Menuju konten utama

Memaknai Semana Santa di NTT: antara Ekspresi Iman & Ikon Wisata

Tradisi Semana Santa di Larantuka, NTT yang menjadi daya tarik bagi peziarah untuk mengikuti prosesi tujuh hari Pekan Suci Paskah tahun ini.

Memaknai Semana Santa di NTT: antara Ekspresi Iman & Ikon Wisata
Peziarah berjalan di belakang Patung Tuan Ma (Bunda Maria) saat prosesi Semana Santa mengantar Patuan Tuan Ma dan Patung Tuan Ana ke Katedral. (Foto Antara/Kornelis Kaha).

tirto.id -

Tiga belas tahun silam, Antonia Adofina Geran (37), sungguh menginginkan kehadiran sang buah hati dalam bahtera rumah tangganya. Antonia bingung, kepada siapa lagi dia mengadu dan berkeluh kesah.

Keinginannya pun terjawab setelah menyampaikan sujud khusus ketika mengikuti prosesi Semana Santa, tradisi berumur lima abad di Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Semana Santa atau Hari Bae adalah ritual perayaan pekan suci Paskah yang dilakukan selama tujuh hari berturut-turut oleh umat Katolik di kaki Gunung Ile Mandiri. Semana Santa berasal dari kata semana (pekan) dan santa (suci), yang artinya pekan suci, dimulai dari Rabu Abu, Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Suci hingga Perayaan Minggu Paskah.

Puncak dari perayaan ini ialah Jumat Agung. Tradisi ini khusus digelar di Larantuka dan dijadikan ikon wisata di Flores Timur untuk menggaet peziarah maupun wisatawan.

Larantuka merupakan ibu kota Flores Timur. Karena prosesi Semana Santa, kota ini dikenal sebagai tujuan wisata rohani bagi umat Katolik, khususnya bagi NTT. Sebab, kota yang berluas wilayah 75,91 kilometer persegi itu memiliki tradisi peninggalan Portugis.

Di hadapan salib, Antonia merapal doa dengan khusuk sembari mencium salib Tuan Ma sebagai representasi Bunda Maria- demi memiliki buah hati. Tak sia-sia, harapan Antonia dengan sang suami, terwujud.

“Memang kita yakini seberapa sulitnya kehidupan, kita pasti Bunda membantu,” kata Antonia kepada saya melalui saluran telepon, Rabu (5/4/2023).

Sayangnya, Semana Santa sempat ditiadakan ketika pandemi COVID-19 merebak di Indonesia hampir dua tahun. Setiap aktivitas berkumpul di ruang publik harus dibatasi. Antonia tak lagi melantunkan harapannya lewat prosesi Semana Santa.

Antonia harus menahan kerinduannya untuk menikmati tradisi itu bersama umat Larantuka lainnya. Usai dua tahun penantiannya, ritual itu kembali digelar tahun ini.

“Rasanya kosong sekali [ketika Semana Santa tak diadakan], tetapi tahun ini bersyukur sekali dibukanya kembali tradisi ini,” tutur Antonia.

Semana Santa Ditiadakan saat Pandemi

Ketika Semana Santa ditiadakan selama pandemi COVID-19, Antonia tak kuasa menahan kerinduannya untuk mengikuti tradisi ini.

Bersama keluarga, Antonia rela menyaksikan tradisi itu lewat video dari prosesi tahun sebelumnya. Doa tetap dipanjatkannya meski tak merasakan nuansa Semana Santa secara fisik.

“Tradisinya tidak ada, kegiatan doa tetap kita jalankan terus videonya Semana Santa,” kata Antonia mengenang.

Tahun 2023 ini ketika pemerintah memutuskan mencabut masa PPKM Darurat, masyarakat Larantuka tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Tradisi tahunan tersebut kembali digelar, meski tetap dengan syarat mendaftar online.

Antonia dan masyarakat lainnya tetap antusias dan menyambutnya dengan riang. Semana Santa kembali digelar.

