Menuju konten utama

Lirik Lagu "Syukur" dan Biografi Penciptanya Husein Mutahar

Lirik dan makna lagu "Syukur", serta biografi pengarangnya Husein Mutahar. 

Lirik Lagu
Ilustrasi Lirik Lagu Daerah. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Lagu Syukur termasuk lagu nasional yang diciptakan oleh Husein Mutahar. Meski dinyanyikan dengan nada sendu, lagu Syukur mampu membangkitkan rasa nasionalisme dengan lirik-liriknya yang penuh makna.

Lagu ini berisi ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kemerdekaan yang telah dicapai. Tapi menariknya, Syukur justru diciptakan pada tahun 1944, jauh sebelum Indonesia merdeka.

Himne ini lantas diperdengarkan ke hadapan publik di tahun 1945. Sampai sekarang, Syukur menjadi lagu wajib yang dihafal oleh banyak orang, bahkan makin populer setelah dibawakan oleh musisi-musisi modern zaman sekarang.

Lirik Lagu Syukur

Berikut lirik lagu Syukur ciptaan Husein Mutahar:

Dari yakin ‘ku teguh

Hati ikhlas ‘ku penuh

Akan karunia-Mu

Tanah air pusaka

Indonesia merdeka

Syukur aku sembahkan

Kehadirat-Mu Tuhan

Dari yakin ‘ku teguh

Cinta ikhlas ‘ku penuh

Akan jasa usaha

Pahlawanku yang baka

Indonesia merdeka

Syukur aku hunjukkan

Ke bawah duli tuan

Dari yakin ‘ku teguh

Bakti ikhlas ‘ku penuh

Akan azas rukunmu

Pandu bangsa yang nyata

Indonesia merdeka

Syukur aku hunjukkan

Kehadapanmu tuan

(Tanah air pusaka)

(Indonesia merdeka)

Syukur aku sembahkan

Ke hadirat-Mu Tuhan

Makna Lagu Syukur

Lagu syukur terdiri dari tiga bait dengan lirik yang menggambarkan perjuangan dan kemerdekaan Indonesia.

Bait pertama berisi ungkapan keyakinan bahwa Indonesia bisa merdeka berkat karunia Sang Pencipta. Itulah kenapa seluruh rakyat Indonesia harus bersyukur kepada Tuhan atas anugerahnya yang luar biasa.

Di bait kedua, Husein Mutahar mengingatkan bahwa kemerdekaan tidak didapat dengan mudah dan penuh pengorbanan.

Para pahlawan telah berjasa besar dalam memperjuangkan kemerdekaan dan kita semua patut bersyukur karenanya.

Bait ketiga menggambarkan bahwa kemerdekaan Indonesia hanya bisa terwujud apabila bangsa yang majemuk ini bisa rukun dan bersatu. Dengan peran ‘pandu bangsa’ yang berjiwa ksatria, berani, dan menolong sesama, maka Indonesia bisa meraih kemerdekaannya.

Biografi Husein Mutahar: Pencetus Paskibraka dan Penyelamat Bendera Pusaka

Husein Mutahar lahir pada tanggal 5 Agustus 1916 di Semarang. Ia merupakan lulusan Algemene Middelbare School (AMS) bagian A yang mempelajari ilmu pengetahuan kebuadayaan.

Lulus dari AMS, Husein Mutahar sempat melanjutkan pendidikannya di Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada pada tahun 1946-1947.

Husein Mutahar dikenal sebagai pencipta beberapa lagu nasional seperti Syukur dan Hari Merdeka. Terkait dengan lagu Syukur, ada fakta menarik di balik penciptaannya.

Saat itu Husein Mutahar sedang berada di Hotel Garuda, Yogyakarta, dan sekamar dengan Hoegeng yang sekarang dikenang sebagai sosok polisi paling jujur dan bersih.

Lagu Syukur ternyata tercipta ketika Mutahar sedang berada di toilet hotel. Sementara Hoegeng membantu mencarikan kertas agar Mutahar bisa meluapkan ide lagunya tersebut.

Selain sebagai pencipta lagu-lagu nasional, Husein Mutahar juga dikenal sebagai ajudan Presiden Soekarno yang membentuk Pasukan Pengibar Bendera Pusaka atau Paskibraka.

Pada 17 Agustus 1946, Indonesia menggelar upacara ulang tahun kemerdekaan di halaman Istana Gedung Agung Yogyakarta. Presiden Soekarno lantas memerintahkan Husein Mutahar untuk mempersiapkan upacara kenegaraan tersebut.

Bermaksud ingin menumbuhkan rasa persatuan, Husein Mutahar mencetuskan ide bahwa pengibaran bendera harus dilakukan oleh para pemuda yang mewakili daerah di Indonesia.

Saat itulah Husein Mutahar menunjuk 5 pemuda (3 orang putri dan 2 orang putra) yang mewakili Yogyakarta untuk mengibarkan Bendera Pusaka. Inilah cikal bakal Paskibraka yang terus ada hingga saat ini.

Husein Mutahar juga punya peran penting saat masa-masa Agresi Militer Belanda II, tepatnya pada 19 Desember 1948.

Dalam buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang ditulis Cindy Adams, Presiden Soekarno memberi tugas pada Mutahar untuk menjaga Bendera agar tidak jatuh ke tangan musuh.

Mutahar lalu memiliki akal untuk memisahkan kedua warna Bendera Pusaka yang telah dijahit oleh istri Bung Karno, Ibu Fatmawati. Kain merah dan putih diletakkan di dua tas berbeda dan masing-masing ditumpuk dengan baju milik Mutahar.

Dengan demikian, Bendera Pusaka akan terlihat seperti kain biasa dan tidak akan dirampas oleh pihak Belanda. Setelah itu berbagai peristiwa terjadi, mulai dari Bung Karno dan Bung Hatta yang diasingkan ke Sumatera hingga Mutahar yang ditahan namun berhasil kabur ke Jakarta.

Barulah pada pertengahan Juni 1948, Presiden Soekarno mengirim surat dan memerintahkan Mutahar untuk menyerahkan Bendera Pusaka padanya.

Mutahar lalu menjahit kembali Bendera Pusaka dan membungkusnya dengan kertas koran. Sesuai dengan arahan Bung Karno, Bendera Pusaka diserahkan kepada Soedjono, anggota delegasi yang diperbolehkan mengunjungi Bung Karno di pengasingan.

Berkat jasanya dalam menyelamatkan Bendera Pusaka, Presiden Soekarno kemudian menganugerahkan Bintang Maha Putera kepada Husein Mutahar pada tahun 1961.

Baca juga artikel terkait HIBURAN atau tulisan lainnya dari Erika Erilia

tirto.id - Musik
Kontributor: Erika Erilia
Penulis: Erika Erilia
Editor: Yandri Daniel Damaledo