Menuju konten utama

Lirik Lagu 17 Agustus 1945 Hari Merdeka: Sejarah dan Maknanya

Lagu 17 Agustus 1945 "Hari Merdeka" menyimpan informasi sejarah sekaligus memiliki makna mendalam. Temukan penjelasannya di sini.

Lirik Lagu 17 Agustus 1945 Hari Merdeka: Sejarah dan Maknanya
Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) bersiap mengibarkan Bendera Merah Putih saat Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi 1945 yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (17/8/2020). ANTARA FOTO/Agus Suparto/Handout.

tirto.id - Lagu 17 Agustus "Hari Merdeka" erat dengan Hari Kemerdekaan RI atau HUT RI. Lagu ini hampir selalu berkumandang dalam peringatan ulang tahun RI. Penciptanya adalah Husein Mutahar atau yang lebih dikenal dengan H. Mutahar.

H. Mutahar lahir di Semarang pada 5 Agustus 1916 dan wafat pada 9 Juni 2004. Selain sebagai pencipta lagu, H. Mutahar juga merupakan tokoh kepanduan Indonesia di era 1945-1961 dan merancang berdirinya Paskibraka (Pasukan Pengibar Bendera Pusaka).

Lagu "Hari Merdeka" ciptaan H. Mutahar tidak hanya memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia saja, tetapi menyimpan informasi sejarah sekaligus meneguhkan hari lahirnya bangsa ini. Tapi, tentu saja, dalam konteks penciptaannya, lagu ini dibuat dalam proses panjang, bahkan dalam situasi yang tidak mudah.

Terciptanya lagu "Hari Merdeka" berawal dari ketika H. Mutahar masih menjadi ajudan Presiden Sukarno. Pagi-pagi benar, tahun 1946, Sukarno memanggil Mutahar dan meminta dibuatkan aubade (nyanyian atau musik penghormatan pada pagi hari)

Menurut buku 100 Konser Musik Indonesia (2018:31) oleh Anas Syahrul Alimi dan Muhidin M. Dahlan, saat itu situasi Indonesia masih dalam fase genting perang Revolusi di Yogyakarta. Atas perintah itu, Mutahar kemudian meminjam orkes keraton dan mengonduktori permain dengan semangat sembari naik ke atas meja reot.

Saat lagu "Hari Merdeka" dimainkan pada upacara 17 Agustus, Sukarno pun merasa senang dan memuji kepiawaian Mutahar dalam menciptakannya.

Setahun sebelum "Hari Merdeka" lahir, Husein Mutahar, menciptakan lagu nasional berjudul "Syukur". Lagu ini terinspirasi saat ia menyaksikan banyak warga Semarang yang makan bekicot untuk mempertahankan hidup di masa penjajahan Jepang.

Infografik SC Sejarah Lagu Hari Merdeka

Infografik SC Sejarah Lagu Hari Merdeka. tirto.id/Fuad

Setelah menyaksikan peristiwa itu, pada sore hari, Mutahar masuk kelas musik dan langsung bermain organ sambil menangis.

"Dari yakinku teguh. Hati Ikhlasku penuh. Dari yakin 'ku teguh. Hati ikhlas 'ku penuh. Akan karunia-Mu. Tanah air pusaka. Indonesia merdeka. Syukur aku sembahkan. Ke hadirat-Mu Tuhan," begitu potongan liriknya.

Dua lagu ciptaan Mutahar itu begitu populer hingga saat ini. "Hari Merdeka" diputar dan dilantunkan saat upacara hari kemerdekaan di berbagai daerah, baik instansi negeri, swasta hingga komunitas masyarakat sampai saat ini.

Lirik Lagu "Hari Merdeka"

Tujuh belas Agustus tahun empat lima

Itulah hari kemerdekaan kita

Hari merdeka nusa dan bangsa

Hari lahirnya bangsa Indonesia

Mer—de—ka

Sekali merdeka tetap merdeka

Selama hayat masih dikandung badan

Kita tetap setia tetap sedia

Mempertahankan In-do-ne-si-a

Kita tetap setia tetap sedia

Membela negara kita

Tujuh belas Agustus tahun empat lima

Itulah hari kemerdekaan kita

Hari merdeka nusa dan bangsa

Hari lahirnya bangsa Indonesia

Mer—de—ka

Sekali merdeka tetap merdeka

Selama hayat masih dikandung badan

Kita tetap setia tetap sedia

Mempertahankan In-do-ne-si-a

Kita tetap setia tetap sedia

Membela negara kita

Tujuh belas Agustus tahun empat lima

Itulah hari kemerdekaan kita

Hari merdeka nusa dan bangsa

Hari lahirnya bangsa Indonesia

Mer—de—ka

Sekali merdeka tetap merdeka

Selama hayat masih dikandung badan

Kita tetap setia tetap sedia

Mempertahankan In-do-ne-si-a

Kita tetap setia tetap sedia

Membela negara kita

Kita tetap setia tetap sedia

Mempertahankan In-do-ne-si-a

Kita tetap setia tetap sedia

Membela negara kita

Baca juga artikel terkait LIRIK LAGU 17 AGUSTUS atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Iswara N Raditya