“Ia senang sekali kami walaupun ada beberapa syarat yang harus kita penuhi, tetap kita gembira,” kata warga lokal Larantuka ini.

Masyarakat Larantuka memanfaatkan prosesi Semana Santa dengan menyiapkan batin untuk menghadapi penderitaan Yesus di kayu salib karena dosa manusia.

Semana Santa, bagi mereka bukan sekadar prosesi, tetapi menyampaikan permohonan khusus dan diyakini akan terkabulkan. Tradisi ini dianggap sebagai akulturasi liturgi gereja, devosi, dan keyakinan kebudayaan umat Larantuka.

Prosesi ini dimulai saat perayaan Minggu Palma ketika Yesus masuk ke Kota Yerusalem. Lalu, dilanjutkan dengan Rabu Trewa, situasi kegaduhan, umat Katolik setempat akan menciptakan kegaduhan dengan cara memukul seng, ember guna mengekspresikan perlawanan terhadap Yesus yang ditangkap sebelum akhirnya disalibkan.

Aksi itu dilakukan ketika hendak pulang ke rumah setelah mengikuti ibadah di Gereja Katedral.

Inti Prosesi Semana Santa

Bernardus Bere Tukan (41) mengatakan puncak dari tradisi Semana Santa ialah Jumat Agung. Bagi umat Katolik, Jumat Agung merupakan peringatan untuk mengenang penyaliban Yesus dan kematiannya di Golgota.

Pada Jumat pagi hari, umat Larantuka bakal menggelar prosesi mengantar Tuan Meninu. Tuan Meninu merupakan salib yang diantar dari salah satu kapela yang berada di ujung timur kota itu. Patung itu diantar menggunakan kapal laut tanpa menggunakan mesin.

“Didayung diantar pakai kapal kayu, diantar ke Kota Larantuka,” kata Bernardus kepada saya, Rabu lalu.

PROSESI LASKAR LAUT SEMANA SANTA

Peziarah mengantar patung Yesus yang Disalibkan saat prosesi Laskar Laut di Larantuka, Flores Timur, NTT, Jumat (14/4). ANTARA FOTO/Kornelis Kaha/ama/17

Patung Tuan Meninu itu nantinya akan ditempatkan ke salah satu armida atau tempat pemberhentian. Tercatat, ada sepuluh armida yang akan dilewati oleh orang yang mengantar patung tersebut. Sepuluh armida merupakan representasi dari Suku Semana.

Prosesi selanjutnya ialah menempatkan Tuan Ma dan Tuan Ana ke masing-masing kapela. Tuan Ana sendiri berwujud peti yang dianggap masyarakat setempat sebagai simbolisme penyaliban Yesus Kristus. Sedangkan, Tuan Ana merupakan perwujudan Patung Bunda Maria.

Konon, Tuan Ma ditemukan 500 tahun lalu oleh masyarakat lokal. Setelah kedatangan misionaris Portugis mengklaim bahwa Patung Bunda Maria.

“Tuan Ma menjadi ikon Semana Santa, itu yang kemudian diarak pada Jumat sorenya ke Katedral dari masing-masing kapela itu,” ucap dia.

Patung yang menjadi ikon tradisi itu diarak oleh sejumlah orang yang disebut sebagai Nikodemo ke sejumlah ruas jalan di Kota Larantuka. Nikodemo merupakan orang panggilan yang ditugaskan untuk memanggul Patung Tuan Ma. Para Nikodemo berpakaian serba hitam dan merah menggunakan topi. Sedangkan, wajah mereka ditutup.

“Wajah mereka dirahasiakan,” kata Bernardus.

Saat mengarak Patung Tuan Ma ke ruas jalan kota itu, mereka turut melantunkan nyanyian. Ketika berhenti, para Ovos (pelantun ratapan dukacita) menyanyikan lagu kedukaan. Mereka tak begitu saja dipilih. Sebab, mereka memiliki permohonan sebagai bentuk pelayanan kepada Tuhan. Para Ovos melafaskan syair ratapan duka kepada Bunda Maria atas kematian putra-Nya di kayu salib.

