tirto.id - Varian COVID-19 B1617 yang pertama kali ditemukan di India--kini disebut sebagai varian delta--merupakan variant of consent (VoC) yang dominan di Indonesia. Dari 58 VOC yang diidentifikasi, 32 di antaranya merupakan varian ini.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan hasil identifikasi dari pemeriksaan whole genome sequencing (WGS) yang dilaporkan, varian B1617 terbaru berasal dari sampel pasien di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta. “Ini semua yang 4 kasus [varian B1617] adalah WNA India dan mereka sudah melakukan pengobatan, isolasi di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta,” kata Nadia kepada reporter Tirto, Rabu (2/6/2021).
Keempatnya menggenapi varian B1617 yang telah teridentifikasi di Indonesia menjadi 32. Varian tersebut lebih banyak ditemukan dibanding VoC lain seperti varian B117 dari Inggris, P1 dari Brazil, dan B1351 dari Afrika Selatan.
Berdasarkan laporan di laman resmi Global Initiative for Sharing All Influenza Data (GISAID), inisiatif sains global dan sumber utama yang menyediakan akses terbuka ke data genom virus influenza dan Corona yang bertanggung jawab atas pandemi COVID-19, total ada 58 VoC yang diidentifikasi di Indonesia. Di luar varian India yang mendominasi, varian B117 ada 23 kasus dan varian B1351 3 kasus.
Varian India pertama teridentifikasi pada 1 Mei 2021, berasal dari pemeriksaan spesimen seorang perempuan di Jakarta yang diambil pada 3 April 2021. Nadia bilang orang ini merupakan tenaga kesehatan dan telah mendapatkan dua kali dosis vaksinasi COVID-19. Perempuan berusia 32 tahun itu diketahui positif COVID-19 dari hasil tracing klaster keluarga. Anak dan suaminya terlebih dulu terkonfirmasi positif, kini juga sudah dinyatakan sembuh.
Nadia belum dapat memastikan apakah penularan kasus ini berasal dari lokal atau impor. “Kami sudah meneliti kasus kontak erat lainnya. Dan beberapa kontak ini juga merupakan WNA. Kita tunggu pemeriksaan lebih lanjut,” ujarnya awal Mei lalu.
Kasus lain B1617 muncul bersama dengan eksodus warga India ke Indonesia setelah muncul gelombang kasus COVID-19 di negara tersebut. Mulanya satu kasus varian B1617 ditemukan.
Ratusan warga India eksodus ke Indonesia pada 10, 22, dan 23 April 2021. Mereka kemudian diperiksa dan didapati 26 orang positif. Pemeriksaan WGS terhadap mereka baru satu yang keluar hasilnya, baru belakangan bertambah.
Tak hanya impor langsung dari India, varian B1617 juga diperantarai WNA asal Filipina. Total ada 14 WNA Filipina yang merupakan anak buah kapal (ABK) yang baru saja dari India. Mereka merupakan awak kapal bermuatan gula rafinasi yang bertolak dari India pada 14 April 2021 dan tiba di Cilacap pada 25 April 2021. Mereka melakukan aktivitas bongkar muat di pelabuhan kota tersebut.
Hasil pemeriksaan: sebagian dari mereka dinyatakan positif COVID-19 dan dirawat di RSUD Cilacap.
“Berdasarkan hasil pemeriksaan WGS yang dilakukan oleh Balitbangkes Kemenkes terhadap 13 anak buah kapal berkewarganegaraan Filipina, yang terkonfirmasi positif COVID-19 adalah varian India B.1617,” kata Bupati Cilacap Tatto Suwarto Pamuji seperti dilansir Antara, Sabtu (22/5/2021).
Setelah itu kasus COVID-19 terjadi di RSUD Cilacap. Belasan tenaga kesehatan yang ikut merawat WNA Filipina itu dinyatakan positif COVID-19. Namun hasil pemeriksaan WGS yang dilakukan oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) terhadap sejumlah nakes RSUD Cilacap tak ditemukan varian B1617.
“Ada 12 [nakes RSUD Cilacap] yang kami periksa [sampel WGS] dari kontak tracing ABK Filipina. Hasilnya mereka bukan terinfeksi varian delta [B1617] tapi varian lokal Indonesia. Dari B1.46612 ada 9, B1.470 ada 1, B1459 ada 2,” kata Ketua Pokja Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM Gunadi kepada reporter Tirto, Rabu.
Sebelum lonjakan kasus dari WNA Filipina itu, sejumlah kasus varian India terlebih dahulu ditemukan di sejumlah daerah dan diketahui merupakan penularan atau transmisi lokal. Di antaranya ada empat kasus di Palembang Sumatera Selatan dan tiga kasus di Palangka Raya Kalimantan Tengah.
Kepala Seksi Surveilans Imunisasi Dinas Kesehatan Sumsel Yusri mengatakan kepada reporter Tirto melalui sambungan telepon, Senin (17/5/2021), bahwa penularan lokal disimpulkan karena yang terjangkit “tidak ada riwayat bepergian ke luar negeri, tidak ada kontak dengan warga asing, [hanya] ada kontak dengan keluarga yang tidak ada riwayat bepergian ke luar negeri.” Sedangkan tiga kasus di Palangka Raya dikonfirmasi Jubir Kemenkes. “Penularan lokal,” kata Nadia.
Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono juga mengungkapkan bahwa tak hanya varian B1617 yang sudah bertransmisi lokal, tetapi juga VoC lain seperti B117 dan B1351. “Sudah ada penyebaran kontaminasi lokal untuk variant of concern yang terjadi secara mutasi," kata Dante dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI, Kamis (27/5/2021).
Saat itu dia bilang dari 54 kasus infeksi VoC COVID-19 yang teridentifikasi, 19 di antaranya terdapat pada sampel yang tidak memiliki riwayat perjalanan luar negeri atau riwayat kontak dengan warga dari luar negeri--sehingga disimpulkan transmisi lokal sudah terjadi.
Penyebaran Sudah Masif
Epidemiolog asal Indonesia di Griffith University Australia Dicky Budiman menilai penyebaran VoC, termasuk varian India di Indonesia, sebetulnya sudah masif. Pertama karena varian India ini terbukti menular lebih cepat. Kedua dengan membandingkan Singapura yang kembali melakukan pengetatan setelah terjadi lonjakan kasus karena varian India, padahal di negara itu positivity rate jauh lebih rendah dari Indonesia yang per harinya hampir selalu di atas 10 persen.
“Dan kita dalam status community transmission. Artinya banyak kasus infeksi di publik tidak bisa kita deteksi. Jadi sangat masif penyebaran VoC apalagi ini sudah ditemukan beberapa bulan,” kata Dicky kepada reporter Tirto, Rabu.
Upaya pemerintah untuk meningkatkan pemeriksaan WGS menurutnya sudah baik. Namun itu saja belum cukup. Untuk merespons satu varian yang begitu cepat menular, maka yang harus dilakukan menurutnya adalah meningkatkan kemampuan tes PCR atau rapid antigen.
“Ini harus kita lakukan terutama pada kasus-kasus breakthrough infection, orang-orang yang sudah divaksinasi terus terinfeksi. Itu kita harus curiga karena varian baru,” ujar Dicky.
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Rio Apinino