tirto.id - Milenial dituding sebagai generasi yang mementingkan kenyamanan di atas segalanya. Mereka asyik menjalani gaya hidup dinamis, mengamini slogan You Only Live Once (YOLO).
“Kecenderungan yang muncul adalah generasi milenial akan menjadi konsumtif dan mengutamakan pengeluaran untuk kegiatan yang sifatnya pengalaman. Contohnya traveling, experienced buying, dan lain-lain,” jelas CEO Zap Finance Prita Ghozie.
Pola pikir ini jelas membawa dampak ekonomi maupun psikologis. Bagaimana tidak, banyaknya keinginan milenial—liburan, makan di luar, nongkrong, belanja online—sering kali tak sebanding dengan kondisi keuangan mereka. Gaya hidup dinamis ditambah minimnya pengetahuan tentang pengelolaan keuangan menjadi tantangan tersendiri bagi generasi yang lahir tahun 1980 sampai 2000 itu.
Padahal, menurut data BPS, selama 10 tahun ke depan, Indonesia masuk dalam fase bonus demografi. Milenial (usia produktif) yang mendominasi populasi idealnya jadi penggerak roda ekonomi negara. Seperti kata Presiden Joko Widodo, bonus demografi ibarat pedang bermata dua. "Satu sisi adalah berkah jika kita berhasil mengambil manfaatnya. Satu sisi lain adalah bencana apabila kualitas manusia Indonesia tidak disiapkan dengan baik.”
Solusi Bernama Investasi
Bukannya tak melek keuangan, tingkat kesadaran milenial terhadap produk-produk keuangan sesungguhnya hampir merata. Fakta ini diungkap lembaga riset Alvara dalam hasil survei bertajuk “The Urban Middle-Class Millennials Indonesia: Financial and Online Behavior” (2016), yang dilakukan terhadap 600 responden milenial di 6 kota besar Indonesia .
“Total awareness keseluruhan produk mencapai 78,5% yang artinya setiap satu orang memiliki pengetahuan terhadap hampir 8 produk keuangan,” jelas laporan yang disusun Hasanuddin Ali dan Lilik Purwandi ini. Adapun produk keuangan yang paling diingat konsumen adalah produk tabungan, disusul asuransi kesehatan, deposito, kartu kredit, dan kredit kepemilikan rumah (KPR).
Milenial juga paham terhadap produk investasi, mulai dari yang konvensional seperti emas sampai dengan yang modern: reksa dana, saham, sampai obligasi yang diperjualbelikan di pasar modal yang dikelola oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Meski demikian, masih menurut Alvara, kepemilikan produk investasi generasi ini masih terbatas. Mereka baru mulai memilih produk investasi.
Milenial pun sudah mengatur pengeluaran harian. Sayang dalam praktiknya kerap melakukan kesalahan finansial yang sama. Begitu menerima gaji, uang dibelanjakan, diinvestasikan, dan ditabung dengan porsi yang tak jelas. Ini membuat mereka tak tahu persis berapa pengeluaran per bulan. Ketika pasak lebih besar dari tiang, jangankan punya dana darurat, untuk memenuhi kebutuhan harian saja terpaksa berutang.
Rerata milenial memiliki lebih dari satu rekening bank yang tak diatur penggunaannya. Di mana ada uang, itu yang mereka pakai. Belum lagi, banyak yang menunda investasi, termasuk impian memiliki hunian akibat kecenderungan memakai gaji untuk memenuhi kebutuhan leisure. Padahal daya beli dan harga rumah kian hari kian timpang. Dan masih banyak persoalan keuangan lain yang membutuhkan solusi.
Bagaimana bisa hidup nyaman kalau masih punya banyak tanggungan?
Dibandingkan dengan investasi properti, modal saham tentu jauh lebih terjangkau atau sesuai isi kantong (mulai dari Rp100 ribu) dengan imbal hasil lumayan. Bagi milenial yang gemar dengan segala sesuatu yang praktis, menantang, sekaligus dinamis, investasi saham bisa jadi kegiatan menarik sekaligus menguntungkan. Bonusnya, dengan menjadi investor atau pemegang saham, otomatis milenial juga menjadi bagian dari pemilik perusahaan.
