Menuju konten utama

Lirik Lagu Hymne Pramuka: Siapa Pencipta dan Apa Maknanya

Lirik lagu Hymne Pramuka diciptakan oleh Bapak Kepanduan Indonesia. Berikut lirik Hymne Pramuka, makna dan penciptanya.

Lirik Lagu Hymne Pramuka: Siapa Pencipta dan Apa Maknanya
Sejumlah siswa mendirikan gapura bambu dalam perkemahan Hari Pramuka di Bumi Perkemahan Pramuka, Cibubur, Jakarta, Jumat (14/8/2020). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra.

tirto.id - Lirik lagu Hymne Pramuka kerap dinyanyikan di Hari Pramuka yang diperingati setiap tanggal 14 Agustus. Hymne (himne) menurut Kamus Besar Basaha Indonesia (KBBI) berarti nyanyian pujaan (untuk Tuhan dan sebagainya) atau gita puja.

"Hymne Pramuka" diciptakan oleh Husein Mutahar (H.Mutahar), orang yang juga menciptakan lagu kebangsaan populer lainnya seperti "Hari Merdeka" dan "Syukur". Siapa Husein Mutahar? Ia adalah pencipta lagu, sekaligus bapak kepanduan Indonesia.

H. Mutahar lahir di Semarang, 5 Agustus 196 dan wafat di Jakarta, 9 Juni 2004 pada usia 87 tahun. Selama hidupnya, H. Mutahar banyak menciptakan lagu-lagu kebangsaan seperti "Syukur", "Hari Merdeka", "dan "Dirgahayu Indonesiaku" yang menjadi lagu resmi HUT Ke-50 RI.

Mutahar menempuh pendidikan selama setahun di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM) 1946-1947. Pada tahun 1945, ia menjadi Sekretaris Panglima Angkatan Laut RI di Yogyakarta. Puncak kariernya adalah ketika ia menjadi Duta Besar RI di Takhta Suci (Vatikan) pada 1969-1973.

Mutahar juga dikenal sebagai penyelamat Bendera Pusaka, saat ia menjadi ajudan Presiden Sukarno. Ketika Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda pada 19 Desember 1948, bendera pusaka sempat diselamatkan oleh Sukarno dan dipercayakan kepada H. Mutahar.

Dilansir situs web Kemdikbud, H. Mutahar kemudian mengungsi dengan membawa bendera tersebut. Untuk alasan keamanan dari penyitaan Belanda, ia melepaskan benang jahitan bendera sehingga bagian merah dan putihnya terpisah, kemudian membawanya dalam dua tas.

Pertengahan Juni 1949, ketika berada dalam pengasingan di Bangka, Sukarno meminta kembali bendera pusaka kepada Mutahar. Ia kemudian menjahit dan menyatukan kembali bendera pusaka dengan mengikuti lubang jahitannya satu persatu.

Bendera pusaka kemudian disamarkan dengan bungkusan kertas koran dan diserahkan kepada Soejono untuk dikembalikan kepada Sukarno di Bangka.

Pada 6 Juli 1949, Sukarno bersama bendera pusaka tiba dengan selamat di Ibukota Republik Indonesia di Yogyakarta. Pada 17 Agustus 1949, bendera pusaka kembali dikibarkan di halaman depan Gedung Agung.

Lirik Lagu Hymne Pramuka dan Maknanya

Hymne Pramuka menjadi lagu yang selalu dinyanyikan dalam upacara-upacara yang dilaksanakan dalam Gerakan Pramuka. H. Mutahar salah satu pejuang, penggubah lagu dan tokoh Pramuka menciptakan sebuah Himne bagi Gerakan Pramuka.

Dilansir Kemendikbud, lirik lagu Hymne Pramuka adalah:

Kami Pramuka Indonesia

Manusia Pancasila

Satyaku kudharmakan, dharmaku kubaktikan

agar jaya, Indonesia, Indonesia

tanah air ku

Kami jadi pandumu.

