tirto.id - Vaksin COVID-19 dari AstraZeneca telah dikirim ke Indonesia dan tiba pada Senin, 8 Maret 2021. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah memberikan izin penggunaan darurat (emergency use of authorization) kepada vaksin AstraZeneca.
Hal tersebut diberlakukan setelah vaksin buatan Inggris itu masuk ke Indonesia lewat jalur bilateral dan multilateral.
“Vaksin AstraZeneca didaftarkan ke Badan POM melalui 2 jalur, yaitu jalur bilateral oleh PT. Astra Zeneca Indonesia dan jalur multilateral melalui mekanisme COVAX Facility yang didaftarkan oleh PT.Bio Farma,” urai Kepala Badan POM RI Penny K. Lukito dalam konferensi pers daring, Selasa (9/3/2021).
Vaksin AstraZeneca adalah salah satu vaksin Covid-19. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan izin penggunaan darurat untuk vaksin buatan bersama AstraZeneca.
Izin itu diharapkan oleh banyak pihak dapat memperluas distribusi vaksin, yang harganya cukup terjangkau, di negara-negara berkembang.
“Kami telah memastikan semuanya siap untuk vaksin segera didistribusikan. Namun, kami masih harus meningkatkan produksi,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Gebreyesus saat acara jumpa pers, dikutip Reuters yang dilansir Antara.
WHO lewat pernyataan resminya mengumumkan pihaknya telah mengeluarkan izin pakai darurat (EUA) untuk vaksin COVID-19 yang diproduksi oleh AstraZeneca bersama SKBio (Korea Selatan) dan oleh Serum Institute of India (SII).
Vaksin itu masuk dalam daftar WHO setelah sekelompok ahli merekomendasikan vaksin COVID-19 buatan AstraZeneca/Oxford University masuk dalam daftar penggunaan darurat.
Para ahli mengatakan dua dosis vaksin dapat diberikan ke seluruh orang dewasa dan jarak antara kedua dosis adalah sekitar 8-12 minggu.
Vaksin itu diyakini dapat digunakan untuk mencegah varian baru COVID-19 yang ditemukan di Afrika Selatan.
Hasil evaluasi WHO menunjukkan vaksin COVID-19 AstraZeneca telah memenuhi kriteria dan syarat wajib terkait keamanan vaksin. Manfaat yang diperoleh dari vaksin itu dikatakan masih lebih banyak daripada risikonya.
Vaksin buatan AstraZeneca/Oxford diterima dengan baik di banyak negara karena lebih murah jika dibandingkan dengan vaksin buatan Pfizer dan BioNTech.
Jumlah vaksin yang akan disediakan oleh AstraZeneca lewat skema pengadaan vaksin dunia, COVAX, cukup banyak.
Bagaimana dengan efek samping AstrZeneca?
Terkait vaksin tersebut, sejumlah orang di beberapa negara termasuk Prancis beberapa waktu lalu khawatir mengenai efek samping vaksin, dan menunjukkan sikap skeptis bahwa vaksin efektif melawan varian baru COVID-19 yakni B117.
Presiden AstraZeneca Prancis, Olivier Nataf dalam Journal du Dimanche mengatakan vaksinnya efektif melawan infeksi COVID-19 yang parah dan 80 persen efektif mencegah rawat inap penyakit akibat virus SARS-CoV-2 itu.
"Kebingungan dan kekecewaan bisa muncul. Banyak yang sudah diselesaikan. Mungkin ada lagi yang lain," kata dia seperti dikutip dari Reuters, Kamis (11/3/2021).
Regulator Eropa menyimpulkan efek samping vaksin AstraZenaca bukanlah alasan untuk meragukan keamanannya. Sebuah penelitian di Skotlandia yang mencakup 5,4 juta orang menjadi buktinya.
Laporan menunjukkan, efek samping yang mungkin dialami seseorang usai disuntik vaksin AstraZeneca antara lain suhu tinggi atau sakit kepala dan ini merupakan tanda normal tubuh menghasilkan respons imun. Kondisi ini biasanya pulih dalam satu atau dua hari.
"Antara 10 dan 15 persen dari mereka yang divaksinasi mungkin mengalami efek samping tetapi hanya sebatas demam, mual dan dalam waktu 12 jam hilang," kata manager komunikasi Saint-Lo hospital di Normandy, Prancis, Melanie Cotigny.
Sebelumnya, Otoritas Austria menangguhkan inokulasi vaksin COVID-19 AstraZeneca usai penemuan kasus kematian satu orang penduduk di negara itu setelah suntikan diberikan.
Seorang wanita berusia 49 tahun meninggal akibat gangguan koagulasi yang parah, sementara seorang wanita lainnya berusia 35 tahun mengalami emboli paru dan sedang dalam masa pemulihan.
Pejabat kesehatan di Austria (BASG) mengatakan, sementara ini tidak menemukan hubungan kedua kasus ini dengan vaksinasi.
BASG, seperti dikutip dari The Star mengatakan pembekuan darah bukan salah satu efek samping vaksin yang diketahui.
Terkait kasus ini, seorang juru bicara AstraZeneca mengatakan, "Tidak ada kejadian merugikan serius yang dikonfirmasi terkait dengan vaksin."
Percobaan dan pengalaman dunia nyata sejauh ini menunjukkan vaksin aman dan efektif dan telah disetujui untuk digunakan di lebih dari 50 negara.
Pihak AstraZeneca juga mengatakan telah melakukan kontak dengan otoritas Austria dan akan mendukung penuh penyelidikan.
Regulator Uni Eropa pada akhir Januari menyetujui produk tersebut, mengatakan itu efektif dan aman untuk digunakan, sementara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada pertengahan Februari mendaftarkan produk tersebut untuk penggunaan darurat.
Indonesia menjadi salah satu negara penerima vaksin COVID-19 ini. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pada 8 Maret lalu menyampaikan sebanyak 1.113.600 dosis vaksin COVID-19 Astra Zeneca yang tiba di tanah air merupakan pengirim pertama vaksin melalui jalur multilateral COVAX Facility.
Indonesia pada batch pertama akan menerima 11.704.000 vaksin sampai Mei 2021.
Guru Besar FKUI & YARSI, Prof. Tjandra Yoga Aditama, salah satu anggota Independent Allocation Vaccine Group (IAVG), dalam keterangan tertulisnya kepada ANTARA, ditulis Kamis, mengungkapkan, sebelumnya telah melakukan pertemuan intensif pada Februari 2021 dan memvalidasi sehingga vaksin sudah dapat diberikan ke berbagai negara.
Negara yang menjadi penerima pertama yakni Ghana, diikuti berbagai negara lain termasuk Indonesia pada 8 Maret 2021 ini. Menurut Tjandra, proses kerja di IAVG akan terus berjalan di waktu mendatang.
Editor: Agung DH