tirto.id - “Gagal masuk ke dalam kereta, penumpang memanjat ke atap kereta pada Idul Adha, salah satu hari raya terbesar umat Muslim. Warga di seluruh penjuru Bangladesh akan berpergian mudik.”
Fotografer Youseh Tushar memotret kondisi kereta api Bangladesh yang kacau. Dalam foto yang didaftarkan untuk kompetisi National Geographic Travel Photographer of the Year 2018 itu, tampak penumpang menunggu di pinggir rel hingga atap stasiun. Di kereta yang sedang berjalan, ratusan penumpang duduk santai di atas atap, berjejal, mirip ikan yang dijemur.
Momen-momen seperti itu banyak terjadi di Dhaka, ibukota Bangladesh. Ketika hari raya keagamaan Islam macam Idul Fitri dan Idul Adha, umumnya orang Bangladesh mudik ke kampung halaman masing-masing menggunakan kereta api.
Kapasitas kursi penumpang di dalam gerbong kerap kali tidak sebanding dengan banyaknya orang yang datang. "Dengan tidak ada kursi yang tersedia di dalam, banyak penumpang memutuskan untuk mengambil risiko dan memilih pemandangan atap untuk perjalanan mereka keluar dari kota Dhaka," kata Tushar kepada The Telegraph.
Pemerintah Bangladesh tampaknya masih membiarkan perilaku penumpang kereta api yang terpaksa harus menaiki atap dan bergelantungan di sisi kiri kanan gerbong. Hal ini terbukti dari pesanan Bangladesh Railway kepada perusahaan plat merah PT Industri Nasional Kereta Api (INKA): mereka menginginkan kereta super kuat, berbadan lebar, tebal dua kali lipat dari kereta biasa, berkursi banyak dan berharga murah.
"Ya, benar, (dibuat) sangat kuat. Di atas rata-rata ukuran (kereta) Asia, karena memang di sini (Bangladesh), aturan untuk naik kereta di atas (gerbong) masih diperbolehkan," ungkap staf Purna Jual PT INKA Triono di Stasiun Kamalapur, Dhaka, Bangladesh pada November 2018, dikutip dari siaran pers Kementerian Luar Negeri.
Stasiun Kamalapur adalah stasiun utama bagi masyarakat Bangladesh untuk bepergian dari Dhaka ke berbagai kota lain Bangladesh.
Tahun 2019, sebanyak 250 kereta api buatan INKA di Madiun, Jawa Timur, mulai dikirim ke Bangladesh secara bertahap dengan nilai kontrak sebesar 100,8 juta dolar atau setara Rp1,4 triliun. Rinciannya, sebanyak 50 kereta tipe Broad Gauge (BG) dan 200 kereta tipe Meter Gauge (MG).
Perbedaan tipe ini terletak pada lebar track: tipe BG dengan lebar 1.676 mm sedangkan tipe MG lebar 1.000 mm. Pada Minggu (20/1) PT INKA memulai pengiriman pertama sebanyak 15 kereta melalui pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
Ini bukan kali pertama Bangladesh Railway memesan kepada PT INKA. Pada 2016 PT INKA juga mengekspor 150 kereta senilai 72,39 juta dolar ke Bangladesh, serta 50 kereta pada 2006 dengan nilai kontrak 13,8 juta dolar.
Bangladesh Berbenah
Dhaka, mirip dengan Jakarta, berlaku sebagai pusat pemerintahan dan perekonomian. Kota ini menjadi magnet di Bangladesh untuk menyedot banyak pendatang untuk mengadu nasib. Kedatangan perantau ini membuat kepadatan makin menjadi. Data dari UN Habitat 2013 menyebut, setiap satu kilometer persegi di Dhaka dihuni oleh lebih dari 44.500 orang.
Dengan kepadatan tinggi dan sistem kereta api yang masih belum tertata rapih, tak heran kalau angka kecelakaan yang melibatkan kereta amat tinggi. Dhaka Tribune melaporkan setidaknya 2.321 orang tewas di Dhaka karena kecelakaan kereta api selama kurun 2010 sampai 2017. Data yang diambil dari Polisi Kereta Api Pemerintah (GRP) Dhaka, ribuan orang yang terenggut nyawanya itu terpusat di jalur kereta api sepanjang 142 km dari Dhaka ke Narayanganj dan Dhaka ke Jembatan Bangabandhu di Tangail.
Rinciannya, 422 orang, termasuk 56 siswa, terbunuh saat berjalan di rel kereta api menggunakan headphone. Sekitar 554 orang tewas saat duduk di rel atau berjalan di atasnya, 898 tewas saat melintasi rel dengan terburu-buru, 55 tewas setelah jatuh dari atap kereta, dan tujuh tewas dalam kecelakaan antar kereta.
Memang jumlah penumpang yang terbunuh karena duduk di atas atap kereta cukup rendah dibanding yang lain. Namun bagaimanapun, itu seharusnya tidak menjadi alasan pemerintah Bangladesh terus mentolerir perilaku itu.
Pemerintah Bangladesh bukannya tutup mata dan berpangku tangan. Mereka, misalnya, mulai membangun infrastruktur kereta api bawah tanah senilai 2,7 miliar dolar AS yang digarap oleh perusahaan asal Jepang. Pada Juni 2016, konstruksi dimulai dan diharapkan selesai secara bertahap pada 2019 serta ditargetkan mampu mengangkut penumpang hingga 500.000 orang per hari pada 2021.
Tidak hanya itu, pemerintah Bangladesh juga akan menggarap proyek kereta cepat. Dilansir dari Dhaka Tribune, jalur yang akan dilalui kereta cepat adalah rute Dhaka menuju Chittagong dan sebaliknya sepanjang 230 kilometer. Kereta cepat ini bisa memangkas waktu perjalanan yang biasanya enam jam, jadi hanya satu hingga dua jam saja.
Hal itu memungkinkan terjadi karena nantinya kecepatan kereta api maksimum bisa tembus 200 kilometer per jam. Selama ini, kereta api antar kota Bangladesh beroperasi dengan kecepatan maksimum 70 km per jam.
Proyek kereta cepat bakal digarap pada Juni 2022 dengan menggandeng China Railway Design Corporation. Lebih jauh, rute kereta api Dhaka - Chittagong adalah bagian dari jaringan kereta api Trans-Asia. Jaringan ini akan terhubung ke Kolkata di India, dan Gundam, Myanmar. Di masa mendatang, kereta ini dapat pula terkoneksi sampai ke Cina.
Pembenahan infrastruktur kereta api di Bangladesh ini tentu kabar baik juga bagi Indonesia yang sudah beberapa kali mengekspor gerbong kereta bagi mereka. Di masa depan, bisa jadi jumlah pesanan akan terus meningkat.
Editor: Tony Firman