Menurut situs web Kwarcab Agam, lagu Hymne Gerakan Pramuka memiliki makna yang mendalam, sehingga liriknya dijadikan moto Gerakan Pramuka Indonesia.

Dalam baris pertama yang berbunyi "Kami Pramuka Indonesia" menjelaskan sekaligus sebagai penegas, "Kami adalah Pramuka (Praja Muda Karana)" yang berarti seorang pemuda yang memiliki semangat berkarya.

Pada baris kedua yang berbunyi "Manusia Pancasila" menjelaskan, pramuka berpegang pada Pancasila, bukan yang lain.

Dan pada kalimat selanjutnya berbunyi "Satyaku Kudarmakan Darmaku Kubaktikan" bermakna setiap janji dan komitmen diri yang telah diucapkan dan/atau dihayati menjadi ketetapan yang harus ditepati dan dilaksanakan dalam sikap dan perilaku sehari-hari.

Bila diartikan makna "Satya" adalah janji, sedangkan “Darma” artinya kewajiban, aturan dan kebenaran. Kata “Darma” pada konteks di atas merujuk pada Dasa Darma Pramuka.

"Satyaku Kudarmakan Darmaku Kubaktikan" adalah isi dari lirik Himne Gerakan Pramuka Satya Darma Pramuka, dan kalimat ini juga merupakan moto Gerakan Pramuka yang bersifat tetap dan tunggal sebagai bagian terpadu dalam proses pendidikan.

Kalimat selanjutnya "Agar Jaya Indonesia" bermakna sebagai tujuan dari Gerakan Pramuka secara global, yaitu membuat negara Indonesia yang jaya. Yang artinya makmur seluruh rakyatnya.

Dan "Indonesia Tanah Airku" adalah sebagai penegas bahwa Indonesia, dan hanya indonesia-lah tanah air kita

Arti “Pandu” sendiri dalam kamus KBBI adalah penunjuk jalan, perintis. Jadi dalam lirik terakhir Himne Gerakan Pramuka Satya Darma Pramuka tersebut, makna "Kami Jadi Pandumu" adalah Pramuka yang akan menjadi perintis kejayaan Indonesia.

Hari-Hari Bersejarah dalam Pramuka

Dalam sejarah kepramukaan di Indonesia, terdapat beberapa momentum yang menjadi penetapan hari bersejarah dalam Pramuka.

Untuk mengenang tokoh kepanduan dunia, tanggal 22 Februari ditetapkan sebagai Hari Baden Powell atau Hari Kepanduan Sedunia.

Hari Tunas Gerakan Pramuka ditetapkan berdasarkan hari sewaktu dilakukannya Pidato Presiden/Mandataris MPRS di hadapan perwakilan berbagai organisasi kepanduan Indonesia, yaitu 9 Maret 1961.

Sementara itu, ketika Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961 bertanggal 20 Mei 1961 tentang penetapan Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang menyelenggarakan pendidikan kepanduan, dijadikan momentum Hari Permulaan Tahun Kerja.

Hari tersebut adalah tonggak untuk pendidikan kepramukaan selain juga pada 20 Mei diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Kemudian, hari bersejarah dalam Pramuka Indonesia selanjutnya yaitu Hari Ikrar Gerakan Pramuka yang ditetapkan berdasarkan momentum peleburan berbagai organisasi Gerakan Pramuka pada 30 Juli 1961.

Di Istana Olahraga Senayan saat itu, semua organisasi kepanduan menyatakan ini bersatu dalam wadah Pramuka.

Sementara itu, Hari Pramuka ditetapkan setiap 14 Agustus. Peristiwa yang melatarbelakanginya yaitu pada 1 Agustus 1961 dilantik pengurus Gerakan Pramuka dan sekaligus berlangsungnya defile Pramuka. Tujuan defile ini adalah memperkenalkan Gerakan Pramuka Indonesia pada khalayak.

Baca juga artikel terkait HARI PRAMUKA atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Penyelaras: Yulaika Ramadhani