tipikal anak-anak di Indonesia—dan di daratan Asia—yang kesulitan untuk mengatakan ‘I love you’ kepada orang tua.

Masyarakat Asia cenderung mendidik anaknya dengan bahasa-bahasa negatif alias kurang lihai mengekspresikan emosi positif. Itulah mungkin sebabnya tak sedikit penduduk di benua Asia yang ragu-ragu mengucapkan ‘I love you’ kepada keluarga.

Sering kali, anak-anak Asia tumbuh dewasa hanya dengan menerima instruksi verbal—sesederhana seperti diperintah. Orang tua kerap menegur si anak karena tidak mendapat nilai A dalam ujian, tidak rajin berlatih alat musik, atau keseringan bermain di bawah terik matahari.

Alih-alih mengungkapkan kalimat “I love you” kepada anak, orang tua di daratan Asia lebih memilih menunjukkan perjuangan dan pengorbanan dalam mengasuh anak.

Cara mereka menyatakan sayang kepada keluarga biasanya dengan perbuatan. Misalnya, menyiapkan bekal saat anak akan pergi bekerja, mengupaskan buah kesukaan, menyeterika baju anak bahkan saat anaknya sudah beranjak dewasa.

Di pihak anak, tidak sedikit yang memang tidak diharapkan untuk mengatakan “I love you”. Sedari kecil, mereka biasanya didorong untuk mengungkapkan cinta pada orang tua melalui sikap bersyukur, yang berarti menaati orang tua dan mengikuti keinginan mereka tentang bagaimana idealnya menjalani hidup.

Meski tidak semuanya, sebagian anak Asia termasuk Indonesia akhirnya tumbuh menjadi orang yang malu untuk mengungkapkan rasa sayang.

Kalau kamu kesulitan mengekspresikan kasih sayang kepada orang tua lewat kata-kata, tak perlu khawatir! Ada banyak alternatif lainnya yang dapat kamu persembahkan kepada orang tua.

Misalnya memberikan hadiah, menyempatkan diri untuk quality time bersama keluarga, memeluk dan merangkul, atau melayani mereka secara langsung.

Apapun bentuknya, perhatian kecil yang kita lakukan kepada orang tua sangatlah berarti, terlebih pada momen Natal yang datang hanya setahun sekali.

Baca juga artikel terkait NATAL atau tulisan lainnya dari Daria Rani Gumulya

tirto.id - Diajeng
Kontributor: Daria Rani Gumulya
Penulis: Daria Rani Gumulya
Editor: Lilin Rosa Santi & Sekar Kinasih