tirto.id - Kanker payudara inflamasi atau inflammatory breast cancer (IBC) merupakan kanker langka yang bersifat sangat agresif atau ganas yang dapat menyebabkan payudara menjadi merah, bengkak, dan nyeri ketika ditekan. Sel kanker ini memblokir saluran getah bening terkecil di payudara.
Kanker payudara inflamasi terjadi ketika sel-sel kanker menyumbat pembuluh darah limfatik pada kulit yang menutupi payudara, sehingga akan menyebabkan perubahan pada penampilan payudara yang memerah dan bengkak.
Melansir dari Hopkins Medicine, kanker payudara inflamasi jarang terjadi, terhitung hanya 0,5 persen sampai 2 persen dari berbagai jenis kanker payudara. Orang yang berisiko terkena kanker jenis ini ialah wanita yang berusia di bawah 40 tahun, wanita berkulit hitam, dan wanita yang mengalami obesitas atau kelebihan berat badan.
Kebanyakan kanker payudara inflamasi adalah karsinoma duktal invasif, yakni bermula dari mengganasnya sel kanker di saluran susu hingga menembus dinding saluran tersebut, kemudian menyerang jaringan payudara lainnya.
Gejala Kanker Payudara Inflamasi
Tak seperti jenis kanker payudara pada umumnya, kanker payudara inflamasi biasanya tidak menimbulkan benjolan di area payudara. Hal ini berarti bahwa gejala kanker ini kemungkinan tidak muncul pada teknik skrining kanker payudara pada umumnya seperti mamografi, sehingga lebih sulit didiagnosis.
Melansir dari Web Md, berikut merupakan gejala kanker payudara inflamasi yang perlu diperhatikan:
1. Payudara terasa nyeri
2. Terdapat perubahan kulit di area payudara. Kulit payudara menjadi tebal, bertekstur seperti kulit jeruk, dan berwarna merah muda atau memerah
3. Memar di area payudara yang tak kunjung hilang
4. Payudara membengkak secara tiba-tiba
5. Payudara terasa gatal
6. Terdapat perubahan pada puting, yakni seperti tertarik kedalam atau puting masuk ke dalam (inverted nipple)
7. Pembengkakan kelenjar getah bening di bawah lengan atau di leher.
Beberapa perubahan bentuk payudara di atas umumnya terjadi dengan cepat bahkan dalam beberapa minggu. Perubahan tersebut seperti ketebalan atau berat payudara bersamaan dengan rasa hangat yang tidak biasa pada bagian dada.
Penyebab Kanker Payudara Inflamasi
Melansir dari Cleveland Clinic, sebenarnya penyebab dari kanker payudara inflamasi belum jelas. Para peneliti tidak mengetahui secara pasti apa yang menyebabkan sel kanker menjadi ganas.
Kanker payudara inflamasi berkembang ketika sel-sel kanker memblokir pembuluh getah bening. Pembuluh getah bening adalah tabung berongga salah satu bagian dari sistem limfatik yang memungkinkan cairan getah bening mengalir keluar dari payudara.
Penyumbatan pembuluh getah bening dapat menyebabkan payudara menjadi merah, bengkak, hingga meradang. Dalam kebanyakan kasus kanker payudara inflamasi, sel kanker dapat menyebar ke luar (bermetastatis) dari pembuluh getah bening. Kanker yang telah menyebar bisa memengaruhi organ lain dan akan lebih sulit untuk diobati.
Pengobatan Kanker Payudara Inflamasi
Biasanya pengobatan kanker payudara inflamasi dimulai dengan kemoterapi sistemik untuk membantu mengecilkan tumor, kemudian dilakukan pembedahan untuk mengangkat tumor, dan diikuti dengan terapi radiasi. Pengobatan ini disebut dengan pendekatan multimodal.
Terdapat penelitian yang mengungkapkan bahwa wanita dengan kanker payudara imflamasi yang diobati dengan pendekatan multimodal memiliki respon yang lebih baik terhadap terapi dan memiliki kelangsungan hidup yang lebih lama.
Mengutip dari laman resmi Cancer, berikut merupakan penjelasan lengkap terkait perawatan yang digunakan dalam pendekatan multimodal:
1. Kemoterapi Neoadjuvant
Jenis kemoterapi ini diberikan sebelum dilakukan operasi dan biasanya mencakup obat antrasiklin dan taxane. Biasanya dokter merekomendasikan pasien setidaknya melakukan kemoterapi neoadjuvant selama 4 hingga 6 bulan sebelum tumor diangkat, kecuali kankernya terus berkembang selama rentang waktu tersebut dan dokter memutuskan bahwa operasi tidak boleh ditunda.
2. Terapi yang Ditargetkan
Kanker payudara inflamasi menghasilkan protein HER2 dalam jumlah yang lebih banyak dari biasanya. Hal ini berarti bahwa obat-obatan seperti trastuzumab (Herceptin) yang menargetkan protein jenis ini dapat digunakan untuk mengobatinya. Terapi anti-HER2 dapat menjadi bagian dari terapi neoadjuvant maupun setelah pembedahan (terapi adjuvant).
3. Terapi Hormon
Jika sel-sel kanker payudara inflamasi pada wanita mengandung reseptor hormon, maka terapi hormon bisa menjadi pilihan untuk mengobati kanker tersebut. Biasanya pengobatan ini bekerja dengan cara menghalangi hormon supaya tak menempel pada reseptor sel kanker atau dengan mengurangi produksi hormon tertentu yang bisa membantu pertumbuhan sel kanker.
4. Pembedahan
Operasi standar untuk kanker payudara inflamasi adalah mastektomi radikal modifikasi. Pembedahan merupakan tindakan masektomi sederhana dengan pengambilan kelenjar getah bening, biasanya lapisan di atas otot dada juga diangkat dengan otot dada tetap dipertahankan. Namun, terkadang otot tipis segitiga pada dinding dada bagian atas (pectoralis minor) juga akan diangkat.
5. Terapi Radiasi
Terapi radiasi pasca-mastektomi pada dinding dada bagian bawah payudara yang diangkat merupakan bagian standar perawatan multimodal untuk kanker payudara inflamasi.
6. Terapi Adjuvant
Terapi sistemik adjuvant dapat diberikan setelah operasi untuk mengurangi risiko kanker kambuh kembali. Terapi ini bisa disebut dengan kemoterapi tambahan, terapi hormon, terapi bertarget, atau beberapa kombinasi dari perawatan ini.
Penulis: Yunita Dewi
Editor: Dipna Videlia Putsanra