Menuju konten utama

Memilih Wisata ke Museum yang Cocok untuk Anak-anak

Jangan asal ajak anak ke sebuah museum hanya karena sedang ngetren. Belum tentu cocok dengan anak Anda.

Memilih Wisata ke Museum yang Cocok untuk Anak-anak
Pengunjung mengamati koleksi di Museum Sejarah Perkembangan Islam, Menara Al Husna kompleks Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Semarang, Minggu (3/6). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

tirto.id - Akhir pekan adalah saat yang dinanti bagi pekerja. Selain untuk mengistirahatkan otak dari rutinitas kantor, akhir pekan juga menjadi momen untuk berkumpul bersama keluarga. Beragam cara dilakukan orangtua untuk menghabiskan waktu bersama sang buah hati. Salah satunya adalah dengan mengunjungi museum.

Dwi Hardiyanti misalnya. Ia lebih memilih untuk menghabiskan waktu bersama anaknya ke museum setelah lima hari disibukkan dengan aktivitasnya sebagai dosen. Bagi Dwi, museum adalah tempat wisata murah dengan ragam manfaat.

“Anak bisa belajar banyak hal. Kebetulan anaknya juga suka kalau diajak ke museum. Kadang anaknya yang minta juga,” ungkap Dwi.

Rupanya, mengenalkan museum pada anak sejak dini tak hanya bermanfaat sebagai sarana belajar. Hobi ini punya efek lain: dalam lingkungan pergaulannya, sang anak dikenal memiliki wawasan luas.

“Teman-temannya suka kalau bergaul sama dia, soalnya dia jadi suka cerita. Kadang ada beberapa hal yang teman-temannya enggak tau, dia bisa nyeritain karena udah belajar pas di museum. Dia pernah saya ajak ke Museum Manusia Purba Sangiran. Nah, waktu di sekolah dia langsung cerita ke teman-temannya,” Dwi bercerita tentang anaknya.

Saat ini, sang anak memilih untuk pergi ke museum saat akhir pekan atau hari libur, dibandingkan hanya sekadar cuci mata di pusat perbelanjaan. “Biasanya anakku yang minta mau ke museum mana, atau dia pengin lihat apa, nanti baru pilih museum yang cocok,” tuturnya.

Mengenalkan buah hati dengan museum pun tak hanya dilakukan oleh Dwi. Yudi Rahman pun memilih untuk mengenalkan sejarah kepada anaknya saat akhir pekan.

“Museum itu jadi sarana belajar yang baik, soalnya anak kan langsung melihat benda bersejarah,” ujar Yudi.

Bapak dua anak ini bahkan mengaku telah mengenalkan sang buah hati dengan museum sejak anaknya berada di dalam kandungan. Kini, anaknya telah berusia kelas 4 SD dan TK. Keduanya sangat antusias ketika diajak berwisata ke museum. Museum yang menjadi favorit anak-anaknya adalah Museum Wayang dan Museum Sejarah Jakarta (Museum Fatahillah).

Anak dan Museum

UNESCO (pdf) menyebutkan, museum tak hanya bisa menjadi sarana rekreasi saja, tetapi wadah edukasi yang baik bagi anak-anak. David Anderson, dkk dalam penelitian berjudul “Children’s Museum Experiences: Identifying Powerful Mediator of Learning”, menyebutkan beragam jenis museum yang ada, yakni museum sejarah, museum ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), museum seni, dan museum budaya.

Selain menjadi sarana rekreasi, museum juga merupakan tempat yang baik untuk anak-anak belajar. Tak hanya menambah wawasan saja, penelitian Anderson menunjukkan museum juga bermanfaat dalam perilaku sosial anak, peningkatan aspek kognitif, dan estetika.

Dalam kehidupan sosial, anak-anak memanfaatkan museum sebagai sarana berinteraksi. Mengajak buah hati berwisata ke museum akan memberikan pengalaman baru pada mereka. Pengalaman itulah yang digunakan oleh anak untuk berbagi informasi kepada teman-teman mereka.

Salah satu sifat anak adalah rasa ingin tahu yang tinggi. Mengajak sang buah hati ke museum, rupanya dapat mengasah estetikanya. Benda-benda di museum biasanya adalah benda yang tak lazim berada di lingkungan kita. Saat melihat koleksi, akan ada emosi yang tergambarkan pada sang anak: rasa senang, terkejut, gembira, hingga rasa jijik.

