tirto.id - Nyaris lima tahun melatih Tottenham, Mauricio Pochettino urung memenangkan trofi. Namun, pada penghujung 2018, namanya mencuat sebagai pelatih paling tenar di jagat sepakbola. Penyebabnya bukan semata performa Tottenham, tapi rumor yang mengaitkannya dengan dua klub besar: Manchester United dan Real Madrid.
Pochettino memang pelatih jempolan. Dengan skuat seadanya, dia mampu membawa Tottenham jadi langganan Liga Champions beberapa tahun terakhir. Dia juga menyulap Spurs jadi tim yang menampilkan sepakbola atraktif.
Salah seorang kerabat Pochettino, dalam wawancara dengan Telegraph pada Januari 2019 mendefinisikan pria kelahiran Argentina itu sebagai pelatih yang punya semacam indera keenam.
"Dia dapat mengurai apakah akan ada masalah di hari itu atau pertandingan berikutnya hanya dengan energi yang dibawa pemain ke ruang ganti, bagaimana pemain berinteraksi dengan orang lain, dan sebagainya. Kemampuan itu adalah hal yang tak dimiliki banyak pelatih lain," ujarnya.
Atas dasar itu pula, banyak pengamat sepakbola yang menganggap kegagalan Pochettino meraih trofi di Spurs murni disebabkan tidak adanya dukungan dari manajemen, terutama soal perekrutan pemain kelas satu. Penulis FourFourTwo, Seb Stafforfd-Bloor bahkan berani berspekulasi Pochettino bisa membuktikan kualitas sebenarnya andai diberi kesempatan melatih klub bertabur bintang.
"Dia adalah jenis pelatih yang punya spesialisasi mengubah sesuatu secara stabil dan evolusioner. Dia butuh dukungan berupa atmosfer yang baik dari klub yang juga eksis di luar lapangan," tulisnya.
Saat diminta tanggapan mengenai rumor merapat ke Real Madrid pun, awal Maret 2019, Pochettino menyambut dengan semringah.
"Saya punya hubungan dengan Spanyol, suatu saat saya ingin kembali ke sana dan memenangkan pertandingan. Saya pasti akan ke Spanyol, memainkan sepakbola bagus yang diinginkan semua orang, karena Anda pasti memerlukan pengalaman baru dan proyek yang baru," ungkapnya kepada Football Espana.
Sayang, menjelang berakhirnya musim, harapan untuk melihat Pochettino beralih melatih klub besar semakin jauh dari titik temu. Real Madrid, klub yang paling kerap dihubungkan dengannya, per 11 Maret 2019 justru menunjuk Zinedine Zidane sebagai pelatih baru. Zidane hampir pasti tak tergantikan karena presiden Florentino Perez bahkan telah menyiapkan dana segar 500 juta euro untuk proyek perombakan skuat.
Manchester United, harapan lain Pochettino juga lebih memilih pilih mempermanenkan caretaker mereka, Ole Gunnar Solskjaer per Kamis (28/3/2019), menyusul hasil impresif yang telah ditorehkannya sejak Desember 2018. Tiga tahun adalah waktu minimal yang dibutuhkan Pochettino jika suatu saat ingin menempati posisi yang kini dihuni Ole.
Praktis, satu-satunya pilihan logis yang tersisa untuk Pochettino saat ini adalah tetap bertahan di London, apalagi, dia masih punya kontrak menukangi The Lilywhites sampai 2023.
Ditinggal Para Bintang?
Namun alih-alih mendapat masa depan cerah, Pochettino disinyalir tidak akan punya banyak keuntungan untuk meneruskan kiprahnya di Tottenham Hotspur. Ini menyusul ancaman besar kepergian pemain-pemain yang menjadi tulang punggung klub sejauh ini.
Misalnya dalam kasus Toby Alderweireld. Bek kelahiran Belgia itu disebut-sebut tinggal menunggu waktu untuk hengkang ke Juventus musim depan. Saat ini, Alderweireld diketahui cuma digaji 53 ribu paun per pekan, alias seperempat dari gaji Harry Kane. Ini membuat dia sempat meminta kenaikan gaji tiga kali lipat.
Bos Tottenham, Dany Levy menolak mentah-mentah permintaan itu. Alderweireld lantas mulai diiming-imingi gaji tinggi oleh Juve. Transfer ke Juve sendiri bisa mudah terlaksana karena menurut pemberitaan The Times, bek berusia 30 tahun itu punya klausul pelepasan senilai 25 juta paun, angka yang diperkirakan mudah untuk dijangkau Si Nyonya Tua.
Bukan Cuma Alderweireld, bintang lapangan tengah Spurs, Christian Eriksen juga disebut-sebut bakal hengkang pada musim panas nanti. 10 tahun memperkuat The Lilywhites, Eriksen yang merupakan jebolan Ajax Amsterdam mulai jengah dan ingin pindah ke klub yang bisa lebih menjanjikan trofi. Real Madrid adalah klub yang sedang mengejar pemain asal Denmark itu. Dengan iming-iming 130 juta paun yang jelas bisa bikin Daniel Levy tak bisa menolak, kepergian Eriksen seperti tinggal menunggu waktu.
Selain dua nama di atas, menurut prediksi The Guardian, sejumlah pemain skuat utama seperti Jan Vertonghen, Michel Vorm, Fernando Llorente, Victor Wanyama, serta Vincent Janssen juga berpeluang besar pindah untuk mencari peluang bermain lebih.
Dana Transfer Terbatas
Di luar ancaman eksodus pemain besar-besaran, Pochettino juga rawan dihadapkan pada situasi sulit lantaran Tottenham baru saja membangun stadion baru. Pembangunan ini memangkas kas klub habis-habisan dan diyakini membuat Pochettino tak punya budget besar buat membeli pemain di bursa transfer musim panas mendatang.
Pada penghujung musim lalu, Pochettino padahal dengan tegas mengultimatum petinggi Spurs bahwa dirinya butuh keleluasaan mendatangkan pemain apabila klub ingin prestasi yang lebih baik.
"Saya sebenarnya punya ide yang jelas untuk membawa klub ini ke mana. Kami [saya dan petinggi] harus berbicara untuk membuat proyek. Ini semua tergantung Daniel dan klub, apakah sepakat dengan tim pelatih. Jika kami ingin menjadi pesaing nyata gelar juara, kami harus mengubah beberapa hal," kata Pochettino usai kemenangan 5-4 atas Leicester di pekan terakhir.
Sang pelatih tidak menyebut spesifik apa yang perlu diubah, namun media-media di Inggris menyimpulkan yang dimaksud Pochettino adalah kebijakan merekrut pemain. Sejak melatih Spurs pada 2014, Pochettino memang cuma dapat dana transfer rata-rata 27,25 paun per musim, dan itu membikinnya geram.
Sialnya, meski pembicaraan akhirnya dilakukan, hingga kini belum ada pertanda kalau petinggi Spurs bakal mengalokasikan dana lebih banyak untuk perekrutan pemain.
Atas semua itu, jurnalis The Guardian, David Hynter menyebut Pochettino benar-benar bernasib malang.
"Untuk karier seorang Pochettino, saat ini semuanya belum terlihat akan jadi lebih mudah," tandasnya.
Editor: Mufti Sholih