tirto.id - Pernahkah Anda mengalami fobia? Misalnya fobia terhadap laba-laba (arachnophobia), fobia terhadap ketinggian (acrophobia), dan fobia terhadap anjing (cynophobia), bahkan terhadap anjing pudel.
Selain beberapa fobia tersebut, banyak orang juga mengalami fobia terhadap jarum suntik (typanophobia), fobia terhadap darah (hemophobia), dan fobia terhadap gelap atau malam (nyctophobia). Selain itu masih banyak fobia lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Berbagai macam fobia tersebut memiliki penyebabnya masing-masing. Dilansir dari Mayo Clinic, secara umum, fobia dapat disebabkan oleh tiga hal, yaitu,
1. Pengalaman traumatis
2. Genetik
3. Fungsi otak yang tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Orang yang pernah terpapar peristiwa traumatis berisiko tinggi untuk mengalami fobia.
Namun, fobia dapat diatasi dengan metode systematic desensitization. MenurutAmerican Psychological Association (APA), systemic desensitization adalah metode penurunan reaktivitas emosional atau fisik terhadap rangsangan yang dicapai dengan cara seperti teknik dekondisi.
Teknik ini dikembangkan oleh Joseph Wolpe, pionir terapi perilaku (behavioral therapy). Dia mengembangkan teknik ini untuk terapi bagi mereka yang memiliki gangguan kecemasan atau fobia.
Dilansir dari Very Well Mind, teknik ini berangkat dari prinsip-prinsip pengkondisian klasik dan premis bahwa hal yang telah dikondisikan, respons tubuh terhadap sesuatu, dapat dikondisikan ulang. Artinya, kita dapat mengkondisikan kembali respons atau reaksi tubuh kita terhadap hal-hal yang ditakuti.
Metode ini bekerja dengan cara teknik relaksasi otot, pembuatan daftar hal yang ditakuti, dan paparan terhadap hal yang ditakuti. Dilansir dari Healthline, teknik relaksasi otot dapat ditempuh dengan berbagai cara, misalnya menarik napas panjang dan menahannya selama sedetik atau dua detik kemudian menghembuskannya, membayangkan tempat atau hal yang membuat kita senang, dan teknik meditasi atau teknik kesadaran penuh (mindfullness).
Selanjutnya kita dapat mendaftar hal-hal yang membuat kita takut, mulai dari hal yang kita takuti yang bernilai 1 hingga hal yang sangat kita takuti dan bernilai 10. Buatlah daftar secara rinci hal-hal tersebut.
Langkah selanjutnya adalah mengurutkan hal yang dapat menjadi pemicu (trigger) rasa takut kita, misalnya melihat gambar laba-laba dapat memicu rasa takut kita hingga ke level 1.
Namun, melihat langsung laba-laba dapat memicu rasa takut kita hingga ke level 5 dan ditempeli laba-laba dapat memicu rasa takut kita hingga ke level 10.
Langkah selanjutnya adalah mengembangkan cara untuk mengekspos diri pada setiap tingkat ketakutan. Langkah ini biasanya dilakukan dengan bantuan terapis atau psikolog. Lalu, langkah selanjutnya adalah memaparkan diri ke hal yang membuat fobia kita timbul mulai dari level 1 hingga level 10.
Editor: Nur Hidayah Perwitasari