Menuju konten utama

Mewujudkan Cita-Cita Perdamaian Dunia dari Masjid Jogokariyan

Upaya memerdekakan negara terjajah seperti Palestina adalah misi kemanusiaan dari Indonesia. Bagaimana peran Masjid Jogokariyan?

Mewujudkan Cita-Cita Perdamaian Dunia dari Masjid Jogokariyan
Madeleine Elsallaq (kanan) perwakilan dari King Hussein Cancer Center (KHCC) dan Kareem Alzyoud (kiri) perwakilan dari Islamic Charity For Society (ICCS) di Masjid Jogokaryan, Kota Yogyakarta. tirto.id/Fatimah Purwoko.

tirto.id - Masjid Jogokariyan merupakan salah satu rumah ibadah terkemuka di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Masjid yang mulai dibangun pada 20 September 1966 ini tumbuh dari sebuah langgar di kampung pinggiran selatan Kota Yogyakarta.

Mengusung moto “Dari Masjid Membangun Umat,” masjid ini merefleksikan persaudaraan dengan menjunjung kemanusiaan. Salah satunya, dengan menjadi media bagi umat dalam menyalurkan bantuan bagi pengungsi Palestina.

Ketua Dewan Syuro Masjid Jogokariyan, Muhammad Jazir Asp, mengatakan, penerus bangsa diamanahi tugas oleh para pendiri bangsa melalui pesan yang tertulis dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.

“Tugas dari negara kita menurut para pendiri di alenia satu jelas, ‘Sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan,” kata dia kepada wartawan di Masjid Jogokariyan, Kamis (8/9/2024).

Melalui pesan itu, kata Jazir, para pendiri bangsa Indonesia mendukung agar penjajahan di atas dunia berhenti. “Jadi ada misi kemanusiaan dari pendiri negara. Kita sebagai generasi penerus pendiri negara Indonesia ingin melanjutkan semangat itu,” kata dia.

Lebih lanjut, Jazir menjelaskan, dalam Pembukaan UUD 1945 tertulis ‘… ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial…’. Tugas konstitusi itu, kata Jazir, diterjemahkan oleh pengurus Masjid Jogokariyan dalam aplikasi di kehidupan melalui jejaring sosial.

Palestina, dalam sejarahnya, merupakan negara pertama yang mengakui kemerdekaan Republik Indonesia. Sementara saat ini, negara di Timur Tengah yang terletak di antara Laut Merah dan Sungai Yordania itu, tengah dijajah oleh Israel.

“Maka upaya memerdekakan negara terjajah adalah misi kemanusiaan dari negara Indonesia. Ini yang terus menerus kami lanjutkan,” tegas Jazir.

Sejak meletus kembali perang Palestina-Israel pada 7 Oktober 2023, Masjid Jogokariyan menghimpun dana dari umat untuk didonasikan kepada warga Palestina. Sudah sebanyak empat kali, mereka mengirim dana bantuan dengan total sekitar Rp4,2 miliar.

“Kami kirim bantuan makanan, logistik, dan rumah pengungsi. Karena di Yordania mereka di perbatasan disiapkan tanah. (Donasi yang disalurkan Masjid Jogokariyan untuk) membangun rumah sederhana dari batako,” kata dia.

Jazir lantas mengungkap, donasi terakhir yang mereka kirimkan pada warga Palestina sekitar Rp1,7 miliar. Secara khusus, donasi tersebut disalurkan bagi anak-anak Palestina korban perang yang dirawat oleh yayasan Kerajaan Yordania, termasuk Rumah Sakit King Hussein Cancer Center (KHCC).

“Kami sediakan rekening untuk menerima (donasi) dan juga kotak yang tiap saat terus banyak. Jadi tampaknya masyarakat Indonesia memiliki kedermawanan dan kepedulian yang tinggi. Jadi Masjid Jogokariyan dapat kepercayaan untuk menyalurkan,” kata dia.

Jazir juga menegaskan, Bung Karno pun menekankan pentingnya persaudaraan dan perikemanusiaan. “Itu sila kedua, setelah Ketuhanan Yang Maha Esa. Masjid sebagai simbol, maka harus bisa merefleksikan kemanusiaan yang adil dan beradab,” kata dia.

Menerima Kunjungan Balasan

Masjid Jogokariyan yang telah menyumbang dana bagi pengungsi Palestina, mendapat kunjungan balasan. Mereka menyambut kedatangan perwakilan dari King Hussein Cancer Center (KHCC) dan Islamic Charity For Society (ICCS) yang bertandang.

Puluhan anak-anak berseragam putih-biru menyambut kunjungan ini dengan mengibarkan bersamaan bendera merah putih dan Palestina. Anak-anak ini pun fasih menyanyikan lagu Atuna Tufuli yang berisi curahan hati anak-anak Palestina kala kehilangan tanah airnya.

Ada tiga anak yang turut serta dalam kunjungan ini, dua anak perempuan yang hadir membaur dengan anak-anak yang menyambut mereka. Mereka pun bernyanyi bersama.

“Ya ‘Alam

Ardhi Mahroo’a

Ardhi Huriyyeh Masroo’a

Samana ‘Am Tehlam ‘Am Tes’al el-eiyam

Weina Esh-Shames El-Helwe

War foufil Hamam

Ya ‘Alam

Ardhi Mahroo’a

Arhi Huriyyeh Masroo’a

Ardhi Zgheere Metli Zgheere

A’touna Es-salam

Waatouna Et-Tufoole

A’touna Et-Tufoole

A’touna Et-Tufoole

A’touna Et-Tufoole

A’touna, A’touna, A’touna Es-Salam,” sorak para anak-anak.

Kunjungan ICCS dan KHCC di Masjid Jogokariyan

Anak-anak membaur bersama menyanyikan lagu Atuna Tufuli saat Masjid Jogokariyan menerima kunjungan balasan dari ICCS dan KHCC, Mantrijeron, Kota Yogyakarta, pada Kamis (8/9/2024). tirto.id/Fatimah Purwoko

Menurut Jazir, sambutan kecil-kecilan ini sengaja disiapkan oleh pihaknya. Pengurus masjid menghadirkan anak-anak dalam kunjungan balasan dari relawan di Palestina untuk memberi semangat.

“Itu lagunya anak-anak Palestina yang memang biasa dinyanyikan, maka ketika mendapat kunjungan balasan dinyanyikan bersama,” jelas Jazir.

Melalui upaya ini, Jazir bilang, pihaknya ingin menekankan bahwa pengungsi Palestina, yang di dalamnya termasuk anak-anak, tidak sendiri dan memiliki saudara seiman.

“Anak-anak menyambut dan mengibarkan bendera merah putih untuk memberikan kesadaran bahwa nilai kebangsaan kita mengandung kemanusiaan. Tidak dipisahkan antara kebangsaan dan kemanusiaan,” tegas Jazir.

Dalam diskusi bersama, perwakilan ICCS bernama Kareem Alzyoud mengatakan, untuk mengevakuasi pengungsi Palestina tidak mudah. Sebab mereka harus bernegosiasi dengan Israel, yang sungguh kejam.

“Jadi tidak mungkin kami melakukan semuanya sendirian. Oleh karena itu, kami ingin bekerja sama dengan bapak ibu untuk sama-sama membantu warga Palestina di Gaza,” kata Kareem.

Fokus pada penanganan kanker oleh pengungsi Palestina, Kareem bilang, penyakit ini tidak sederhana. Sebab, pasien butuh waktu sekitar 3-5 tahun untuk menjalani pengobatan. “Sedikitnya butuh 50.000 dolar AS untuk satu orang yang terkena kanker. Kami juga berharap 300 pasien Gaza cepat keluar untuk menjalani pengobatan,” kata dia.

Kareem juga menekankan, kanker butuh penanganan cepat. Sebab pasien yang tidak segera ditangani dapat terancam nyawanya. “Kami yakin bahwa kami tidak akan berjalan sendirian, kami bersama dan bergandengan tangan dengan teman-teman di Indonesia. Oleh sebab itu kami tetap membutuhkan dukungan dari teman-teman semua,” kata dia.

Madeleine Elsallaq, perwakilan dari King Hussein Cancer Center (KHCC), mengatakan pihaknya merupakan pengelola lembaga pasien yang menderita penyakit kanker. Lembaga ini mendukung perawatan untuk pasien dari negara-negara semenanjung Arab, termasuk Yordania, Palestina, Suriah, dan sebagainya.

“Kami merupakan termasuk yang terbaik di dunia, juga di Timur Tengah yang terhubung dengan berbagai kemitraan di belahan dunia,” bebernya.

Lembaga ini menangani transplantasi sumsum tulang belakang sebanyak 300 kasus per tahun, dengan total sekitar 7.000 kasus kanker setiap tahun. Setiap tahun, di KHCC memiliki pasien rawat jalan sebanyak 250.000 dan 14.000 pasien rawat inap.

“Yordania terletak di Timur Tengah, kami turut terdampak dengan perang di Arab seperti perang Irak, perang Suriah, dan Palestina-Israel,” kata Madeleine.

Madeleine menambahkan, “Walaupun di tengah masalah negara yang mereka hadapi seperti kekurangan air dan kemiskinan kami tetap membuka diri untuk menerima pengungsi dari luar.”

Sejak sebelum 7 Oktober 2023, KHCC telah membantu pengungsi Palestina dan Suriah. Berdasar data, sejak 7 Oktober 2023, mereka telah mengeluarkan sebanyak 75 pasien kanker dari Gaza. “Data menunjukkan per 7 Oktober ada sekitar 10.000 pasien kanker, tapi jumlah itu pasti, maka kami berusaha untuk menangani semua,” ucapnya.

Baca juga artikel terkait PALESTINA atau tulisan lainnya dari Siti Fatimah

tirto.id - News
Kontributor: Siti Fatimah
Penulis: Siti Fatimah
Editor: Abdul Aziz