tirto.id - Luhut Binsar Pandjaitan santer dikabarkan bakal mencalonkan sebagai Ketua Umum Partai Golkar menggantikan posisi Airlangga Hartarto lewat Munaslub. Elektabilitas suara Golkar yang mulai menurun jelang Pemilu 2024 menjadi alasan di balik rencana tersebut.
Desas desus permintaan pergantian ketua umum berasal dari internal partai. Salah satu anggota Dewan Pakar Partai Golkar, Ridwan Hisjam mengungkapkan Luhut Binsar Pandjaitan termasuk tokoh yang layak menduduki posisi Ketum.
Menurut Ridwan, Ketua Dewan Penasihat Partai Golkar sekaligus Menko Marves (Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi) itu merupakan sosok yang hebat dan selevel dengan Airlangga Hartarto.
"Saya ini klasifikasinya biasa-biasa saja, kalau saya lihat ada beberapa nama di mana? Orang yang duduk di pemerintahan, super hebat. Siapa yang selevel oleh Pak Airlangga? Ya Opung, Luhut Binsar Pandjaitan. Itu kalau mau dilihat yang super hebat," kata Ridwan Hisjam, seperti dilaporkan Antara News.
Dukungan lain juga diberikan Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Sentral Organisasi Karyawan Swadiri (Soksi), Lawrence TP Siburian. Menurut dia, meskipun sibuk tapi Luhut cocok jadi ketua Partai Golkar.
"Luhut itu sibuknya luar biasa, tapi dia punya kepemimpinan luar biasa. Karena, dia mengerti manajemen. Jadi tidak harus dia yang pimpin," kata Lawrence.
Soksi bersama Kosgoro dan MKGR (Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong) sebelumnya mendesak agar Airlangga Hartarto untuk mundur dari posisi Ketua Umum DPP Golkar.
Lawrence TP Siburian menuntut agar segera diadakan Munaslub (musyawarah nasional luar biasa), menggantikan posisi Airlangga Hartarto selaku Ketua Umum DPP Golkar.
Luhut Siap Jadi Ketum Golkar
Dalam sebuah acara di Kompas TV yang dipandu Rosianna Silalahi, Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan siap menjadi Ketua Umum Partai Golkar menggantikan posisi Airlangga Hartarto.
Seperti dikutip dari Youtube Kompas TV, Luhut mengaku sudah ditemui sejumlah tokoh Partai Golkar dan memintanya untuk maju dalam pencalonan Ketum lewat mekanisme Munaslub.
"Saya pikir mereka ceritakan semuanya ke saya. Saya pikir kok sudah semakin parah. Ya kita lihat saja nanti. Itu kan hak konstitusi semua. Kalo mereka sepakat untuk dilakukan, ya hak mereka juga," kata Luhut.
Namun demikian, pria 75 tahun yang pernah berkarier panjang di dunia militer bersama Kopassus itu tidak ingin terjadi konflik antara dirinya dengan Airlangga.
"Saya bilang saya enggak mau berkelahi sama Airlangga, enggak mau. Kenapa? Untuk apa saya berkelahi? Untuk apa saya buat musuh? Buat apa?" tegasnya.
"Tapi kalo kalian memutuskan menurut kalian benar, silakan saja," lanjut Luhut.
Sementara Airlangga Hartarto sudah jauh-jauh hari menegaskan Partai Golkar tidak akan menggelar Munaslub di tahun 2023 ini. Menurutnya, kondisi di internal Golkar saat ini masih sangat solid.
Ia juga menepis tudingan Dewan Pakar Partai Golkar yang akan segera mengganti dirinya sebagai ketua umum.
"Tidak ada (munaslub), agendanya bukan itu. Forum tertinggi Rakernas (rapat kerja nasional), Rapim (rapat pimpinan), dan Munas (musyawarah nasional)," ucap Airlangga, Senin, 10 Juli 2023, di Kompleks Istana, Jakarta.
Untuk itu, dia menegaskan, kepada pihak yang ingin maju sebagai Ketua Umum Partai Golkar, agar menunggu hingga tahun 2024 mendatang lewat Munas.
"Ya itu tadi saya katakan, kan tidak ada (Munaslub), Munas 2024. Silakan kalau berminat jadi Ketua Umum Golkar ke 2024," lanjutnya.
Benarkah Suara Golkar di Era Airlangga: Terendah Sejak Pemilu Langsung?
Pada zaman Orde Baru (Orba), Golkar merupakan penguasa. Partai berlambang pohon beringin ini selalu menduduki posisi pertama dari Pemilu 1971 hingga 1997.
Setelah reformasi 1998, ketika dipimpin Akbar Tanjung, Golkar menempati posisi kedua pada Pemilu 1999.
Sejak sistem pemilu langsung diadakan pertama kali pada 2004, perolehan suara Partai Golkar era Ketua Umum Airlangga Hartarto termasuk yang paling rendah di antara para pendahulunya.
Airlangga Hartarto tercatat menjadi Ketum Golkar sejak 2017 hingga sekarang. Pada 2004 di era kepemimpinan Akbar Tanjung, mereka meraup suara 21,58 persen sekaligus memenangi Pemilu dan mendapatkan 129 kursi di DPR.
5 tahun berselang atau masa Jusuf Kalla, Golkar mendapatkan 14,45 persen suara. Meskipun turun, kader partai di DPR masih di atas 100 kursi, yakni 106 anggota.
Pada kepemimpinan Aburizal Bakrie lewat Pemilu 2014, Partai Golkar mendapatkan suara sebesar 14,75 persen dengan perolehan kursi DPR sebanyak 91 anggota. Jusuf Kalla dan Aburizal Bakrie masih membawa Golkar menjadi runner-up Pemilu.
Adapun pada era Airlangga Hartarto, posisi Partai Golkar justru turun di peringkat 3 lewat Pemilu 2019. Selain hanya mendapatkan suara 12,31 persen, anggota DPR dari Golkar juga menjadi 85 orang saja.
Namun demikian, Golkar masih menempati posisi kedua sebagai partai paling banyak meraih kursi di DPR RI.
Daftar Perolehan Suara Golkar di Pemilu Sejak 2004
Berikut adalah daftar perolehan suara Partai Golkar selama Pemilu sejak edisi 2004 dengan beberapa Ketua Umum yang menjabat:
- Pemilu 2004 (Ketum Akbar Tanjung): 129 kursi (21,58 persen)
- Pemilu 2009 (Ketum Jusuf Kalla): 106 kursi (14,45 persen)
- Pemilu 2014 (Ketum Aburizal Bakrie): 91 kursi (14,75 persen)
- Pemilu 2019 (Ketum Airlangga Hartarto): 85 kursi (12,31 persen)
Elektabilitas Partai Golkar Nomor 3
Jelang pelaksanaan Pemilu 2024, berdasarkan survei terbaru yang dilakukan Indikator Politik Indonesia dan dirilis pada Minggu (23/7), elektabilitas Partai Golkar mulai menurun dengan jumlah pemilih 9,2 persen.
Golkar masih menduduki posisi 3 di bawah PDI-Perjuangan (25,3 persen) dan Partai Gerindra (13,6 persen).
Survei ini berlangsung pada 20-24 Juni 2023 dengan menggunakan metode multistage random sampling. Jumlah sampel sebanyak 1.220 orang. Angka margin of error sekitar ±2.9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Pada simulasi pilihan calon presiden dengan 34 nama semi terbuka, Airlangga Hartarto berada di peringkat 8 lewat jumlah suara 0,7 persen atau setara dengan Ustaz Abdul Somad.
Posisi pertama ditempati Prabowo Subianto (31,6 persen), unggul tipis atas Ganjar Pranowo (31,4 persen), dan disusul Anies Baswedan (17,6 persen).
Penulis: Beni Jo
Editor: Alexander Haryanto