Menuju konten utama

Mobil Listrik, Harapan Baru Industri Otomotif

Satu dekade terakhir merupakan periode yang sangat dinamis bagi industri otomotif di seluruh dunia. Melambatnya pertumbuhan penjualan akibat melemahnya perekonomian dunia hingga munculnya beragam skandal turut mengguncang industri ini. Tapi di balik itu semua, industri otomotif masih menyimpan harapan, dan harapan itu tertumpu pada mobil listrik.

Mobil Listrik, Harapan Baru Industri Otomotif
Fitur pilot otomatis didemonstrasikan pada mobil Tesla Model S di Palo Alto, Califronia. Antara Foto/Reuters/Beck Diefenbach.

tirto.id - Selasa, 26 Juli 2016, pabrikan mobil mewah asal Jerman, Porsche mengungkapkan rencananya untuk membuka 1.400 lapangan kerja baru. Rekrutmen itu merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk mewujudkan rencana besar mereka bernama the Mission E, sebuah proyek mobil listrik versi Porsche yang ditargetkanmeluncur pada 2019.

Porsche menyebut the Mission E akan menghabiskan dana sekitar $1,1 miliar (Rp14,4 triliun) hingga mobil-mobil listrik milik mereka dapat menyentuh aspal jalanan. Saat ini, mereka sedang berusaha menggaet talenta-talenta terbaik untuk terlibat dalam proyek tersebut.

Tidak hanya Porsche, Volkswagen (VW), pabrikan yang mulai tahun 2015 lalu diterpa skandal emisi terkait mobil produksinya, juga menyatakan akan fokus terhadap lini bisnis ini.

VW berusaha memulihkan nama baik mereka yang remuk redam akibat skandal emisi, dengan menyatakan akan meluncurkan 30 mobil listrik. VW sepertinya sedang berusaha menempatkan kembali posisinya sebagai pemimpin dalam transportasi "hijau."

"Penekanan khusus akan diberikan pada e-mobility. Group [VW] sedang merencanakan inisiatif skala besar pada area [bisnis] ini:[Grup VW] berniat untuk meluncurkan lebih dari 30 kendaraan listrik yang murni bertenaga baterai selama sepuluh tahun ke depan," kata Matthias Mueller, Chief Executive Officer (CEO) VW pada pertengahan bulan ini, seperti dikutip dari BBC.

VW memang sedang berjuang keras untuk memperbaiki citranya setelah skandal emisi. Akibat skandal tersebut, VW mendapatkan pukulan yang cukup telak. European Automobile Manufacturers Association mengatakan bahwa grup VW mencatat pertumbuhan penjualan 4,1 persen pada bulan Mei, jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Angka tersebut jauh di bawah angka pertumbuhan yang dicetak oleh Renault sebesar 28,7 persen dan 18,7 persen oleh PSA Group, pemilik merek Peugeot dan Citroen.

Masuknya VW dan Porsche di pasar mobil listrik semakin menegaskan masa depan industri tersebut. Mueller menyebutnya sebagai "segmen pasar yang paling menarik dan paling cepat berkembang." Apa yang dikatakannya bukanlah omong kosong. Tesla Motors, raksasa mobil listrik asal California, Amerika Serikat, sudah membuktikannya.

Akhir Maret lalu, hanya berselang 24 jam setelah diumumkan, Tesla menerima 150.000 pesanan untuk model mobil listrik teranyar mereka, Model 3. Sebuah hal yang cukup impresif, mengingat mobil tersebut baru akan diterima oleh para pembeli dua tahun kemudian.

Sebagai catatan, mobil listrik Tesla boleh dikata menyasar pasar yang cukup elitis yaitu segmen mobil listrik mewah. Model 3 merupakan mobil pertama mereka dengan harga yang relatif lebih terjangkau dibandingkan model-model sebelumnya yaitu $35.000.

Tren Mobil Listrik

Menurut data dari ZSW, penggunaan kendaraan listrik di seluruh dunia mencatatkan angka yang masih kecil, baru 740 ribu kendaraan pada tahun 2015. Namun, tingkat pertumbuhannya sangat memukau, yakni 640 persen dalam tiga tahun sejak tahun 2012.

Pangsa pasar kendaraan listrik dunia juga diprediksi akan mencapai $271,67 miliar pada tahun 2019, dengan asumsi pertumbuhan menggunakan perhitungan CAGR (compound annual growth rate) sebesar 19 persen dari tahun 2013 hingga 2019.

Sementara itu, konsultan bisnis McKinsey memproyeksikan produksi kendaraan listrik pada tahun 2018 di empat negara modern, yakni Jepang, Jerman, Amerika Serikat, dan Perancis, akan mencapai 1,7 juta kendaraan. Tesla sendiri menargetkan angka produksi sebesar 500.000 kendaraan pada tahun yang sama.

Dalam industri mobil listrik dunia sendiri saat ini terdapat dua nama yang oleh berbagai media internasional disebut memimpin pergerakan mobil listrik. Nama pertama sudah tentu adalah Tesla Motors. Sementara nama yang kedua adalah BYD (Build Your Dreams), sebuah perusahaan asal Cina yang mengawalinya sebagai perusahaan baterai global.

Tesla berhasil mencuri namanya sebagai produsen mobil listrik terkemuka dunia setelah mereka meluncurkan the Roadster, sebuah model mobil yang sepenuhnya menggunakan energi listrik. Roadster merupakan mobil listrik yang untuk pertama kalinya mampu mencapai jarak lebih dari 320 kilometer untuk sekali pengisian baterai.

Jika dibandingkan dengan mobil listrik dari pabrikan lain, Tesla jauh unggul. Tesla dengan Model S P90D miliknya mampu menempuh 434,5 km.