“Pelantun Ovos ditentukan sepuluh orang,” kata pria yang karib disapa Berry itu.

Berry sendiri mengakui euforia Semana Santa sebelumnya jauh berbeda dengan perayaan tahun ini. Pasalnya, masyarakat merayakannya seperti rutinitas biasa tanpa khawatir akan virus asal Wuhan, Tiongkok itu.

Ia menyebut total ribuan orang mengikuti tradisi tahunan itu. Peziarah yang ikut juga datang dari luar Larantuka.

“Booming-nya sampai luar negeri,” kata dia.

Kali ini, perayaan Semana Santa harus mengikuti protokol kesehatan yang ketat.

Heri Lawamawulan (50) tak henti mengucap syukur kepada saya saat bercerita. Anggota keluarga Kerajaan Larantuka itu mengaku umat di kota itu tak henti melafazkan doa, agar Semana Santa kembali digelar.

Sebab, kerinduan masyarakat Larantuka akan tradisi yang digelar selama tujuh hari berturut-turut itu akhirnya diselenggarakan kembali dengan meriah. Heri mengatakan tradisi itu selalu digelar setiap perayaan Paskah.

Harapan mereka luruh ketika pandemi merebak di Indonesia pada 2020 silam.

“Tahun ini kita bergembira puji Tuhan. Tuhan mau mendengarkan doa kita, kita kembali melaksanakan setelah tiga tahun kita tak melaksanakan tradisi ini,” ucap Heri.

Menurut Heri, Semana Santa merupakan kegiatan berisi puji-pujian, ratapan Bunda Maria pada saat anak-Nya mengalami penyaliban. Seluruh umat Katolik Kota Larantuka berdoa kepada Bunda Maria yang berduka.

“Pada prinsipnya Semana Santa itu adalah prosesi iman umat untuk meratapi Yesus. Bunda Maria merasakan duka yang mendalam atas kematian putranya, Yesus Kristus atas dosa manusia,” tukas Heri.

Makna Tradisi Semana Santa sebagai Ekspresi Iman

Dosen Ilmu Teologi, Sekolah Tinggi Pastoral Reinha Larantuka, Anselmus D Atasoge (45) memaknai tradisi Semana Santa sebagai bentuk umat mengekspresikan iman baik secara pribadi maupun secara komunal sebagai anggota Gereja di Larantuka.

“Sungguh menggembirakan karena kesempatan kembali dibuka,” kata Ansel saat dihubungi Tirto.

Tradisi ini juga ajang bertemunya anggota keluarga yang selama ini menetap di luar Larantuka untuk kumpul keluarga di masa Paskah ini. Kebiasaan kumpul keluarga besar ini terutama terjadi saat masa Paskah bagi umat Katolik lainnya. Bagi warga Larantuka khususnya merayakan seluruh rangkaian ritual Semana Santa.

Menurut Ansel, Semana Santa bagi warga Katolik Larantuka merupakan hal yang penting dan selalu menjadi bagian yang selalu ditunggu-tunggu. Umat Katolik akan mempersiapkan diri dan beberapa hal lainnya selama masa Prapaskah berlangsung.

“Semana Santa dimulai dengan berlangsungnya Minggu Palma, kemudian Kamis Putih, Jumat Agung, Vigili Paskah dan yang terakhir adalah Minggu Paskah,” kata pria yang karib disapa Ansel itu.

Ia mengatakan pada pekan yang suci ini umat Katolik Larantuka tampak sungguh mengekspresikan iman kekatolikannya dalam dunia bentuk. Pertama, melalui liturgi ekaristi di Gereja. Kedua, melalui praksis devosional di kapela-kapela atau tempat ibadah lainnya seperti tempat ziarah, dan lain-lain.

