Menuju konten utama

Menakar Kekuatan Trump dan Biden Jelang Debat Perdana Pilpres AS

Debat perdana pemilihan presiden Amerika Serikat akan digelar pada Selasa (29/9/2020) waktu setempat.

Menakar Kekuatan Trump dan Biden Jelang Debat Perdana Pilpres AS
Calon presiden dari Partai Demokrat, Mantan Wakil Presiden Joe Biden berbicara pada acara kampanye di William "Hicks" Anderson Community Center di Wilmington, Del., Selasa, 28 Juli 2020. AP Photo / Andrew Harnik

tirto.id - Debat perdana kandidat calon presiden Amerika Serikat antara Donald Trump dan Joe Biden akan digelar pada Selasa (29/9/2020) waktu setempat atau Rabu pagi waktu Indonesia.

Dalam debat yang diselenggarakan di Case Western Reserve University, Cleveland, tersebut, pembawa acara Fox News Sunday, Chris Wallace akan memandu jalannya acara sebagai moderator.

Dilansir dari Washington Post, Cleveland Clinic yang ditunjuk sebagai penasihat keamanan kesehatan telah merancang beberapa protokol agenda. Para kandidat, misalnya, akan tampil di atas panggung dengan berjauhan dan tidak akan berjabat tangan saat mulai dan berakhirnya acara.

Selain itu, penonton yang hadir akan lebih kecil dari tahun-tahun sebelumnya. Debat pertama sendiri hanya akan dihadiri sekitar 80-90 orang, dan semuanya harus melaksanakan tes Covid-19 terlebih dahulu.

Peta kekuatan jelang debat

Profesor Alan Schroeder dalam analisanya di Al-Jazeera menyebut, bahwa debat antara kedua kandidat ini amat kontras satu dengan yang lain. “Satu kandidat bermain sesuai aturan, yang lain tidak,” tulisnya seperti dikutip Selasa (29/9/2020).

“Satu kandidat telah menghabiskan waktu berminggu-minggu untuk mempersiapkan, yang lainnya tidak. Dan, satu kandidat dengan pengalaman debat baru, kandidat lainnya yang debat terakhirnya berlangsung empat tahun lalu,” imbuhnya.

Dari sisi Biden, selain diuntungkan karena ekspektasi yang lebih kecil, Schroeder juga memandang bahwa politikus Demokrat itu cukup “menguasai panggung”. Melihat rekam jejak dan beberapa kali debat sebelum pandemi, termasuk menghadapi Bernie Sanders, Biden dianggap cukup mampu mengendalikan situasi.

Ambil contoh, ketika menghadapi Sarah Palin pada 2008 lalu dan Paul Ryan empat tahun kemudian. Dengan dua strategi yang berbeda "main aman" ketika melawan Sarah dan tampil ofensif kepada Ryan, Biden cukup mampu membuat lawan-lawannya itu kewalahan.

Namun, menghadapi Trump tidak akan pernah mudah, mengingat presiden AS itu adalah sosok yang paling tidak dapat diprediksi. Biden juga harus mengendalikan temperamennya, karena ia juga dikenal dengan sosok yang “emosinya tidak bisa ditutup-tutupi”.

"Saya harap saya tidak terpancing untuk terlibat perkelahian dengan orang ini," kata Biden baru-baru ini dalam acara penggalangan dana kampanye, dikutip dari Bloomberg.

Sementara Trump, dalam beberapa waktu terakhir terlihat telah melakukan persiapan ketat. "Saya mempersiapkan diri setiap hari hanya dengan melakukan apa yang saya lakukan," kata Trump dalam acara Fox and Friends.

Secara personal, Schroeder menilai Trump tidak seperti politisi tradisional dan “tidak pernah memodulasi presentasinya, jarang mengubah nadanya, dan tidak pernah benar-benar berbicara kepada siapa pun kecuali yang sudah mendukungnya.”

Dalam debat, Trump seperti saat penampilannya sehari-hari, yang mana akan sangat bergantung pada sikap mengasihani diri sendiri, teori konspirasi, serta gertakan. Dengan demikian, aspek inilah yang Schroeder lihat sebagai sosok “yang sangat tidak dapat diprediksi” dan pasti menyulitkan lawan debatnya.

Baca juga artikel terkait JOE BIDEN atau tulisan lainnya dari Ahmad Efendi

tirto.id - Politik
Kontributor: Ahmad Efendi
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Alexander Haryanto