Infografik Museum

Memilih Museum untuk Anak

Meski memiliki manfaat bagi pengetahuan, nyatanya tak semua museum cocok untuk anak-anak. Pada suatu penghujung pekan, Endro Dwi Satrio mengajak ketiga anaknya ke Museum of Modern and Contemporary Art in Nusantara atau yang biasa dikenal dengan Museum MACAN.

Endro bercerita saat itu ia belum mengetahui kepanjangan museum MACAN, sehingga ia mengira museum tersebut mengoleksi segala sesuatu yang berkaitan dengan macan. Sesampainya di sana, ia merasa museum yang memamerkan karya-karya Yayoi Kusama itu tidak cocok untuk anak-anak. Terlalu berat untuk anak-anaknya yang masih berumur 7 tahun, 2 tahun, dan bayi, kata Endro.

“Kalau anak usia remaja mungkin suka, tapi kalau untuk anak kecil kurang cocok,” sambungnya.

Hendro menyebutkan, ia lebih suka mengajak sang buah hati untuk mengunjungi museum budaya seperti Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di Jakarta atau museum iptek seperti Taman Pintar di Yogyakarta.

UNESCO membedakan museum dalam dua kategori, yakni museum untuk anak-anak dan museum yang ditujukan untuk segala usia. Namun, museum yang dikhususkan untuk anak tidak dapat ditemukan di semua negara, contohnya The Children’s Museum of Indianapolis (Amerika Serikat) dan Seoul Children’s Museum (Korea Selatan).

Dalam penelitian Anderson, ada beberapa macam museum, yakni museum sejarah dan alam, museum ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), museum seni, dan museum budaya. Di Indonesia, kita bisa mengakses ragam museum tersebut.

Salah satu museum yang terkenal di Indonesia adalah Museum Nasional atau yang akrab disebut Museum Gajah. Museum yang terletak di Jakarta ini disebut Museum Gajah karena di halaman depan gedungnya terdapat patung gajah pemberian Raja Chullongkorn (Rama V) dari Thailand.

Museum yang didirikan pada 1778 ini diklaim memiliki koleksi terlengkap se-Indonesia. Hanya dengan membayar biaya masuk Rp5.000 untuk dewasa dan Rp2.000 untuk anak, pengunjung akan disuguhkan dengan berbagai macam koleksi prasejarah dan sejarah. Selain mencermati koleksi artefak, arca, dan fosil, anak-anak juga bisa mempelajari keragaman budaya di tanah air.

Selain Museum Nasional, orangtua juga dapat mengajak sang buah hati belajar ke Museum Geologi yang berada di Bandung. Museum ini didirikan pada 1929. Di sini, anak Anda akan diajak untuk melihat sejarah penyelidikan geologi di Indonesia sejak 1850-an seperti koleksi batuan, mineral, dan fosil.

Di Semarang pun juga terdapat museum yang sangat populer dan cocok untuk menjadi sarana pembelajaran anak, yakni Museum Lawang Sewu. Meski sering dibicarakan karena berbagai kisah mistisnya, Lawang Sewu menyimpan sejarah perkembangan kereta api Indonesia. Bangunan itu memang didirikan pada 1904 sebagai Kantor Pusat Perusahaan Kereta Api Swasta (Het Hoofdkantoor van de ederlansch Indische Spoorweg Maatscappij-NIS).

Museum lain yang terkenal adalah Museum Angkut yang berada di Malang. Di museum ini, orangtua dapat mengenalkan anak pada berbagai sarana transportasi. Tak hanya memampang alat transportasi yang ada di Indonesia saja, museum yang didirikan pada tahun 2014 ini juga menampilkan sarana transportasi untuk Istana Buckingham Inggris. Yang menarik dari museum ini, pengelola menyajikan koleksi dengan latar sesuai dengan aslinya.

Baca juga artikel terkait MUSEUM atau tulisan lainnya dari Widia Primastika

tirto.id - Hobi
Reporter: Widia Primastika
Penulis: Widia Primastika
Editor: Maulida Sri Handayani