tirto.id - Varian COVID-19 B1617 dari India dan B1351 dari Afrika Selatan terkonfirmasi masuk Indonesia, masing-masing dua dan satu kasus. Varian ini masuk ketika terjadi eksodus ratusan warga negara asing (WNA) India dan dari turis yang diduga menularkan kepada pekerja wisata di Bali.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi, saat konferensi pers virtual, Selasa (4/5/2021), mengatakan varian asal Afsel ditemukan dari pemeriksaan whole genome sequencing (WGS) terhadap seorang laki-laki pekerja wisata asal Bali berusia 48 tahun. Pengambilan spesimen dilakukan 25 Januari 2021, sementara hasil dilaporkan pada 5 Mei 2021.
WGS, menurut IASLC Thoracic Oncology, adalah "analisis dari seluruh urutan DNA genom sel pada satu waktu" yang dapat "memberikan karakterisasi genom yang paling komprehensif." Sementara genom sendiri adalah keseluruhan informasi genetik yang dimiliki suatu sel.
Nadia mengatakan jarak pengambilan spesimen dan keluarnya hasil cukup lama lantaran proses pemeriksaan WGS dalam kasus tertentu cukup sulit dilakukan. Selain keterbatasan laboratorium, keberhasilan identifikasi WGS juga ditentukan oleh kualitas spesimen. Terlebih varian ini baru pertama kali diidentifikasi di Indonesia.
"Pasien ini ternyata pada tanggal 16 Februari 2021 meninggal," kata Nadia. Sebelum meninggal keadaannya memburuk. Ia mengalami gejala berat kemudian dirawat di ruangan intensif namun nyawanya tak tertolong.
Dugaan awal penularan kasus ini, kata Nadia, "karena beliau ini adalah pekerja wisata [yang] tentunya banyak berhubungan dengan WNA."
Saat ini pihaknya sedang mengumpulkan data hasil pemeriksaan terhadap kontak kasus untuk mengetahui sumber penularan. Dari hasil kontak kasus sementara terdapat satu yang terkonfirmasi positif namun tidak sampai terjadi pemburukan.
Dua kasus varian B1617 teridentifikasi masuk setelah kasus Bali. Hasil pertama diperoleh pada 1 Mei 2021, berdasarkan pemeriksaan spesimen seorang perempuan di Jakarta yang diambil pada 3 April 2021. Nadia bilang orang ini merupakan tenaga kesehatan dan telah mendapatkan dua kali dosis vaksinasi COVID-19.
Kondisi perempuan itu baik, tak ada gejala berat dan hanya menjalani isolasi mandiri. "Saat ini sudah sehat dan sudah negatif," kata Nadia.
Perempuan berusia 32 tahun itu diketahui positif COVID-19 dari hasil tracing klaster keluarga. Anak dan suaminya terlebih dahulu terkonfirmasi positif, kini juga sudah dinyatakan sembuh.
Nadia belum dapat memastikan apakah kasus ini penularannya berasal dari lokal atau impor. "Kami sudah meneliti kasus kontak erat lainnya. Dan beberapa kontak ini juga merupakan WNA. Ini tentunya kita tunggu pemeriksaan lebih lanjut," ujarnya.
Satu kasus B1617 lain yang teridentifikasi merupakan impor langsung dari India. Kesimpulan ini diperoleh dari pemeriksaan spesimen seorang perempuan WN India yang eksodus ke Indonesia setelah terjadi gelombang kasus COVID-19 di negaranya, diambil pada 22 April 2021. "Ini kita dapatkan dari klaster WNA India yang datang ramai-ramai [ke Indonesia] itu," kata Nadia.
Nadia bilang ratusan WN India eksodus ke Indonesia pada 10, 22, dan 23 April 2021. Mereka kemudian diperiksa dan didapati 26 orang positif COVID-19. Pemeriksaan WGS terhadap puluhan WN India itu baru satu yang keluar hasilnya. "WNA India ini sekarang isolasi di salah satu rumah sakit."
Dengan dasar temuan tiga kasus varian B1617 dan B1351, ditambah 13 kasus varian B117--yang awalnya berasal dari Inggris, Nadia mengatakan Kemenkes akan memberikan perhatian khusus, terlebih pada varian B117 dan B1351 yang oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah ditetapkan sebagai variant of concern (VOC).
"Varian ini harus diwaspadai karena memiliki beberapa karakteristik yang menyebabkan penularan lebih cepat atau super spreader; yang kedua adalah memengaruhi tingkat keparahan penyakit dan mempercepat yang semula gejala ringan menjadi berat bahkan berujung pada kematian," katanya.
Sementara B1617 sampai saat ini masih digolongkan sebagai variant of interest. Namun demikian juga patut diwaspadai sebab varian ini mendominasi saat terjadi gelombang lonjakan COVID-19 di India.
Diprediksi Sudah Masuk Sejak Lama
Sebelum pemerintah mengonfirmasi masuknya varian dari India dan Afsel, Ketua Terpilih Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat (IAKMI) Dedi Supratman telah menduga bahwa B1617 sudah masuk hanya saja belum terdeteksi. Alasannya karena kapasitas genome sequencing terbatas.
"Beberapa pakar berpikir begitu, saya juga melihat kemungkinan itu bisa saja terjadi," kata Dedi kepada reporter Tirto, Selasa 28 April.
Alasan lain, kebijakan karantina semakin hari semakin kendor. Berdasarkan Surat Edaran Satgas Penanganan COVID-19 Nomor 8 Tahun 2021 tentang Protokol Kesehatan Perjalanan Internasional Pada Masa Pandemi COVID-19, baik WNI maupun WNA yang tiba di Indonesia hanya perlu melakukan karantina selama 5 hari, padahal idealnya 14 hari sesuai dengan masa inkubasi virus, kata Dedi.
Hasilnya, banyak warga positif COVID-19 yang lolos dari karantina. Sebelumnya, 62 WN India dievakuasi dari Hotel Ibis, Menteng, Jakarta dan sembilan orang di antaranya diketahui positif COVID-19.
Selain itu, pemerintah pun kedodoran di aspek pengawasan. Seorang WNI berinisial JDI berhasil masuk ke Indonesia dari India tanpa menjalani proses karantina setelah menyogok Rp6,5 juta ke dua pekerja bandara.
"Artinya, ada yang tidak sungguh-sungguh menerapkan protokol. Dan ini sangat berbahaya," kata Dedi.
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Rio Apinino