Sebagai perbandingan, mobil listrik Nissan, Leaf, hanya memiliki daya tempuh 172 km untuk sekali pengisian. BMW dengan i3 hanya mampu mencapai 145 km. Sementara Mercedes Benz dengan B-Class hanya dapat mencapai jarak 140 km, demikian seperti dikutip dari laman Electrek.

Selain itu, Tesla dapat dikatakan menjadi pemimpin dalam teknologi mobil listrik. Sistem semi-auto pilot dalam mobil mereka banyak mendapat pujian dari berbagai kalangan, meskipun beberapa waktu yang lalu di AS terdapat kecelakaan berujung kematian yang melibatkan teknologi auto-pilot Tesla tersebut.

Pekan lalu, dalam blog miliknya, CEO Tesla Motors Elon Musk mengumumkan kepada dunia rencana besar perusahaan tersebut ke depan. Musk memetakan sebuah visi, di mana Tesla akan bergerak menuju perusahaan energi bebas karbon terintegrasi yang menawarkan berbagai macam kendaraan, produk dan layanan di luar mobil listrik dan baterai.

Beberapa unsur terbaru dari strategi Tesla termasuk rencana untuk mengembangkan mobil dan program berbagi kendaraan, serta kendaraan komersial-bisnis seperti truk komersial serta bis.

BYD, di sisi lain, melakukan pendekatan pasar pada segmen yang berbeda dengan Tesla.

BYD mulai mendapatkan namanya di dunia internasional setelah investor ternama Warren Buffet membeli 10 persen saham perusahaan tersebut tahun 2008. Pada tahun itu pula mereka mulai menjual mobil hybrid-nya, demikian seperti dikutip dari laman seekingalpha.com.

Pada tahun 2011, setahun sebelum Tesla meluncurkan Model S, BYD mulai menjual mobil listriknya, e6, kepada perusahaan taksi di Cina dan Eropa. Mereka juga merupakan perusahaan pertama di dunia yang menjual bis listrik secara massal dan telah menjualnya ke negara seperti AS, Britania, India, dan Brazil.

Pada tahun 2015, BYD berhasil menjual 61,722 mobil listrik. Jumlah tersebut menempatkan BYD sebagai perusahaan dengan angka penjualan mobil listrik terbesar tahun lalu. Sebagai perbandingan, Tesla berhasil menjual sekitar 50.557 mobil listrik secara global pada tahun yang sama.

Pada tahun ini, BYD menargetkan menjual lebih dari 150,000 kendaraan, atau tumbuh hampir tiga kali lipat dari penjualan tahun lalu.

Sebagai catatan, BYD dapat dikatakan menjadi ladang investasi unggulan perusahaan investasi Buffet, Berkshire Hathaway, dalam sepuluh tahun terakhir. Berkshire membeli 10 persen saham BYD senilai $230 juta pada 2008. Saat ini, 9,1 persen saham yang dimiliki Berkshire bernilai sekitar $1,61 milyar. Hal ini berarti keuntungan tahunan yang diperoleh Berkshire lebih dari 25 persen per tahun.

Pekan lalu, raksasa teknologi asal Korea Selatan, Samsung, membeli saham BYD senilai $450 juta, menandakan prospek bisnis BYD diakui bahkan oleh perusahaan raksasa dunia.

Sementara itu, dengan mulai masuknya pemain-pemain dari raksasa otomotif dunia pada segmen pasar ini, diprediksi kompetisi akan mobil listrik akan berjalan makin ketat. Selain keempat perusahaan yang telah disebutkan di atas, Nissan, Ford, BMW, Mercedes Benz, dan Renault telah masuk ke segmen ini.

Indonesia, Mau ke Mana?

Di balik megahnya persaingan mobil listrik dunia, di Indonesia sendiri mobil listrik belum mendapatkan tempatnya.

Pemerintah Indonesia bukannya tanpa usaha. Seperti dikutip dari kantor berita Antara, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) sebenarnya telah membuat langka strategis bernama Triple Helix. Melalui program tersebut, pemerintah dengan asosiasi industri dan akademisi berkolaborasi untuk mengembangkan sektor-sektor yang dibutuhkan untuk pengembangan mobil listrik.

"Kita harus berbagi peran agar bisa saling mengisi. Misalnya ada institusi yang fokus pada pengembangan battery, fokus pada pengembangan motor atau fokus pada charging station, dan lain-lain," kata I Gusti Putu Suryawirawan, Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, pada Februari lalu.

Putu juga mengatakan bahwa pemerintah akan segera melakukan standardisasi segala hal yang terkait dengan baterai pada mobil listrik, termasuk charging station, tanpa menyebut target pelaksanaan yang jelas.

Insentif untuk mobil listrik juga sedang dikaji oleh pemerintah.

Namun, hingga kini pemerintah Indonesia belum mengeluarkan roadmap industri mobil listrik di Indonesia, hal yang menurut berbagai pengamat sangat dibutuhkan untuk pengembangan mobil listrik di Tanah Air.

Dengan situasi yang ada, mengingat pabrikan-pabrikan otomotif besar di Indonesia juga belum menunjukkan tanda-tanda akan mengadopsi teknologi mobil yang sepenuhnya menggunakan tenaga listrik ke Indonesia, tampaknya mimpi akan terwujudnya mobil listrik di Tanah Air masih jauh dari angan-angan.

Baca juga artikel terkait MOBIL LISTRIK atau tulisan lainnya dari Ign. L. Adhi Bhaskara

tirto.id - Otomotif
Reporter: Ign. L. Adhi Bhaskara
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti