Menuju konten utama

Mampukah Tencent Menyelamatkan Snapchat?

Snap Inc kembali merugi. Gagalnya produk kacamata Spectacles menjadi salah satu faktor.

Mampukah Tencent Menyelamatkan Snapchat?
Logo Snapchat di luar gedung New York Stock Exchange (NYSE), AS. REUTERS/Brendan McDermid

tirto.id - Snap Inc, perusahaan pemilik dan pengelola Snapchat, berada di ujung tanduk. Semenjak Instagram Story dirilis pada Agustus 2016, Snapchat terus-menerus kehilangan keunikannya sebagai aplikasi obrolan daring maupun media sosial. Fitur-fitur yang dulunya hanya ada di Snapchat seperti story, pesan yang otomatis hilang, dan filter dengan teknologi augmented reality telah diimitasi oleh para kompetitor.

Jika berbicara soal jumlah pengguna, Instagram Story berhasil mencapai 150 juta pengguna aktif harian hanya dalam waktu 25 minggu setelah diluncurkan. Snapchat butuh 6 tahun untuk mendapat angka yang sama. Pada Agustus 2017, pengguna aktif Instagram Story mencapai 250 juta, sedangkan Snapchat berada pada angka 166 juta pengguna (dengan penambahan 4,3 juta pengguna pada akhir kuartal ketiga).

Kondisi Snap Inc yang sedang terombang-ambing tercatat jelas dalam laporan pendapatan kuartal ketiga mereka yang dipublikasikan pada awal November 2017. Menurut laporan ini, pendapatan Snap berada 12 persen di bawah ekspektasi pendapatan sebesar 237 juta dolar AS. Pada akhir tahun 2016 Snap mencatat kerugian bersih mencapai 514,6 juta dolar AS, dan untuk kuartal ketiga ini kerugian bersihnya mencapai 443 juta dolar AS.

Baca juga: #RIPSnapchat Gara-gara Instagram

Tak hanya itu, delapan bulan setelah menjajakan sahamnya ke publik, Snap malah kehilangan lebih dari 3 miliar dolar AS. Harga sahamnya pun diperjualbelikan di bawah harga IPO-nya sejak bulan Juli lalu.

Babak belurnya Snap juga dipengaruhi oleh gagalnya ekspansi bisnis ke sektor perangkat keras sehingga harus merugi hingga 40 juta dolar AS. Adalah Spectacles yang tadinya diharapkan Snapchat dapat mengembalikan elemen unikdari platform ini. Spectacles merupakan kacamata berkamera yang dapat merekam video secara sirkular mengikuti perspektif penggunanya.

Pengguna dapat langsung merekam momen mereka dengan memencet satu tombol saja yang hasilnya akan ditransfer ke akun Snapchat pengguna. Sayangnya, walaupun perangkat ini dipromosikan secara gencar, permasalahan teknis penjualan menjadi faktor utama gagalnya ekspansi bisnis ini.

Penjualan awal yang sifatnya eksklusif menjadi salah satu faktor yang menurunkan minat konsumen terhadap perangkat ini. Calon pembeli harus menunggu mesin penjual otomatis, Snapbot, untuk muncul di kota mereka agar dapat membeli kacamata ini. Tentu saja, kemunculan Snapbot terfokus pada kota-kota besar di Amerika Serikat seperti Los Angeles.

Perangkat ini pun baru dapat dibeli oleh pengguna Snapchat di Eropa, delapan bulan setelah rilis di Amerika Serikat. Metode pembelian alternatif juga baru tersedia ketika euforianya sudah mulai padam. Misalnya, pembelian secara online melalui Amazon baru tersedia lima bulan setelah peluncuran resmi.

Akibatnya, ketika (calon) konsumen sudah bisa membeli, momentum tren yang telah dibangun oleh iklan dan publikasi media soal Spectacles telah lama redup. Ditambah lagi, mayoritas pengguna Spectacles ternyata berhenti menggunakan produk ini 4 minggu setelah penggunaan pertama. Hal ini menunjukkan bahwa Spectales tidak seunik itu untuk digunakan lama-lama.

Baca juga: Mengenal Ma Huateng, Orang Terkaya di Asia

infografik si hantu sudah lesu

CEO Snap Inc, Evan Spiegel menolak mengakui kegagalan eksperimen Spectacles. Ia justru menganggap bahwa Spectacles adalah manifestasi visi masa depan perusahaannya.

“Sepuluh tahun lagi, perangkat keras akan menjadi medium yang penting untuk pengalaman pengguna Snapchat. Justru karena ini akan menjadi berharga sepuluh tahun lagi, kita tidak mau baru memulai ini sepuluh tahun kemudian. Loncatan pertama kita adalah dengan Spectacles,” jelas Spiegel di sebuah acara di Los Angeles.

Di titik ini, harapan untuk Snap datang dari timur. Tencent, perusahaan raksasa Cina pemilik aplikasi WeChat, dengan pengguna aktif bulanan mencapai 963 juta menanamkan investasi sebesar 2 miliar dolar AS di Snap Inc. Investasi ini membuat Tencent memegang 12 persen saham di Snap Inc. Langkah ini semakin menunjukkan ambisi Tencent untuk melakukan ekspansinya di Amerika Serikat. Sebelumnya, Tencent telah membeli 5 persen saham Tesla, perusahaan mobil listrik futuristik, pada awal tahun 2017.

Selain itu, gurita bisnis Tencent juga telah mencapai benua Eropa. Pada tahun 2016, Tencent membeli 60 perusahaan Italia yang berbisnis diberbagai sektor mulai dari manufaktor, makanan, hingga desain furnitur. Layanan e-commerce Tencent yang menjual barang-barang bermerek juga sudah direncanakan untuk beroperasi di Prancis, Jerman, dan Inggris.

Pada tahun 2016, Tencent merogoh kocek sebesar 8,6 miliar dolar AS untuk menjadi pemegang saham mayoritas di perusahaan asal Finlandia Supercell yang membuat Clash of Clans. Tencent juga telah mendominasi pasar game mobile domestik di Cina melalui permainan Honour of Kings, yang dimainkan oleh lebih dari 80 juta orang.

Sementara itu, secara internal Snapchat akan melakukan perombakan user interface dan peningkatan stabilitas aplikasi yang selama ini dianggap menyulitkan pengguna baru untuk bergabung. Namun, pertumbuhan agresif pengguna aktif Instagram Story dan luka finansial akibat kegagalan Spectacles akan membuat perjalanan kebangkitan Snapchat penuh dengan tantangan.

Baca juga artikel terkait SNAPCHAT atau tulisan lainnya dari Terry Muthahhari

tirto.id - Bisnis
Reporter: Terry Muthahhari
Penulis: Terry Muthahhari
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti