tirto.id - Menjelang Pemilu Presiden Amerika Serikat tahun ini, Twitter akan mulai memberikan label pada cuitan yang mengandung material manipulatif di platform mikroblog mereka.
Dikutip dari Reuters, platform tersebut akan menghapus konten manipulasi yang menyesatkan, terutama yang berbahaya seperti konten yang yang mengancam keselamatan fisik, menimbulkan gangguan ketertiban, mengganggu privasi dan tekanan untuk memberikan suara voting.
Dilansir dari Antara, Twitter juga akan memberi label "salah" pada foto dan video fabrikasi. Kepala integritas di Twitter, Yoel Roth, menyatakan akan memberi label peringatan tersebut ke video politikus Nancy Pelosi. Konten akan dihapus jika teks yang menyertainya bisa menimbulkan bahaya.
Untuk mengenali konten bermasalah, Twitter mempertimbangkan untuk menggunakan laporan dari pengguna dan kerja sama dengan pihak ketiga.
YouTube beberapa waktu lalu menyatakan akan menghapus konten yang dimanipulasi secara teknis, sementara TikTok baru saja melarang konten yang menyesatkan di platform tersebut.
Bulan lalu, Facebook mengumumkan akan menghapus video manipulasi dan deepfake (mengganti objek dalam video atau gambar), dengan pengecualian konten komedi satir.
Sebelumnya, pada awal Januari lalu, Twitter juga sedang menguji coba fitur baru yang memungkinkan pengguna membatasi pengguna lain yang dapat menanggapi cuitan mereka.
Dikutip dari laman Phone Arena, Kamis (9/1/2020), langkah ini diharap dapat mengurangi tingkat permusuhan yang dikenal ada di platform Twitter.
Pengguna yang dipilih untuk menguji fitur baru ini akan dapat memilih satu dari empat opsi ketika memutuskan siapa saja yang dapat membalas cuitan mereka.
Keempat opsi tersebut antara lain semua orang, hanya mereka yang mengikuti penulis cuitan, hanya orang yang disebutkan dalam cuitan, dan tidak ada balasan.
Eksekutif Twitter, Kayvon Beykpour, mengumumkan fitur baru tersebut dalam pameran teknologi CES 2020 di Las Vegas.
“Motivasi utama adalah kontrol. Kami ingin penulis mendapatkan lebih banyak kontrol, dan kami berpikir bahwa ada banyak analog tentang bagaimana orang berkomunikasi dalam kehidupan,” ujar Beykpour.
“Saat ini, percakapan publik di Twitter terjadi saat Anda mengunggah sesuatu yang dapat dilihat dan dapat dijawab oleh semua orang di dunia, atau Anda dapat melakukan percakapan yang sangat pribadi dalam DM. Jadi, ada spektrum percakapan yang belum kami lihat ada di Twitter,” lanjut dia.
Kembali pada bulan November, Twitter mulai memberi pilihan kepada pengguna untuk menyembunyikan balasan tertentu pada cuitan yang mereka tulis sebagai upaya untuk mencegah adanya debat sengit.
Sekarang, Twitter memperketatnya, dengan memberi kesempatan kepada pengguna untuk memblokir pengguna lain agar tidak membalas cuitan mereka.
Fitur baru tersebut akan dimulai sebagai uji coba yang hanya akan diterima oleh pengguna tertentu, dan jika diterima dengan baik, diharapkan fitur tersebut dapat dihadirkan kepada semua pengguna Twitter.
Editor: Agung DH