Menuju konten utama
Kinerja Kepolisian

Lomba Menulis: Cara Polri Memoles Citra usai Tragedi Kanjuruhan?

Polri membantah lomba penulisan apresiasi kinerja polisi yang dibuat untuk memoles citra positif usai tragedi Kanjuruhan.

Lomba Menulis: Cara Polri Memoles Citra usai Tragedi Kanjuruhan?
Pekerja memasang sepanduk sebelum apel gelar pasukan Operasi Ketupat 2022 dimulai di Silang Monas, Jakarta, Jumat (22/4/2022). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/hp.

tirto.id - Kepolisian Republik Indonesia menggelar lomba menulis artikel terkait apresiasi kinerja institusinya. Sub tema lomba ini menyoal Polri yang humanis, berintegritas dan inspiratif. Peserta lomba ini jurnalis atau awak media.

Pengumuman lomba menulis itu diunggah akun Twitter Divisi Humas Polri @DivHumas_Polri pada Rabu (5/10/2022) pukul 08.54 WIB. Periode lomba dimulai pada 5 hingga 18 Oktober 2022. Total hadiah kompetisi ini mencapai puluhan juta.

Kendati demikian, unggahan Polri tersebut dirisak oleh netizen. Sejumlah pengguna Twitter nampak menyoroti kiprah anggota Korps Bhayangkara yang berbanding terbalik dengan tema lomba tersebut.

Misalnya, netizen menyoroti aksi represif anggota polisi saat mengamankan pertandingan Arema versus Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur. Dalam insiden itu sebanyak 131 korban tewas akibat serangan gas air mata yang ditembakkan aparat.

Mereka juga menyoroti kasus pembunuhan Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J oleh eks Kadiv Propam Polri Ferdy Sambo. Perkara ini menyeret banyak perwira terkait dugaan rekayasa kasus.

"Seribu cara yang kalian gunakan untuk memperlihatkan kalau kalian baik sudah tidak mempan!," cuit pengguna akun Twitter @Daffamh****.

Ada pula netizen yang mengunggah foto bertuliskan "juara I memutarbalikkan fakta." Beragam sindiran itu dilontarkan netizen karena kontrasnya perilaku polisi dengan tema perlombaan yang dibuat Polri.

Ketua Indonesia Police Watch (IPW) Sugeng Teguh Santoso menyatakan, Polri memang tengah gelisah dengan kondisi institusi saat ini, apalagi setelah kasus Ferdy Sambo dan tragedi maut di Stadion Kanjuruhan.

Oleh sebab itu, kata dia, Polri berupaya memoles citra dengan menghadirkan beragam program yang bertujuan menegasi beragam keburukan mereka.

"Bahkan, mereka humas (Polri) itu gencar sekali menggunakan medsos untuk melakukan sosialisasi Polri yang humanis, Polri yang dekat dengan rakyat dengan memberikan bantuan sembako, eh dihantam lagi kasus Kanjuruhan. Babak belur nih Polri," kata Teguh saat dihubungi Tirto, Rabu (5/10/2022).

Sugeng melihat Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo tidak menyerah untuk meningkatkan citra Polri, kendati berbagai macam insiden terus mendera. Oleh karena itu, program yang menampilkan citra positif bagi institusi akan terus diupayakan, salah satunya melalui lomba menulis bagi para pewarta.

"Itu strategi meraih kepercayaan publik melalui penulisan media, kan media nih. Jadi memang peran media penting untuk mendukung," tutur Sugeng.

Lebih lanjut, Sugeng mengatakan IPW berusaha bersikap proporsional terhadap Polri. Jika Korps Bhayangkara menghadirkan program positif maka akan didukung. Namun sebaliknya jika menyakiti perasaan publik mau tidak mau mesti dikritisi.

Program positif yang mesti dilakukan Polri yakni perbaikan layanan reserse, kamtibmas dan meningkatkan profesionalisme anggota. "Karena problematiknya itu terjadi anggota paling bawah. Seperti Kanjuruhan kan anggota paling bawah kecuali Sambo aja," ucap Sugeng.

"Yang ketiga ya jangan hanya meningkatkan citra melalui medsos, sosialisasi medsos penting, tetapi juga yang dua di atas yang saya sebutkan itu harus ditingkatkan," sambung dia.

Poster Lomba menulis artikel berita POLRI

Poster Lomba menulis artikel berita POLRI. FOTO/DivHumas_Polri

Pengamat kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Bambang Rukminto mengaku tidak masalah dengan upaya Polri memoles citra melalui perlombaan menulis. Namun, ia mengingatkan perlombaan dimaksud jangan menutupi persoalan substansial yang tengah dihadapi Polri.

"Makanya nanti pertanyaannya apakah ini dilakukan secara konsisten apa enggak, kalau tidak dilakukan itu tadi, sekadar pencitraan, itu saja," tandas Bambang kepada Tirto.

Masalahnya, kata Bambang, selama ini yang dilakukan Polri hanya sekadar dalam momen-momen tertentu, tidak dilakukan secara kontinu.

Selain itu, kata Bambang, langkah tersebut tidak menjadi jiwa dari kerja kepolisian, hanya sekadar performance saja, hanya tampil saja, tapi setelah itu tidak. "Ketulusan itu, kan, bisa dilihat dari kerja-kerja yang lebih total ya, bukan hanya pada kerja-kerja yang sporadis," kata dia.

Bambang menilai, Polri membantu serta melayani masyarakat itu memang sudah seharusnya. Langkah ini bukan sesuatu yang istimewa karena hal itu sudah menjadi kewajiban polisi.

"Kalau itu [membantu dan melayani masyarakat] tidak dilakukan secara konsisten, ya itu lagi-lagi sekadar pencitraan, karena itu memang tugasnya Polri seperti itu, dalam undang-undang melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat kok," kata Bambang.

Dikonfirmasi terpisah, Kasubag Berita Divisi Humas Mabes Polri, AKBP Gatot Hendro Hartono mengatakan, perlombaan yang dibuat bukan untuk memoles citra institusi di tengah sorotan publik terhadap aksi represif aparat di Stadion Kanjuruhan.

"Oh enggak, enggak ada hubungannya, ini kan sudah kami rapatin lama, jauh sebelum Kanjuruhan, tidak ada hubungannya dengan Kanjuruhan," ucap Gatot kepada Tirto.

Baca juga artikel terkait LOMBA MENULIS POLRI atau tulisan lainnya dari Fahreza Rizky

tirto.id - Hukum
Reporter: Johanes Hutabarat
Penulis: Fahreza Rizky
Editor: Abdul Aziz