Menuju konten utama

Menhub Prediksi Puncak Arus Mudik Lebaran 28 Maret 2025

Potensi kepadatan mobil pribadi akan terjadi di Tol Trans Jawa, di mana angkanya diprediksi mencapai 7,95 juta.

Menhub Prediksi Puncak Arus Mudik Lebaran 28 Maret 2025
Arus kendaraan di Gerbang Tol Cikampek Utama Sejumlah kendaraan melintasi Gerbang Tol Cikampek Utama di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Sabtu (21/12/2024). ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah/rwa.

tirto.id - Menteri Perhubungan, Dudy Purwagandhi, memprediksi puncak arus mudik Lebaran akan terjadi pada 28 Maret 2025. Potensi pergerakan masyarakat diperkirakan mencapai 12,1 juta orang.

Sementara puncak arus balik akan terjadi pada 6 April 2025 atau H+5 Lebaran. Lonjakan juga bakal lebih masif dengan perkiraan 31,49 juta pergerakan masyarakat.

Hal tersebut berdasarkan Survei Potensi Pergerakan Masyarakat Angkutan Lebaran 2025, yang dilakukan Kementerian Perhubungan melalui Badan Kebijakan Transportasi (BKT) lewat kolaborasi dengan Litbang Kompas.

Hasil survei menyebut, secara keseluruhan, potensi pergerakan masyarakat selama libur Lebaran tahun ini diprediksi mencapai 146,48 juta jiwa atau setara 52 persen dari total penduduk Indonesia.

“Langkah ini kami lakukan jauh-jauh hari guna memastikan masyarakat dapat melakukan perjalanan mudik dan balik Lebaran dengan selamat, nyaman, dan lancar,” ujar Dudy dikutip dari keterangan tertulis, Sabtu (15/3/2025).

Pada 28 Maret 2025, diperkirakan akan ada 3,47 juta mobil pribadi yang mudik. Sedangkan di puncak arus balik, 6 April, akan ada 6.97 juta mobil pribadi meramaikan jalan.

"Potensi kepadatan mobil pribadi akan terjadi di Tol Trans Jawa, di mana angkanya diprediksi akan mencapai 7,95 juta," terang Dudy.

Sementara itu, kepadatan sepeda motor diprediksi akan mencapai 4,41 juta unit memenuhi jalan arteri atau alternatif. Pada puncak mudik, diperkirakan akan ada 1,08 juta sepeda motor.

Sedangkan di puncak arus balik setidaknya 2,3 juta sepeda motor akan meramaikan jalan. Dudy menambahkan pemerintah akan memberlakukan kebijakan efektif untuk mengantisipasi terjadinya lonjakan pemudik yang berpotensi besar menyebabkan kepadatan di sejumlah simpul transportasi dan ruas jalan.

“Beberapa di antaranya meliputi penerapan kebijakan Work from Anywhere (WFA), penyelenggaraan mudik gratis, rekayasa lalu lintas, hingga pengaturan lalu lintas, khususnya pada daerah-daerah yang berisiko tinggi mengalami kemacetan,” ujar Dudy.

Baca juga artikel terkait MUDIK atau tulisan lainnya dari Alfons Yoshio Hartanto

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Alfons Yoshio Hartanto
Penulis: Alfons Yoshio Hartanto
Editor: Intan Umbari Prihatin