tirto.id - Varian baru virus corona (Covid-19) dari India yang dikenal dengan sebutan B.1.617, akhirnya dinaikkan statusnya menjadi Variant of Concern (VOC) di level global. Sebelumnya, varian B1617 masih diklasifikasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai Variant of Interest (VOI).
VOI merujuk pada varian yang dinilai perlu mendapatkan perhatian karena memuat mutasi yang mengubah asam amino pada virus corona, dan diidentifikasi telah menular di komunitas maupun menyebar di beberapa negara.
Adapun status VOC berarti varian itu dinyatakan patut diwaspadai penyebarannya karena terbukti mengerek tingkat penularan Covid-19, memperberat gejala sakit pada pasien, atau mengurangi efektivitas vaksin dan pengobatan, demikian mengutip publikasi WHO.
Dengan perubahan status tersebut, virus B1617 asal India menjadi varian baru corona ke-4 yang sekarang berstatus VOC. Tiga lainnya yang juga diklasifikasikan sebagai VOC di level global adalah varian B117 asal Inggris, varian B1351 dari Afrika Selatan, dan varian P1 asal Brasil.
Varian corona B1617 sementara ini diketahui memuat 13 mutasi. Dua mutasi di antaranya mirip dengan yang terdapat pada varian lain dan diduga membikin virus corona lebih menular sekaligus lebih mampu menghindari respons kekebalan tubuh.
Kemunculan varian B1617 dan penyebarannya telah memantik perhatian banyak ilmuwan di dunia. Apalagi, varian ini diduga mempunyai peran dalam lonjakan jumlah kasus Covid-19 di India pada beberapa pekan terakhir. Laporan WHO menunjukkan varian B1617 hingga kini sudah menyebar di 30 negara, termasuk AS, Inggris, Prancis, dan Jepang.
Keputusan menaikkan status varian India menjadi VOC diumumkan oleh WHO pada Senin, 10 Mei 2021. WHO juga menyatakan, hasil studi pendahuluan menyimpulkan virus B1617 lebih menular daripada varian virus corona lainnya.
Namun, WHO belum mendapatkan bukti bahwa varian dari India tersebut mengurangi kemanjuran sejumlah vaksin Covid-19 yang sudah ada.
Kepala Ilmuwan WHO Soumya Swaminathan mengilustrasikan tingginya angka penularan Covid-19 di India dengan bilang: "Jika ada 1 anggota keluarga tertular, tampaknya seluruh anggota keluarga juga akan terinfeksi."
"Ini tidak seperti gelombang pertama. Jadi saya pikir apa yang kita lihat [varian India] lebih mudah ditularkan," kata Soumya di konferensi pers WHO, seperti dilansir The Wall Street Journal.
Soumya menambahkan, sementara WHO masih menilai bahwa virus B1617 tidak berdampak pada kemanjuran vaksin, keakuratan tes untuk diagnosa Covid-19 maupun pengobatan ke pasien.
Namun, Kepala Teknis WHO, Maria Van Kerkhove mengakui sebuah studi yang masih menunggu tinjauan sejawat (peer review) menunjukkan bahwa varian B1617 terindikasi bisa mempengaruhi respons kekebalan tubuh.
Studi tersebut mengidentifikasi bahwa salah satu mutasi kunci di varian India berpotensi membuat virus corona dapat menginfeksi eks pasien Covid-19 dan orang yang telah menerima vaksin. Meski begitu, masih diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami dampak varian B1617.
"Meskipun ada peningkatan penularan yang ditunjukkan oleh beberapa studi pendahuluan, kami membutuhkan lebih banyak informasi tentang varian ini [B1617], garis keturunan, dan semua sub-garis keturunannya," kata Kerkhove, seperti dilansir The Washington Post.
Lonjakan kasus Covid-19 di India sejak bulan lalu telah membebani banyak rumah sakit kota-kota episentrum penularan Covid-19 di negara padat penduduk tersebut.
Data Kementerian Kesehatan India menunjukkan, hingga 11 Mei 2021, terdapat 3.715.221 kasus aktif (dari total sekitar 22,99 juta kasus positif Covid-19 yang sudah tercatat), dengan total angka kematian mencapai 249.992 jiwa.
Sementara The India Express melaporkan, sejak April 2021 lalu, penambahan harian kasus baru telah meningkat 5 kali lipat, dari sekitar 80.000 menjadi lebih dari 400.000 kasus sehari saat ini.
Pada kurun waktu yang sama, penambahan angka kematian setiap hari pun melonjak, dan bahkan nyaris 10 kali lipat, yakni dari 400 jiwa sehari menjadi 4.000-an per hari.
Dalam pernyataan resminya pada Senin, 10 Mei 2021, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyerukan gerakan donasi bertajuk "Together for India."
Ajakan berdonasi via who.foundation tersebut bertujuan untuk mengumpulkan dana pengadaan alat bantu oksigen, alat pelindung diri, dan obat-oabatan yang akan disalurkan oleh WHO ke India.
"Secara global, kita masih berada di situasi yang berbahaya. Penyebaran beberapa varian [baru], peningkatan interaksi sosial, relaksasi layanan kesehatan dan pembatasan sosial, serta vaksinasi yang tidak adil, semuanya mendorong penularan [Covid-19]," kata Tedros.
Editor: Agung DH