Semana Santa di Larantuka menjadi unik, karena perpaduan antara praksis iman Gereja dan kearifan lokal masyarakat Larantuka. Perpaduan itu dinyatakan dalam ritual-ritual di kapela-kapela terutama di Kapela Tuan Ma (Bunda Maria), Kapela Tuan Ana (Yesus Kristus) dengan doa-doa berbahasa Portugis sebagai peninggalan para leluhur yang diteruskan hingga saat ini yang dikoordinir oleh para suku yang disebut Suku Semana.

“Bagi saya, inti dari seluruh rangkaian kegiatan ini adalah bagaimana umat Katolik Larantuka mengarahkan seluruh perhatiannya kepada misteri sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus melalui rangkaian upacara liturgis gerejani dan praksis devosional,” ujar Ansel.

Menurut penuturan Ansel, umat di kota itu sungguh antusias mendaftarkan dirinya untuk mengikuti ritual tahunan ini.

“Ada yang mendaftar secara online, namun tak sedikit pun yang hadir langsung di sekretariat,” kata Ansel.

JUMAT AGUNG DI LARANTUKA

Sejumlah Conferia membawa salib dan lilin saat perayaan Prosesi Jumat Agung di Larantuka, Flores Timur, NTT, Jumat (14/4). ANTARA FOTO/Kornelis Kaha/ama/17

Ansel mengatakan tentunya, antuasiasme itu bisa dirujuk pula pada hari-hari persiapan selama masa prapaskah menjelang Semana Santa.

“Saya melihat umat Katolik Larantuka terutama para orang mudanya sungguh melibatkan diri dalam persiapan-persiapan tersebut, khususnya dalam menggelar Jalan Salib Bersama mengenang kisah sengsara Yesus Kristus,” kata Ansel.

Ia berharap seluruh rangkaian ritual liturgis Gerejani maupun praksis devosional ini sungguh membawa transformasi sosio-religi bagi seluruh warga Katolik yang terlibat di dalamnya.

“Semoga apa yang dirayakan-didevosikan menjadi kekuatan internal yang imanen untuk menghadapi masa depan kehidupan yang sedang dijalani saat ini. Antuasiasme secara fisik lahiriah harus berbuah dalam kehidupan nyata setelah perayaan ini,” tukas Anselmus.

Budayawan asal Larantuka, Bernardus Tukan (64) mengatakan keunikan prosesi Semana Santa disimbolkan dengan kehadiran patung Tuan Ma.

Bernardus mengatakan Tuan itu artinya gelar kehormatan, sementara Ma itu dari kata mama, sebagai representasi Bunda Maria. Tuan Ma merupakan Mama yang dipertuhankan, diluhurkan, dan dimuliakan.

“Itu Tuan Ma,” kata Bernardus kepada Tirto, Rabu.

Bernardus mengisahkan sebelum kedatangan misionaris, Patung Tuan Ma itu lebih dulu ada di Larantuka. Dalam penelitian, kata dia, dijelaskan bahwa pada 1510 ada perahu Portugis yang pecah di Teluk Larantuka.

Keberadaan tradisi rohani itu tak bisa lepas dari sosok Tuan Ma yang ceritanya melegenda di Larantuka. Dikisahkan bahwa sekitar 500 tahun silam di pantai Larantuka, angin tenang, ombak pun pelan, saat itu laut sedang surut.

Seorang bocah dari suku Resiona bermain di pinggir laut untuk mencari ikan dan siput di sela-sela karang. Konon, bocah itu menemukan patung seorang perempuan di tepi laut.

Patung itu kemudian dibawa pulang, untuk diserahkan kepada neneknya Bernardus menilai cerita tutur lisan itu tidak bisa dianggap salah. Namun, menurut dia, catatan mengenai tradisi lisan mengalami erosi dan bias.

Oleh karena itu, menurut Bernardus, imbas dari cerita lisan itu membuat beberapa variasi cerita tentang kedatangan patung itu. Cerita itu pun melegenda hingga saat ini.

Perihal klaim siapa yang menemukan pertama, kata dia, tidak muncul di permukaan.

