tirto.id - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan disebut terlibat dalam bisnis Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR). Isu ini mencuat usai pemerintah mewajibkan penumpang pesawat menunjukkan tes PCR meski sudah divaksin dua kali.
Belakangan, kebijakan yang dinilai merugikan rakyat tersebut diubah kembali usai menuai protes dari sejumlah pihak, mulai dari warga, aktivis hingga anggota Komisi IX DPR yang membidangi kesehatan.
Namun, polemik syarat wajib PCR ini tak berhenti di situ. Sebab, kebijakan pemerintah yang dinilai mencla-mencle ini diduga ada keterlibatan pejabat di kabinet Jokowi-Ma’ruf Amin dalam pengadaan alat kesehatan, salah satunya Luhut yang diduga terkait dengan perusahaan penyedia tes PCR.
Juru Bicara Kemenko Marves, Jodi Mahardi pun buka suara terkait isu keterlibatkan Luhut dalam bisnis PCR COVID-19. Jodi menjelaskan PT Genomik Solidaritas Indonesia (GSI) yang disebut berafiliasi dengan Luhut tidak pernah bekerja sama dengan BUMN dan pemerintah.
“Terkait GSI, jadi pada waktu itu, Pak Luhut diajak oleh teman-teman dari Grup Indika, Adaro, northstar, yang memiliki inisiatif untuk membantu menyediakan tes Covid dengan kapasitas tes yang besar. Karena hal ini dulu menjadi kendala pada masa-masa awal pandemi. Jadi total kalau tidak salah ada 9 pemegang saham di situ. Yayasan dari Indika dan Adaro adalah pemegang saham mayoritas di GSI ini,” kata Jodi dalam keterangan tertulis, Selasa (2/11/2021).
Ia menjelaskan, pada awal kasus COVID-19 mewabah di Indonesia beberapa orang kesulitan untuk mendapatkan fasilitas testing untuk tetap bermobilitas. Akhirnya pada waktu itu, kata dia, GSI menjadi salah satu perusahaan yang memberikan fasilitas testing gratis pada masa awal pandemi.
“Itu kan mereka grup besar yang bisnisnya sudah well established dan sangat kuat di bidang energi, jadi GSI ini tujuannya bukan untuk mencari profit bagi para pemegang saham. Sesuai Namanya, GSI ini Genomik Solidaritas Indonesia, memang ini adalah kewirausahaan sosial,” kata Jodi.
Jodi menambahkan, “Malah di awal-awal GSI ini gedungnya diberikan secara gratis oleh salah satu pemegang sahamnya, agar bisa cepat beroperasi pada periode awal dan membantu untuk melakukan testing Covid-19.”
Ia mengklaim, partisipasi Luhut di GSI ini adalah bagian dari usaha untuk membantu penanganan pandemi pada masa-masa awal pandemi, selain donasi pemberian alat-alat tes PCR dan reagen yang diberikan kepada fakultas kedokteran di beberapa kampus.
“Perlu disadari bahwa kebijakan tes PCR untuk pesawat ini memang diberlakukan untuk mengantisipasi Nataru ya. Data kami menunjukkan tingkat mobilitas di Bali misalnya sudah sama dengan Nataru tahun lalu, padahal ini masih Oktober,” kata dia.
Tingkat mobilitas masyarakat pada umumnya juga sudah naik di atas level prapandemi, kata Jodi. Sementara itu, tingkat kedisiplinan masyarakat di masa pandemi ini berdasarkan tim yang mereka kirim ke banyak tempat juga terus berkurang. Misalnya ditempat-tempat wisata, restoran, dan kafe atau bar.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Abdul Aziz