tirto.id - Gerakan Pramuka merupakan satu-satunya organisasi kepanduan yang ditugaskan menyelenggarakan pendidikan kepanduan bagi anak-anak dan pemuda Indonesia. Tujuannya adalah untuk menumbuhkan tunas bangsa agar menjadi generasi yang lebih baik, yang sanggup bertanggung jawab dan mampu membina serta mengisi kemerdekaan nasional, demikian menurut Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka (PDF).
Gerakan kepramukaan dapat diikuti oleh setiap orang dari berbagai usia, dari usia anak hingga dewasa.
Kelompok usia tersebut dibagi menjadi beberapa golongan yang kemudian dibagi lagi menjadi beberapa tingkatan.
Tingkatan Pramuka Berdasarkan Usia
Berikut ini golongan, usia, dan tingkatan dalam pramuka disarikan dari Buku Panduan Pramuka (2014).
1. Siaga
Anggota Siaga berusia 7 – 10 tahun. Tingkatan dalam Siaga terdiri dari: Mula, Bantu, dan Tata.
Penamaan Siaga didasari oleh kiasan dasar awal perjuangan Bangsa Indonesia ketika pada masa itu masyarakat Indonesia menyiagakan diri untuk mencapai kemerdekaan dengan berdirinya Boedi Oetomo pada 1908 sebagai tonggak awal perjuangan.
2. Penggalang
Anggota Penggalang berusia 11 – 16 tahun. Tingkatan dalam Penggalang terdiri dari: Ramu, Rakit, dan Terap.
Penamaan Penggalang didasari pada kiasan penggalangan persatuan seluruh rakyat Indonesia untuk bersama-sama mencapai kemerdekaan. Peristiwa ini ditandai dengan Soempah Pemoeda pada 1928.
3. Penegak
Anggota Penegak berusia 17 – 20 tahun, tingkatan dalam Penegak terdiri dari: Bantara dan Laksana.
Penegak dikiaskan sebagai saat para pemuda di Indonesia bahu-membahu menegakkan kemerdekaan bangsa.
4. Pandega
Anggota Pandega berusia 21 – 25 tahun. Berbeda dari tingkatan lainnya, Pandega hanya memiliki satu tingkatan yang disebut Pandega.
Istilah Pandega ini dikiaskan sebagai mereka yang memandegani (memprakarsai/mempelopori) pembangunan bangsa.
Pada tingkatan ini pemuda diharapkan dapat mengisi dan membangun bangsa setelah merdeka.
Selanjutnya, anggota pramuka dewasa di atas usia 25 tahun biasanya disebut Pembina atau anggota kwartir.
Sejarah Kepanduan Internasional
Gerakan Kepanduan dicetuskan oleh Robert Baden-Powell, seorang anggota angkatan darat di Inggris.
Antara tahun 1906-1907, ia menulis buku Scouting for Boys. Intinya, buku ini merupakan panduan bagi remaja untuk melatih keterampilan dan ketangkasan, cara bertahan hidup, hingga pengembangan dasar-dasar moral.
Apa yang dicetuskan Robert Baden-Powell kemudian menyebar ke seluruh dunia dan menjadi gerakan kepanduan, yang di Indonesia disebut dengan Pramuka.
Hari lahir Robert Baden-Powell pada 22 Februari 1857, kemudian diperingati sebagai Hari Pramuka Internasional.
Dikutip dari Scout, anggota Kepanduan di seluruh dunia saat ini melebihi 50 juta orang yang tersebar di lebih dari 200 negara.
Mereka yang pernah menjadi anggota Kepanduan saat ini banyak yang muncul sebagai tokoh-tokoh dunia terkemuka dari berbagai bidang keilmuan.
Sejarah Lahirnya Pramuka di Indonesia
Pasca-kemerdekaan, gerakan kepanduan mulai surut. Pada 1960 pemerintah dan MPRS berupaya untuk membenahi organisasi kepramukaan di Indonesia.
Sebagai tindak lanjut upaya tersebut, pada 9 Maret 1961 Presiden Soekarno mengumpulkan tokoh-tokoh dari gerakan kepramukaan Indonesia.
Presiden mengatakan bahwa organisasi kepanduan yang ada harus diperbaharui, aktivitas pendidikan harus diganti, dan seluruh organisasi kepanduan yang ada dilebur menjadi satu dengan nama Pramuka.
Dalam kesempatan ini juga, presiden membentuk panitia pembentukan gerakan Pramuka yang terdiri dari Sultan Hamengkubuwono XI, Prof. Prijono. Dr. A. Aziz Saleh serta Achmadi.
Peristiwa ini kemudian dikenal dengan Hari Tunas Gerakan Pramuka. Buah hasil kerja panitia tersebut adalah dikeluarkannya lampiran keputusan Presiden nomor 238 tahun 1961 pada 20 Mei 1961 tentang gerakan Pramuka.
Istilah Pramuka sendiri dicetuskan oleh Sri Sultan Hamengkubowona IX, terinspirasi dari kata Poromuko yang berarti pasukan terdepan dalam perang.
Namun, kata Pramuka diejawantahkan menjadi Praja Muda Karana yang berarti “Jiwa Muda yang Gemar Berkarya”.
Sultan HB IX menjabat sebagai Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka pertama dan terpilih kembali sampai 4 periode selanjutnya hingga 1974.
Ia berjasa melambungkan Pramuka Indonesia hingga ke luar negeri. Maka dari itu, gelar Bapak Pramuka Indonesia kemudian disematkan kepada Raja Yogyakarta ini.
Istilah Pramuka resmi digunakan untuk menyebut gerakan Kepanduan nasional pada 14 Agustus 1961. Idenya bermula dari gagasan Presiden Sukarno yang ingin menyatukan seluruh gerakan Kepanduan di Indonesia di atas.
Dengan demikian, setiap 14 Agustus kemudian diperingati sebagai Hari Pramuka Nasional. Misi utama gerakan Pramuka adalah untuk mendidik pemuda dan pemudi Indonesia, dari usia anak-anak, demi meningkatkan rasa cinta tanah air dan bela negara.
Editor: Abdul Hadi