tirto.id - Real Madrid sedang menapaki kegelapan. Hanya dalam waktu sepekan, dari 28 Feburari 2019 hingga 6 Maret 2019, harapan Los Blancos rontok menjadi puing-puing: mereka harus angkat koper dari Copa del Rey, mengibarkan bendera putih di La Liga, dan kalah memalukan dari Ajax Amsterdam di Liga Champions Eropa.
Florentino Perez, Presiden Madrid, pun tak punya pilihan lain. Ia kembali memanggil Zinedine Zidane untuk menjadi juru selamat tim. Zidane, yang akhir musim 2017-2018 memutuskan mundur dari kursi pelatih Madrid, akan menggantikan posisi Santiago Solari. Ia akan dikontrak hingga 30 Juni 2022 nanti.
"Aku dalam keadaan baik dan merasa senang bisa kembali. Aku senang bisa kembali bekerja di klub hebat ini dan bekerja dengan para pemain yang ada di dalam skuat. Ini adalah hari yang penting dan aku berada di sini karena aku sangat mencintai klub ini," tutur Zidane seperti dilansir dari situs resmi Real Madrid.
Mantan gelandang andalan timnas Perancis tersebut, yang sebelumnya berhasil mempersembahkan 9 gelar sebagai pelatih Madrid (tiga gelar Liga Champions, dua gelar Piala Dunia Antar Klub, dua gelar Piala Super Eropa, satu gelar La Liga, dan satu gelar Piala Super Spanyol), lantas menambahkan, "Ini adalah sebuah tantangan besar dan aku tidak akan memikirkan apa yang berhasil aku raih bersama klub ini pada lalu."
Keputusan Perez untuk mengganti pelatih Madrid memang tidak mengejutkan. Ia terbiasa mendepak pelatih saat segalanya tak berjalan sesuai dengan keinginannya. Selama menjabat bos besar Madrid, Perez sudah memecat 11 pelatih. Ia pun terbiasa mengambil keputusan cepat dan tak mau menunggu hingga akhir musim untuk melakukan perubahan.
Selain itu, ada indikasi bahwa Perez, yang teramat sering mencampuri urusan di kamar ganti, adalah alasan mengapa Zidane memilih mundur pada akhir musim lalu. Pertanyaanya: apa yang ditawarkan Perez sehingga Zidane itu mau kembali ke Santiago Bernabeu?
Mendapatkan Kepercayaan Untuk Mengatur Tim Secara Utuh
Saat Zidane memutuskan mundur dari kursi pelatih Madrid pada 31 Mei 2018, Perez yang saat itu mendampingi Zidane, tampak gelisah dan panik. Setelah sekitar tiga tahun melatih Madrid dan meraih sejumlah gelar penting, Perez mungkin tidak ingin Zidane mundur secepat itu.
Namun, Zidane lantas memberikan satu petunjuk penting. Katanya, "Ini adalah tim yang harus selalu menang dan butuh banyak perubahan untuk melakukannya. Setelah tiga tahun, diperlukan wacana lain, metodologi kerja yang lain, dan itulah yang membuat saya mengambil keputusan ini."
Sebelum mundur, Zidane barangkali punya rencana yang tak sejalan dengan Perez dalam mempertahankan kualitas Madrid. Ini dapat dilihat dari kepergian Cristiano Ronaldo beberapa saat setelah Zidane undur diri. Di bawah Zidane, Ronaldo adalah pemain penting, tapi Perez ternyata punya pikiran lain. Setidaknya demikian yang dikatakan Guillem Balague, pengamat sepakbola Spanyol.
"Itu adalah masalah personal," tutur Balague, soal kepergian Ronaldo, dalam sebuah podcast di Sky Sports.
Menurut Balague, Perez beberapa kali membuat Ronaldo merasa tidak nyaman. Ia pernah berjanji menaikkan gaji Ronaldo, tapi urung dilakukan hingga Ronaldo pergi. Selain itu, saat Ronaldo mendapatkan Ballon d’Or pada 2017, Perez justru mengatakan, "Jika Neymar ingin memenangi Ballon d’Or, ia harus pindah ke Madrid." Ronaldo jelas tidak menyukai komentar Perez tersebut.
Zidane mungkin tidak senang dengan perlakuan Perez tersebut. Lantas, setelah Ronaldo pergi, siapa pemain yang diharapkan Perez untuk menjadi bintang tim? Gareth Bale.
Bale bukanlah pemain utama di bawah asuhan Zidane. Bahkan, hubungan Bale dan Zidane bisa dibilang runyam setelah musim 2017-2018 rampung. Karena sulit menyingkirkan Bale, Zidane akhirnya memilih menyingkir. Hasilnya, Bale ternyata tak mampu menolong Madrid pada musim ini. Ia hanya mencetak tujuh gol dan dua assist di La Liga sejauh ini dan Madrid terasa sangat kehilangan Cristiano Ronaldo.
Dari sana, Balague, kali ini dalam salah satu tulisannya di BBC, lantas menulis, "Untuk dapat menarik Zizou kembali, Florentino Perez, Presiden Madrid, berjanji kepada pria asal Prancis itu bahwa dia akan dapat menentukan keputusan-keputusan besar bagi tim. Jika Perez tidak mengucapkan janji seperti itu, kembalinya Zidane ke Real Madrid bisa dibilang mustahil."
Membangun Ulang Skuat dan Kepercayaan Madrid
Satu-satunya harapan Madrid musim ini adalah tembus di posisi empat besar La Liga. Namun, saat mereka memilih mendatangkan pelatih baru lebih cepat dari perkiraan, mereka jelas mempunyai target lebih dari itu: dari sekarang, Los Blancos barangkali mulai memikirkan masa depan.
Hingga akhir musim ini, setelah gagal di Liga Champions Eropa dan Copa del Rey, Madrid hanya akan menjalani 11 pertandingan. Dari sana, dengan bekerja lebih cepat, Zidane bisa mulai melakukan hitung-hitungan mengenai kekurangan dan kekuatan tim; siapa pemain yang harus dilego, siapa yang harus dipertahankan, dan siapa saja yang harus didatangkan.
Dan menyoal pemain baru, Eden Hazard, bintang Chelsea, dikabarkan akan menjadi buruan utama Zidane. Terlebih, pemain asal Belgia tersebut juga sangat mengidolakan Zidane.
"Semua orang tahu bahwa aku sangat menghormati Zidane, baik sebagai seorang pemain maupun sebagai seorang pelatih. Dia adalah idolaku. Jujur, bermain untuk Zidane adalah sebuah mimpi," kata Hazard suatu waktu.
Selain itu, Zidane juga mulai bisa memperbaiki suasana tim yang sedang amburadul. Apa yang terjadi setelah Real Madrid kalah dari Ajax Amsterdam di Liga Champions Eropa, bisa contoh. Kala itu, Florentino Perez dikabarkan bersitengang dengan Sergio Ramos, kapten Madrid.
Perez menuding pemain-pemain Madrid tak profesional dan Ramos langsung pasang badan. Tersinggung dengan perlakuan Ramos, Perez kemudian sesumbar ingin mendepak Ramos. Namun, mantan bek Sevilla itu justru menantang, "Bayar aku, dan aku akan pergi."
Dengan reputasi yang dimiliki Zidane, kejadian seperti itu barangkali tak akan kembali terulang. Dan semakin cepat ia memperbaiki suasana tim, semakin besar pula peluang Madrid untuk segera berjalan ke luar dari lubang kegelapan. Setidaknya, selain melakukan perubahan terhadap permainan tim di atas lapangan, perubahan suasana itu juga akan berguna bagi masa depan Madrid.
Editor: Mufti Sholih