tirto.id - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengklaim Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sudah menyelesaikan soal kasus gangguan ginjal akut misterius pada anak di Indonesia. Dia beralasan kasus tersebut sudah turun drastis.
Hal ini diungkapkan dia kepada para jurnalis sesuai konferensi pers bertajuk "Indonesia Memanggil Dokter Spesialis WNI Lulusan Luar Negeri dalam Program Adaptasi Pertama Tahun 2022" di Kemenkes, Jakarta Selatan, pada Jumat (18/11/2022).
"Kalau ginjal akut, dari sisi Kementerian Kesehatan sebenarnya sudah selesai. Kenapa? Sejak kita berhentikan obat-obatan tersebut itu turun drastis," ucap Budi.
Dia pun mengklaim sudah tidak ada kasus baru ginjal akut itu sejak dua setengah pekan terakhir. "Jadi kita sudah 'out room'," sambung Budi.
Kemudian dia menyebut penyebab gangguan ginjal akut misterius pada anak di Indonesia adalah karena obat sirop yang mengandung etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG).
"Bahwa memang obat-obatan itu adalah penyebab terjadinya ginjal akut. Begitu sudah kita setop, sudah enggak kasus baru, ya rumah sakit kita sudah turun terus yang dirawat ginjal akut," terang Budi.
Meski demikian, dia mengatakan terdapat ada satu kasus kematian akibat ginjal akut dua atau tiga hari yang lalu. Namun Budi menyebut itu karena kasus yang dulu dan sudah rusak ginjalnya.
"Sudah 35 hari di rumah sakit, 40 hari, enggak bisa diperbaiki," kata dia.
Sebelumnya, Kemenkes melaporkan 324 kasus gangguan ginjal akut pada anak di Indonesia per 15 November 2022. Sebanyak 199 anak di antaranya meninggal dunia, 111 anak sembuh, dan 14 anak masih dalam perawatan.
Juru Bicara Kemenkes RI Mohammad Syahril dalam konferensi pers daring, Rabu (16/11/2022) mencatat terdapat 27 provinsi yang melaporkan kasus gangguan ginjal akut pada anak. Berdasar data Kemenkes, DKI Jakarta menjadi provinsi yang paling banyak melaporkan kasus gangguan ginjal akut, yaitu 83 kasus: empat dirawat, 47 meninggal, dan 32 sembuh.
Diikuti oleh Jawa Barat sebanyak 41 kasus dengan tiga dirawat, 24 meninggal, dan 15 sembuh; dan Aceh sebanyak 32 kasus dengan dua dirawat, 24 meninggal, dan enam sembuh. Kemudian, Jawa Timur melaporkan 25 kasus, Banten 21 kasus, Sumatera Barat 20 kasus, Bali 16 kasus, Sumatera Utara 15 kasus, Sulawesi Selatan sembilan kasus, serta Jambi sebanyak delapan kasus.
Adapun Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) masing-masing enam kasus; Sumatera Selatan dan Jawa Tengah masing-masing lima kasus; Kepulauan Bangka Belitung, Sulawesi Tenggara, Kepulauan Riau (Kepri), dan Lampung masing-masing empat kasus; dan Kalimantan Utara tiga kasus. Selain itu, Nusa Tenggara Barat (NTB), Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah masing-masing melaporkan dua kasus; serta Gorontalo, Bengkulu, Sulawesi Utara dan Kalimantan Barat masing-masing satu kasus.
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Restu Diantina Putri