“Bila bicara investasi jangka panjang selalu hanya dua pilihannya yaitu saham dan properti. Tetapi properti terkendala dengan dana dan biaya transaksi yang tidak sedikit,” ungkap Budi Frensidy, pengamat pasar modal dari Universitas Indonesia.
Salah satu faktor yang membuat milenial kemudian berinvestasi ke pasar modal adalah kinerja bursa saham yang relatif stabil. “Trennya positif, sekalipun turun tidak signifikan.” Ada pula keuntungan yang siap dinikmati: kenaikan harga saham (capital gain) dan laba perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham (dividen).
Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per 27 Desember 2019, jumlah single investor identification (SID) didominasi oleh milenial (di bawah 30 tahun) dengan komposisi 44,62 persen dan total aset Rp12,42 triliun.
Pasar Modal dalam Ponsel
Kini berinvestasi saham bahkan bisa dilakukan lewat ponsel, pas dengan gaya hidup milenial yang dinamis sekaligus tak bisa lepas dari teknologi. Dalam waktu dekat, perusahaan sekuritas Indo Premier (PT Indo Premier Sekuritas) akan meluncurkan sebuah aplikasi online trading yang memudahkan nasabah dalam berinvestasi di pasar modal. Aplikasi online trading tercepat yang user-friendly itu bernama IPOT (Indo Premier Online Technology).
Semua proses pembukaan rekening di Indo Premier dilakukan via online. Kita hanya perlu mengunduh aplikasinya dan melengkapi data diri—termasuk dengan swafoto dan tanda tangan digital. Apabila seluruh dokumen lengkap dan memenuhi ketentuan pembukaan rekening online, maka dalam kurang dari satu jam kita sudah bisa bertransaksi di pasar modal.
IPOT juga memberikan kemudahan bertransaksi reksa dana, saham, Exchange Traded Fund (ETF), sekaligus obligasi dalam satu platform, satu akun, satu bank pembayaran, dan satu reporting. Semua transaksi menjadi jauh lebih praktis karena hanya memerlukan sekali log in.
Tak tanggung-tanggung, Indo Premier juga telah melengkapi IPOT dengan tampilan yang stylish, fitur multi order, charting yang canggih dengan bermacam indikator, sampai berita terkini seputar investasi dan keuangan. Bagi investor pemula, seperti slogan “Semua Bisa Investasi” yang digaunginya, IPOT menyediakan berbagai konten edukasi investasi dan tutorial di aplikasinya. Semua fitur ini membantu nasabah menentukan investasi terbaik karena didukung oleh referensi yang lengkap.
Aplikasi baru ini sekaligus bisa menjadi media edukasi pasar modal bagi nasabah pemula yang ingin memahami lebih jauh tentang investasi di produk pasar modal, seperti reksa dana, saham, dan ETF lewat semua informasi yang tersaji di dalamnya. Namun, perlu diingat, laiknya bisnis, dibalik imbal balik investasi yang menguntungkan, terdapat pula risiko dari masing-masing produknya, sehingga dibutuhkan pengetahuan untuk meminimalkan risiko berinvestasi di pasar modal.
Hidup memang untuk dinikmati. Namun, milenial perlu lebih dulu memastikan pengelolaan keuangan yang tepat agar lebih tenang menjalani hari-hari di masa mendatang. Tak ada lagi kekhawatiran tak sanggup bayar cicilan, tak bisa penuhi gaya hidup, atau tak ada waktu untuk menikmati hari tua akibat sibuk bekerja.
Makin cepat mengatur strategi investasi dan menjalankannya, makin cepat pula milenial menggenggam hidup nyaman tanpa kekhawatiran soal masa depan, yang diidamkan-idamkan. YOLO.
(JEDA)
Penulis: Tim Media Servis