Menuju konten utama

Melahirkan Bisa Pengaruhi Kehidupan Seks Perempuan

Kehidupan seks yang berubah akibat proses persalinan bukanlah mitos belaka. Berbagai macam faktor membuat perempuan tak lagi memandang hubungan seks sebagai aktivitas yang menarik pasca-melahirkan.

Melahirkan Bisa Pengaruhi Kehidupan Seks Perempuan
Ilustrasi malas berhubungan sex. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Rasa sakit akibat kontraksi di perut membuat Elly berkali-kali mengerang sambil memejamkan mata. Tiap kali Elly mengeluh, Tom segera memegang tangan dan mencium kening perempuan usia 34 tahun tersebut. Elly pun kembali tenang dan menghapus air mata sembari mengatur napas agar rasa sakit yang dirasakannya bisa sedikit berkurang.

Di Birmingham Women’s Hospital, Tom dan Elly tengah menunggu proses persalinan bayi mereka. Menanti kelahiran si jabang bayi jadi pengalaman perdana bagi pasangan yang bertemu lewat aplikasi kencan daring itu. Selain Tom, Elly juga didampingi juga oleh perawat yang senantiasa mengabarkan sejauh mana dirinya siap untuk melahirkan.

Kisah perjuangan Ellie saat melahirkan dan perasaan bahagia dua sejoli itu direkam di One Born Every Minute, serial dokumenter televisi asal Inggris yang menceritakan pengalaman para calon ibu waktu melahirkan. Lewat sudut pandang pekerja medis di bangsal bersalin, kelahiran bayi dalam One Born Every Minute digambarkan bisa membawa perubahan bagi kehidupan para pasangan yang menjadi orangtua baru.

Melahirkan dan memiliki anak memang membawa perubahan bagi kehidupan pasangan, tak terkecuali soal seks. Seks tidak jadi masalah besar bagi sebagian perempuan sebelum menjalani proses persalinan. Namun, banyak ibu tak lagi menganggap seks sebagai kebutuhan utama setelah mereka melahirkan dan mengurus anak.

Hal ini disampaikan E.L. Ryding dalam “Sexuality During and After Pregnancy” (1984). Ia meneliti 50 perempuan untuk mengetahui efek kehamilan dan melahirkan terhadap seksualitas. Hasilnya, sebanyak 20 persen responden mengaku memiliki hasrat seksual yang rendah selama tiga bulan pasca-melahirkan. Selain itu, 21 persen dari keseluruhan subjek penelitian tak ingin melakukan aktivitas seksual tiga bulan setelah mereka menjalani proses persalinan.

Faktor penyebabnya banyak. Menurut Ryding, perempuan sering kali merasa kelelahan baik secara fisik maupun emosional saat mengurus bayi. Di tengah kondisi semacam itu, seks jadi tak menarik seperti sedia kala sehingga dikesampingkan.

Selain itu, perubahan hormon juga mempengaruhi tingkat keinginan perempuan untuk melakukan seks. Ryding mengataka, durasi kegiatan menyusui berpengaruh pada hormon para ibu. Bagi mereka yang tak memberikan ASI, level hormon akan kembali stabil setelah empat hingga enam minggu usai melahirkan.

Infografik Seks Usai Melahirkan

Penelitian Ryding menyebutkan bahwa masalah fisik menjadi alasan mengapa perempuan berusaha menghindari seks. Usai melahirkan, badan para ibu akan mengalami perubahan bentuk. Tak jarang, perubahan itu tidak sesuai dengan gambaran tubuh yang ideal. Tak hanya itu, proses persalinan juga membuat vagina perempuan kering sehingga menyebabkan rasa sakit ketika berhubungan seks.

Temuan riset Ryding serupa dengan data yang didapatkan dalam survei Mumsnet Campaign for Better Postnatal Care. Sebagaimana dilaporkan Mumsnet, penelitian yang dilakukan sejak 2013 hingga 2016 itu menyebutkan bahwa 36 persen dari 1.224 responden perempuan mengaku tak nyaman saat berhubungan seks beberapa bulan pasca-melahirkan. Sebanyak 42 persen responden mengatakan bahwa diri mereka mengalami masalah dengan otot dasar pinggul.

Masih menurut Mumsnet, studi lain yang diinisiasi NHS (sistem jaminan kesehatan publik di Inggris) dan Chief Medical Officer (penasehat kesehatan publik) juga menunjukkan perempuan menderita prolaps organ pinggul, inkontinensia urin atau keluarnya urin akibat gerakan dan aktivitas fisik, serta inkontinensia fekal atau ketidakmampuan untuk mengontrol buang air besar akibat melahirkan.

Debra Brick, Profesor Praktik Kebidanan Berbasis Bukti dari King’s College, London, mengatakan bahwa persoalan pasca-melahirkan seperti prolaps organ pinggul dan inkontinensia membutuhkan penanganan medis. Sebab, kesehatan ibu akan berakibat pula pada kehidupan seks yang baik.

Dalam "Sexuality During and After Pregnancy" yang terbit di Psychology Today, Sarah Hunter Murray mengatakan bahwa pasangan perlu melakukan kegiatan bersama agar rasa intim yang menjadi kunci kegiatan seks bisa kembali tercipta. Menyewa pengasuh anak agar pasangan dapat beraktivitas berdua atau saling menggandeng tangan usai menidurkan bayi dapat dilakukan agar hubungan pasangan tetap intim.

Menurut situs Baby Centre, keintiman memang harus diperhatikan dalam pembicaraan seputar soal seks setelah melahirkan. Pasalnya, kesibukan mengurus anak bisa mengakibatkan renggangnya hubungan pasangan.

Penelitian yang dilakukan profesor Andrologi dan Seksologi Cairo University Taymour Mostofa pun menunjukkan bahwa keintiman dapat meningkatkan kehidupan seks pasangan usai proses persalinan. Kesimpulan ini didapat Mostafa setelah meneliti 200 perempuan dalam dua periode waktu yang berbeda, yakni 6 minggu dan 12 minggu setelah melahirkan. Responden penelitian rata-rata berusia 25 sampai 30 tahun, berpendidikan tinggi dan tinggal di daerah perkotaan.

Berdasarkan laporan riset Mostafa, sebanyak 43 persen subjek penelitian merasakan ada perbedaan saat mereka berhubungan seks. Mereka mengalami kesakitan (70% responden) dan kelelahan (30%). Namun, saat masuk minggu kedua belas, sebanyak 38% responden mengatakan bahwa kehidupan seks mereka membaik karena hubungan dengan pasangan yang semakin dekat dan berkurangnya rasa sakit.

Selain keintiman, kesabaran berproses adalah kunci utama agar kehidupan seks kembali normal pasca-melahirkan. Masih menurut Baby Centre, pemanasan dengan menyentuh tubuh pasangan bisa menjadi awalan baik alih-alih langsung penetrasi. Selain bisa menimbulkan rasa sakit, penetrasi tanpa foreplay juga dapat menyebabkan ketidaknyamanan bagi.

Saat bayi tidur adalah waktu yang pas untuk melakukan hubungan seks. Agar otot dasar panggul kembali kencang, para ibu bisa melakukan olahraga yang mampu mengencangkan otot bagian bawah tubuh tersebut.

Baca juga artikel terkait SEKS atau tulisan lainnya dari Nindias Nur Khalika

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Nindias Nur Khalika
Editor: Windu Jusuf