“Ini kesesatan dari tradisi lisan. Ada versi tradisi lisan yang mengisahkan demikian dan itu saya mengamini,” pungkas Bernardus.

Suasana Aman di Semana Santa Pertama sejak Pandemi

Pemerintah Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, mengimbau warga menciptakan suasana yang nyaman bagi para peziarah yang hendak mengikuti Prosesi Keagamaan Semana Santa di Larantuka. Hal itu disampaikan oleh Bupati Flores Timur Doris Alexander Rihi.

"Kita harus menciptakan suasana nyaman agar tamu peziarah merasa nyaman mengikuti setiap acara," kata Doris, Rabu lalu.

Doris mengatakan Prosesi Semana Santa Larantuka merupakan wujud toleransi antarumat beragama, sehingga semua pihak yang terlibat harus merancang kegiatan dengan baik dan mengambil bagian dalam kegiatan besar tersebut.

Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan NTT Isyak Nuka mengatakan untuk mendukung kelancaran transportasi sebelum dan sesudah dua kegiatan besar itu, layanan pelayaran kapal feri rute Kupang-Larantuka ditambah menjadi enam kali.

Isyak mengatakan layanan yang sebelumnya hanya dua kali ditambah menjadi enam kali untuk menunjang layanan transportasi laut selama kegiatan Semana Santa. Pelayaran tambahan itu pun dilayani oleh armada feri milik PT ASDP Cabang Kupang.

"Kapal feri milik PT ASDP menambah extra trip Kupang-Larantuka yang dimulai hari Sabtu, 1 April, Senin, 3 April, dan Rabu 5 April. Pelayaran tambahan ini melengkapi pelayaran reguler yang sudah ada yaitu setiap hari Kamis dan Minggu," kata Isyak.

Mendukung prosesi rohani Semana Santa, PT ASDP melayani penumpang ditambah menjadi enam kali sejak 30 Maret 2023 hingga 6 April 2023.

Peziarah dari Luar Larantuka Wajib Vaksin Booster

Penjabat Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Flores Timur, Petrus Pedo Maran mengatakan pihaknya telah menggelar rapat gabungan bersama Forkopimda dan uskup Larantuka, Mgr Fransiskus Kopong Kung, Pr.

Ia mengatakan Uskup Fransiskus memberikan persyaratan agar kegiatan itu digelar dengan memenuhi standar minimal vaksin Booster, khusus peziarah dari luar Larantuka.

“Kedua, panitia menyiapkan aplikasi untuk registrasi secara online. Memang ada offline, tetapi registrasi secara online ini untuk memudahkan kita memantau karena di situ ada persyaratan untuk vaksin-vaksinnya,” kata Petrus saat dihubungi Tirto.

Prinsipnya, kata dia, Pemda setempat tetap mendengarkan arahan Uskup untuk diregistrasi untuk sementara vaksin yang kedua masih bisa diberikan toleransi kepada peziarah lokal.

“Kalau peziarah dari luar memang harus vaksin tiga kali. Ketiga untuk perayaan Semana Santa memang kita tetap melakukan protokol kesehatan, pemeriksaan suhu tubuh. Petugas-petugas kesehatan di posko juga kita siapkan,” kata Petrus.

Petrus mengatakan pihaknya memperkirakan jumlah peziarah yang mengikuti ritual ini diprediksi mencapai 6.000 orang. Saat ini, yang sudah terdata oleh panitia penyelenggara 4.200 lebih orang.

“10 ribu mungkin, saya belum berani katakan kalau ditambah dengan masyarakat lokal bisa mencapai. Kami awal memang mengestimasi 6.000. Itu belum termasuk peziarah lokal,” ucap Petrus.

Baca juga artikel terkait JUMAT AGUNG 2023 atau tulisan lainnya dari Fransiskus Adryanto Pratama

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Fransiskus Adryanto Pratama
Penulis: Fransiskus Adryanto Pratama
Editor: Maya Saputri