tirto.id - Presiden AS Donald Trump secara resmi telah mengumumkan penunjukan Jerome Jay Powell untuk menggantikan Janet Yellen menduduki kursi tertinggi di Federal Reserve. Powell akan memimpin bank sentral terkuat di dunia itu pada Februari mendatang, setelah mendapat persetujuan dari Senat.
Selama beberapa bulan terakhir, nama-nama calon pengganti Yellen memang sudah bermunculan, termasuk nama Powell.
Nama yang masuk ke nominasi sebelumnya adalah Gubernur Fed saat ini Janet Yellen, ekonom penasihat Trump Gary Cohn juga mantan pejabat Fed Kevin Warsh, juga John Taylor profesor ekonomi dari Universitas Stanford. Warsh sempat diunggulkan. Akan tetapi pekan lalu, nominasi ini mengerucut menjadi Powell dan Taylor.
“Dia kuat, dia berkomitmen dan dia smart,” demikian kata Trump setelah memperkenalkan Powell di Gedung Putih. Powell membalasnya dengan memuji pada pendahulunya, Janet Yellen dan Ben Bernanke. Dia juga mengucapkan terima kasih kepada Trump atas kesempatan yang luar biasa ini. Dia berjanji akan membuat keputusan terbaik berdasarkan bukti paling baik bersamaan dengan tradisi independensi moneter.
Powell yang saat ini berusia 64 tahun bukan wajah baru di Fed. Dia sudah menjadi salah satu pejabat Fed sejak tahun 2012 pada saat pemerintahan Barack Obama. Powell selama ini dikenal sebagai orang yang pragmatis, pejabat yang bersahabat dengan sektor swasta dan memiliki pengalaman di pemerintahan.
Baca juga: Mengambil Untung dari Kenaikan Suku Bunga The Fed
Menurut Financial Times, dia adalah seorang pengacara dan mitra pada firma private equity Carlyle. Pengalamannya di perusahaan ini juga membuat Powell merupakan anggota dewan gubernur yang paling kaya. Asetnya diperkirakan antara 21,3 juta dolar dan 72,2 juta dolar. Di pemerintahan, Powell pernah bekerja di Departemen Keuangan di masa pemerintahan George HW Bush di tahun 1990-an.
Jika nominasi Powell disetujui oleh Senat, dia akan menjadi mantan pengacara kedua yang menjadi gubernur Fed tanpa memilliki latar belakan ekonomi. Sebelumnya, G William Miller yang pada akhir tahun 1970-an menduduki jabatan tertinggi Fed juga merupakan mantan pengacara.
Powell lahir di Washington DC, menyelesaikan kuliah hukumnya di Georgeown University pada tahun 1970-an. Biasanya, Powell pergi ke kantor Fed dengan bersepeda setiap hari.
Reaksi Pasar
Terpilihnya Powell disambut positif oleh pasar. Menurut Bloomberg, Powell dinilai memiliki pengalaman di industri finansial dan hubungan yang panjang pula dengan para eksekutif finansial. Powell diharapkan melakukan pendekatan untuk mengakaji kembali regulasi yang dijalankan setelah krisis ekonomi 2008. Para pelaku pasar juga melihat Powell adalah seorang yang praktikal, bukan ideological dan pemerhati yang akan mampu menyelesaikan masalah.
“Bagi Wall Street, Powell merupakan pilihan yang solid,” kata Ian Katz analis pada Capital Alpha Partners di Washington kepada Bloomberg. “Dia mendukung regulasi tetapi tidak terlalu ekstrem. Dia memahami kualitas dan dia dipandang sebagai seorang pencari konsensus yang berhati-hati. Industri keuangan memandang dia sebagai pilihan yang aman dibandingkan dengan orang lain yang mau mengubah bank setral dan menghilangkan semua aturan Dodd-Frank.”
Bank-bank besar termasuk Goldman Sachs Group Inc secara terang-terangan menyatakan dukungan kepada Powell. Wall Street memandang Powell sebagian pilihan yang terbaik untuk kedua sisi yaitu dia akan meneruskan kebijakan tingkat suku bunga rendah Janet Yellen. Ia dinilai akan bertindak lebih cepat dibanding Yellen dalam hal meringankan beban yang muncul akibat Volcker Rule dan stres tes perbankan. Beberapa bank besar sudah siap mengeluarkan miliaran dolar AS untuk mengikuti aturan Dodd-Frank sehingga mereka lebih senang regulasi yang akan membantu mereka ketimbang membunuh industri perbankan.
Kamis pekan lalu, sebelum Trump mengumumkan nominasi Powell secara resmi, CEO Goldman Lloyd Blankfein mengatakan dia tidak menyesal sedikit pun atas pilihan Trump. Menurut dia, Powell memiliki latar belakang yang sangat bagus.
Jajak Pendapat
Ketika memilih Powell, Trump sempat melakukan jajak pendapat informal. Dia bertanya kepada para senator Republikan siapa kira-kira yang pantas menggantikan Janet Yellen, Taylor atau Powell. Menurut Senator Bob Corker dari Tennessee, cara itu bukanlah merupakan yang baik dalam memilih pimpinan Fed. Kepada New York Times, Corker mengatakan tidak berpartisipasi dalam jajak pendapat dengan cara angkat tangan itu.
Baca juga: Drama 100 Hari Pemerintahan Donald Trump
Meskipun tampaknya sudah menjagokan Powell, Trump masih membuka kesempatan agar Yellen tetap masih melanjutkan masa jabatannya. Kepada Fox Business, Trump memuji Yellen. “Dia hebat dan kami menjalin percakapan dengan sangat baik,” kata Trump.
Keputusan ini juga tidak seperti yang sudah-sudah. Biasanya, sejak Perang Dunia kedua, setiap pimpinan Fed yang sudah menyelesaikan satu periode dinominasikan lagi untuk periode kedua.
Hubungan antara Trump dengan Yellen memang naik turun. Ketika sedang menjalani kampanye pada tahun 2016, Trump mengatakan bahwa pimpinan Fed harus malu karena caranya memimpin Fed. Menurut Trump, Yellen terus melakukan kebijakan kendur semata-mata karena alasan politik untuk mendukung Presiden Barack Obama.
Sejak menjabat menjadi presiden, pandangannya berubah. Trump menggunakan kata-kata manis untuk Yellen ketika memperkenalkan Powell. Dengan pengajuan Powell ini, Yellen merupakan pimpinan Fed dengan masa jabatan tercepat setelah G William Miller pada tahun 1978-1979.
Kita bersama menantikan dan mencermati bagaimana sepak terjang pengganti Yellen ini.
Penulis: Yan Chandra
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti