Menuju konten utama

Legenda Pijat Patah Tulang Haji Naim

Praktik pijat tulang Haji Naim telah beroperasi sejak tahun 1960-an sehingga tidak heran sebagai rujukkan pengobatan alternatif patah tulang masyarakat sekitar Jakarta.

Legenda Pijat Patah Tulang Haji Naim
Icha seorang anak mengalami tulang geser dipijat di Rumah Pijat Haji Naim, Jakarta Selatan. tirto.id/Andrey Gromico
2018/01/22/rumah-pijat-haji-naim--1-tirto.id-tirto.id-andrey-gromico.jpg
Pasien penderita tulang patah dipijat Rumah Pijat Haji Naim, Jakarta Selatan. tirto.id/Andrey Gromico
2018/01/22/rumah-pijat-haji-naim--2-tirto.id-tirto.id-andrey-gromico.jpg
Perban yang digunakan untuk mengobati patah tulang di Rumah Pijat Haji Naim, Jakarta Selatan. tirto.id/Andrey Gromico
2018/01/22/rumah-pijat-haji-naim--3-tirto.id-tirto.id-andrey-gromico.jpg
Seorang pasien penderita tulang patah kaki berteriak saat dipijat Rumah Pijat Haji Naim, Jakarta Selatan. tirto.id/Andrey Gromico
2018/01/22/rumah-pijat-haji-naim--4-tirto.id-tirto.id-andrey-gromico.jpg
Bagian tubuh yang mengalami patah tulang diperban dan diolesi minyak Cimande usai dipijat Rumah Pijat Haji Naim, Jakarta Selatan. tirto.id/Andrey Gromico
2018/01/22/rumah-pijat-haji-naim--5-tirto.id-tirto.id-andrey-gromico.jpg
Icha seorang anak mengalami tulang geser dipijat di Rumah Pijat Haji Naim, Jakarta Selatan. tirto.id/Andrey Gromico
2018/01/22/rumah-pijat-haji-naim--6-tirto.id-tirto.id-andrey-gromico.jpg
Pasien penderita tulang patah menahan rasa sakit saat dipijat Rumah Pijat Haji Naim, Jakarta Selatan. tirto.id/Andrey Gromico
2018/01/22/rumah-pijat-haji-naim--7-tirto.id-tirto.id-andrey-gromico.jpg
Pasien mengantri di ruang depan Rumah Pijat Haji Naim, Jakarta Selatan. tirto.id/Andrey Gromico
2018/01/22/rumah-pijat-haji-naim--8-tirto.id-tirto.id-andrey-gromico.jpg
Adi Chandra yang mengalami kecelakaan dirawat di Rumah Pijat Haji Naim, Jakarta Selatan. tirto.id/Andrey Gromico
2018/01/22/rumah-pijat-haji-naim--9-tirto.id-tirto.id-andrey-gromico.jpg
Dandy yang mengalami patah tulang kaki setelah mengalami keelakaan berobat di Rumah Pijat Haji Naim, Jakarta Selatan. tirto.id/Andrey Gromico
2018/01/22/rumah-pijat-haji-naim--10-tirto.id-tirto.id-andrey-gromico.jpg
Pasien memberi uang seiklasnya dikotak setelah berobat di Rumah Pijat Haji Naim, Jakarta Selatan. tirto.id/Andrey Gromico
Belasan pasien dari berbagai latar belakang telah mengantri sejak pagi untuk mendapatkan pengobatan alternatif pijat tulang Haji Naim di Jl. MPR III No. 24, Cipete, Jakarta Selatan. Praktik pijat tulang Haji Naim telah beroperasi sejak tahun 1960-an sehingga tidak heran sebagai rujukkan pengobatan alternatif patah tulang masyarakat sekitar Jakarta.

Meskipun Haji Naim telah meninggal di tahun 1981, namun dirinya telah menurunkan keahliannya ke 12 anaknya secara bertahap. Hingga saat ini, rumah Haji Naim melayani sekitar 200 pasien setiap harinya dan akan meningkat di akhir pekan ataupun hari libur nasional. Di rumah pengobatan Haji Naim juga tersedia ruangan inap berkapasitas 20 pasien.

Pengobatan pijat patah tulang memang sakit, di dalam ruangan terapi akan terdengar teriakan dan tangisan meringis pasien yang menahan rasa sakit saat dipijat. Namun, rasa sakit tersebut setimpal dengan proses kesembuhan tulang yang patah ataupun salah urat.

Berbekal pengalaman para terapisnya, teknik memijat Haji Naim punya cara tersendiri dengan mengoleskan Minyak Cimande ke bagian tubuh yang sakit atau terkilir. Ramuan Minyak Cimande ini terbuat dari sari kelapa dan tebu yang dicampur dengan kuning telur. Minyak tersebut berfungsi untuk melemaskan otot. Jika pasien tersebut mengalami patah tulang, setelah di pijat biasanya akan menggunakan bidai patah tulang yang terbuat dari kayu.

Pengobatan alternatif Haji Naim tidak mematok tarif. Pasien yang berobat hanya memberikan imbalan seiklasnya ke dalam kotak yang tersedia di ruangan depan. Sejak awal beroperasi, Haji Naim memang telah mengamanatkan untuk mendirikan tempat pijat ini untuk menolong, bukan untuk dikomersilkan. tirto.id - mic/fiz

Foto & Teks: Andrey Gromico
Baca juga artikel terkait FOTO-TIRTO atau tulisan lainnya

Editor: Hafitz Maulana