Menuju konten utama

Makna Lambang "Hiu Kencana" Bagi Kru Kapal Selam TNI AL

Makna lambang "Hiu Kencana" bagi kru kapal selam TNI AL dan angotanya gugur saat bertugas di KRI Nanggala 401.

Makna Lambang
FOTO ARSIP - Kapal Selam KRI Nanggala-402 melakukan "Sailing Pass" di Dermaga Ujung, Koarmatim, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (25/9/2014). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/rwa.

tirto.id - Kru kapal selam KRI Nanggala-402 merupakan bagian dari Korps Hiu Kencana, yakni satuan khusus kapal selam di TNI-AL.

KRI Nanggala-402 yang membawa 53 awak kapal selam dinyatakan subsunk atau tenggelam pada Sabtu (24/4) setelah hilang kontak sejak Rabu (21/4/2021) dini hari di perairan sisi utara Pulau Bali.

"Musibah ini mengejutkan kita semua, tidak hanya keluarga 53 awak kapal, keluarga Hiu Kencana (Korps Kapal Selam), maupun keluarga besar TNI Angkatan Laut, tapi juga seluruh rakyat indonesia. Kita semua bangsa Indonesia menyampaikan kesedihan yang mendalam, khususnya kepada keluarga awak kapal selam," kata Presiden Jokowi dikutip Antara.

Dalam pernyataannya, Presiden Jokowi menyebutkan bahwa keluarga Hiu Kencana termasuk yang paling berduka dalam musibah ini.

Makna Hiu Kencana

Hiu Kencana merupakan penghargaan yang diberikan kepada orang-orang terpilih untuk diangkat sebagai Warga Kehormatan Kapal Selam.

Pemberian ini didasarkan karena jasa-jasa orang tersebut atas dukungannya terhadap pembinaan kapal selam sebagai salah satu senjata strategis dalam Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT).

Pemberian gelar Warga Kehormatan Kapal Selam dan penyematan Brevet Hiu Kencana kepada putra bangsa yang dinilai berjasa mendukung pembinaan kapal selam telah menjadi tradisi warga kapal selam.

Menurut makalah "Tradisi TNI Angkatan Laut" terbitan Dinas Perawatan Personel TNI AL (2020), pada 11 September 1959 dilaksanakan penyematan brevet Hiu Kencana tanda brevet kapal selam yang pertama kali kepada semua awak kapal selam yang baru menyelesaikan pendidikannya di Polandia.

Korps Hiu Kencana atau Satkalsel Koarmada II didirikan pada 12 September 1959 yang kemudian diperingati sebagai “Hari Lahir Korps Hiu Kencana”.

Satuan kapal selam itu berdiri bersamaan dengan hadirnya dua kapal selam Whiskey buatan Rusia. Kedatangan kapal selam Whiskey menjadi cikal bakal terbentuknya Korps Hiu Kencana.

Brevet Hiu Kencana mempunyai arti sebagai profesionalisme prajurit kapal selam untuk taktik dan teknik peperangan bawah laut.

Brevet “Hiu Kencana” juga menjadi simbol pengakuan terhadap profesionalisme prajurit kapal selam, dalam taktik dan teknik peperangan bawah permukaan laut, yang dapat menumbuhkan kebanggaan dan jiwa korsa bagi para pemakainya.

Setiap personel yang akan memasuki kapal selam, terlebih dahulu harus dicek kesehatannya oleh dokter spesialis hyperbaric, sebagai salah satu persyaratan yang mutlak dilaksanakan.

Hal ini karena tekanan yang ada di dalam kapal selam berbeda dengan tekanan ketika berada dalam ruangan kapal atas permukaan.

Inti lambang dari Brevet Hiu Kencana itu berupa dua hiu saling berhadapan, dengan tekad mempertahankan kehadiran kapal selam di lautan sebagai bentuk kemampuan dan supremasi di laut.

Kapal selam dalam keadaan siap tempur pada posisi menyelam sebagai simbol kesenjataan strategis yang ampuh. Periskop yang menyimbolkan selalu waspada mengamati setiap jengkal perairan negara.

Gambar tujuh gelombang mewakili samudera di dunia, serta lima buah garis insang pada leher hiu pertanda Warga Hiu Kencana bernafaskan Pancasila.

Secara keseluruhan makna lambang yang tersirat pada Brevet Hiu Kencana adalah “Dengan landasan falsafah hidup Pancasila sebagai Prajurit Sapta Marga tugas akan dilaksanakan dengan penuh keberanian dan ketabahan serta sanggup mengemban tugas sampai titik darah penghabisan”.

Brevet Hiu Kencana bukan sekedar brevet yang melekat di dada kanan setiap pengawak kapal selam, namunpada setiap pemakainya melekat pula kebanggaan, semangat juang pantang menyerah dan dedikasi untuk selalu mengabdi kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Baca juga artikel terkait KRI NANGGALA 402 atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Agung DH