tirto.id - Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nila Moeloek mengaku khawatir dengan limbah sampah medis yang belum optimal penanganannya.
"Menteri lingkungan pada waktu itu, sebelum Ibu Siti [Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar], mengatakan limbah medis harus dikelola oleh orang [perusahaan] ketiga. Saya kira sangat galau, kalau limbah medis tidak diperbaiki cara mengatasinya," ujarnya di Jakarta Selatan, Jumat (22/2/2019).
Kekhawatiran tersebut berkenaan dengan jumlah fasilitas layanan kesehatan (Fasyankes) yang mencapai ribuan. Dari data yang dikeluarkan Kemenkes, total terdapat 2820 rumah sakit, 9825 Puskesmas, dan 7641 klinik.
"Saya kira harus dipikirkan bagaimana limbah medisnya," imbuhnya.
Sejauh ini pengelolaan limbah sampah medis, menurut Nila belum merata. Sejauh ini hanya ada enam perusahaan ketiga yang bertindak mengolah limbah B3 untuk limbah medis. Lima di antaranya tersebar di Pulau Jawa dan 1 di Pulau Kalimantan.
"Bagaimana limbah medis di Sulawesi dan sebagainya?" ujarnya.
Nila merujuk data kembali, timbulan sampah medis bisa mencapai 296,86 ton per hari yang dihasilkan dari Fasyankes yang tersebar di Indonesia. Sementara kapasitas pengolahan yang ada hanya 115,68 ton per hari. Artinya masih ada selisih.
Oleh sebab itu, Nila pun mengajak untuk mengatasi persoalan limbah sampah medis ini bisa menjadi konsentrasi bersama kementerian dan lembaga terkait.
"Bayangkan sudah sampah, ditambah sampah rumah sakit lagi. Penyakit apa yang tidak akan menular kepada kita semua? Saya kira ini harus dibenahi betul," tukasnya.
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno