tirto.id - Mengelola keuangan saat sudah menikah dan belum menikah tentu memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Sebab, saat sudah menikah maka pengeluaran dalam rumah tangga akan lebih besar, apalagi jika Anda sudah memiliki buah hati.
Ketika sudah menikah, kebutuhan bukan hanya soal membeli makan untuk kebutuhan sehari-hari tetapi juga harus membayar listrik hingga menabung atau bahkan membayar cicilan setiap bulannya.
Permasalah keuangan saat sudah menikah tentu bisa menjadi hal yang pelik bagi sebagian besar pasangan. Dilansir dari laman Siap Nikah milik BKKBN bahkan di jelaskan bahwa menurut catatan Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung pada 2021 dan diperkuat temuan beberapa studi yang menyebutkan bahwa penyebab utama perceraian adalah perselisihan dan pertengkaran antarpasangan.
Sayangnya, di antara sekian banyak sumber perselisihan dan pertengkaran dalam keluarga, masalah keuangan atau finansial merupakan hal yang paling sering terjadi.
Masalah tersebut diperumit dengan stigma pada sebagian orang yang beranggapan bahwa tabu untuk mempermasalahkan dan meributkan soal keuangan. Selain itu masalah keuangan juga dianggap menjadi hal yang sangat riskan dan pelik untuk diperdebatkan.
Sehingga jika terjadi perselisihan karena masalah keuangan tak sedikit yang akhirnya berujung dan memicu terjadinya perceraian. Sebut saja perdebatan yang terjadi akibat perbedaan kebiasaan cara mengatur uang antara suami dan istri.
Sering kita jumpai suami yang mengeluh soal istri yang dianggap terlalu boros saat mengatur keuangan, padahal yang sebenarnya terjadi tak sedikit istri yang justru kesulitan mengatur keuangan lantaran terbatasnya uang yang dimiliki sedangkan pengeluaran untuk belanja makan sehari-hari saja sudah menghabiskan banyak uang. Di tambah saat ini harga kebutuhan pokok yang terus melambung.
Hal ini jika tak segera dibicarakan dan dicari solusinya bersama maka akan menimbulkan masalah yang lebih rumit hingga tak menutup kemungkinan bisa memicu terjadinya perceraian.
Guna mengatasi permasalahan ini, sebenarnya ada satu teknik sederhana dalam mengelola keuangan keluarga ala ibu rumah tangga di Jepang yang disebut “Kakeibo” atau “Kakebo” (dibaca: kah-keh-boh).
Dilansir dari laman Antara, Kakeibo bisa diartikan sebagai buku rekening untuk ekonomi rumah tangga atau secara harfiah berarti “buku besar atau catatan keuangan rumah tangga”.
Teknik Kakeibo ini pertama kali diperkenalkan oleh jurnalis Jepang, Hani Motoko, pada tahun 1904. Lantas dipopulerken lagi pada 2017 dalam buku “Kakeibo: The Japanese Art of Saving Money” yang ditulis oleh Fumiko Chiba, seorang penulis dari Jepang.
Lantaran kepopulerannya, teknik pengelolaan keuangan Kakeibo ini kemudian banyak digunakan, diadaptasi dan di praktikan oleh para ibu di Jepang sejak zaman dahulu.
Dilansir dari laman Siap Nikah milik BKKBN, di dalam buku ini, terdapat empat pertanyaan penting yang harus dijawab apabila ingin memiliki kondisi keuangan yang baik, yaitu:
1. Berapa banyak uang yang Anda miliki?
2. Berapa jumlah uang yang ingin Anda simpan?
3. Seberapa besar dana yang rutin Anda belanjakan?
4. Bagaimana Anda bisa meningkatkan uang yang Anda tabung?
Teknik Kakeibo tersebut diakui dan diklaim bisa mengubah pandangan orang terhadap uang dan dapat membuat kita menjadi lebih berhati-hati serta cermat dalam mengelola keuangan.
Sebenarnya, pada dasarnya Kakeibo adalah jurnal pembukuan yang dibuat dan diaplikasikan untuk pengelolaan pendapatan dan pengeluaran yang proses pencatatannya dilakukan dengan tulis tangan.
Hal ini ada tujuannya agar kita memiliki kesadaran secara emosional untuk setiap pengeluaran yang kita catat sendiri dengan tangan kita.Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam menerapkan teknik Kakeibo, yaitu,
1. Buatlah catatan tentang seluruh pemasukkan yang diterima di awal bulan, baik dari pemasukan rutin seperti gaji bulanan maupun penghasilan tambahan yang bisa Anda atau pasangan dapatkan dari hasil kerja lembur atau kerja sambilan.
2. Setelah menerima dan mencatat pemasukan tiap bulan, langkah berikutnya adalah langsung menyisihkan uang yang ingin ditabung di bulan tersebut.
3. Kemudian, Anda harus mulai mengalokasikan sisa uang yang Anda miliki tersebut ke dalam beberapa pos pengeluaran, yang terbagi menjadi empat kategori, yaitu,
a. Survival/primer, untuk pengeluaran dasar yang wajib dilakukan. Jika tidak terpenuhi, ini dapat mengganggu aktivitas harian. Misalnya untuk kebutuhan biaya transportasi, makan, listrik, cicilan rumah, dan lain-lain.
b. Optional/sekunder, untuk pengeluaran yang sifatnya tidak wajib dipenuhi dan biasanya berupa pilihan dan dapat ditunda kapan saja. Misalnya pakaian, ponsel, hangout, dan lain-lain.
c. Culture, untuk pengeluaran yang bersifat fun atau hiburan, yang dilakukan untuk menambah wawasan. Misalnya membeli buku, nonton film, konser, teater, dan sebagainya.
d. Extra, untuk pengeluaran tambahan yang sifatnya mendadak atau tak terduga. Misalnya obat-obatan, biaya bengkel mobil atau motor, dan lain-lain.
4. Setelah itu siapkanlah beberapa amplop untuk alokasi dana dari pos-pos pengeluaran yang sudah Anda buat tersebut. Agar tidak tertukar, Anda bisa membedakan warna amplop, dan menuliskan nama amplop tersebut sesuai dengan tujuan pengeluarnnya.
5. Saat akhir bulan tiba, Anda dan pasangan kemudian bisa melakukan evaluasi bersama soal aktivitas keuangan yang sudah dilakukan dengan mengecek amplop dan melihat pos mana yang bisa berhemat dan mana yang justru melebihi anggaran yang sudah disiapkan.
Kemudian, pada bulan berikutnya Anda dan pasangan bisa menyesuaikan budgeting untuk kebutuhan yang diperlukan dan mana yang bisa dipangkas.Hal terpenting yang bisa kita pelajari dari teknik Kakeibo adalah bagaimana kita mesti bijak untuk melakukan pengelolaan dan manajemen keuangan.
Kemudian tehnik ini juga mengajarkan dan membiasakan kita untuk bisa melihat masa depan dengan perencanaan yang sudah disiapkan dan diatur sedemikian rupa.Serta mengajarkan kita untuk merenung dan mengevaluasi penggunaan uang yang tidak efektif yang pernah kita lakukan sebelumnya.
Editor: Iswara N Raditya