Menuju konten utama

Wangi Emas Hijau Dari Kaki Gunung Kerinci

Suara mesin pemetik teh mengiringi pekerja di perkebunan Teh Kayu Aro Kerinci

Wangi Emas Hijau Dari Kaki Gunung Kerinci
Foto udara pekerja memanen pucuk daun teh di kaki Gunung Kerinci kawasan perkebunan Teh Kayu Aro PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IV Region 4, Kerinci, Jambi. ANTARAFOTO/Wahdi Septiawan
2025/11/12/02_6635.jpg
Pekerja memanen pucuk daun teh menggunakan mesin pemetik. ANTARAFOTO/Wahdi Septiawan
2025/11/12/08_6641.jpg
Pekerja menganalisa pucuk daun teh untuk menentukan mutu panen. ANTARAFOTO/Wahdi Septiawan
2025/11/12/04_6637.jpg
Pekerja memuat pucuk daun teh hasil panen ke truk. ANTARAFOTO/Wahdi Septiawan
2025/11/12/07_6640.jpg
Pekerja mengangkut pucuk daun teh hasil panen ke dalam Pabrik Teh Kayu Aro. ANTARAFOTO/Wahdi Septiawan
2025/11/12/05_6638.jpg
Mobil pembawa hasil panen melintas di kawasan perkebunan Teh Kayu Aro. ANTARAFOTO/Wahdi Septiawan
2025/11/12/06_6639.jpg
Dua truk pembawa daun teh memasuki Pabrik Teh Kayu Aro PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IV Region 4, Kayu Aro Barat. ANTARAFOTO/Wahdi Septiawan
2025/11/12/09_6642.jpg
Pekerja melakukan pengasapan untuk pengolahan pucuk daun teh yang telah dilayukan. ANTARAFOTO/Wahdi Septiawan
2025/11/12/10_6643.jpg
Pekerja membawa pucuk daun teh layu yang telah berbentuk serbuk. ANTARAFOTO/Wahdi Septiawan
2025/11/12/11_6644.jpg
Pekerja menguji pucuk daun teh sebelum dikemas. ANTARAFOTO/Wahdi Septiawan
2025/11/12/12_6645.jpg
Pekerja menunjukkan tabulasi uji seduh pucuk daun teh sebelum dikemas. ANTARAFOTO/Wahdi Septiawan
2025/11/12/13_6646.jpg
Pekerja menyuguhkan secangkir teh Kayu Aro yang telah melewati proses uji di salahsatu kafe di Kerinci, Jambi. ANTARAFOTO/Wahdi Septiawan

tirto.id - Suara mesin pemetik teh mengiringi langkah cepat para pekerja di hamparan hijau perkebunan Teh Kayu Aro kaki Gunung Kerinci, Jambi yang berada pada ketinggian 3.805 mdpl. Setiap enam hari seminggu, puluhan pekerja memanen pucuk daun teh terbaik dari perkebunan teh tertinggi di dunia kedua setelah Darjeeling Himalaya.

Satu per satu potongan pucuk daun masuk ke dalam kantong kain merah seukuran pintu yang kemudian dipindahkan ke dalam beberapa kebat jaring hitam, kemudian ditimbang dan diangkut ke pabrik.

Tanaman tua yang telah berusia 1 abad lebih itu saat ini dikelola PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IV Region 4 yang sebelumnya bernama PTPN VI.

Manajer Unit Usaha Kayu Aro PTPN IV Region 4 Delvi menyebutkan, PTPN IV Region 4 selalu berkomitmen untuk menjaga kualitas teh hitam itu mulai dari proses panen di kebun sampai ke proses pengolahannya di dalam pabrik.

“Cara dan waktu panen serta durasi pengolahan akan mempengaruhi kualitas akhir,” katanya.

Dia menambahkan, meski pabrik yang telah beroperasi sejak 1925 tersebut telah berjalan menggunakan mesin, sisi manual untuk penyeleksian mutu, aroma, dan rasa tetap dilakukan secara manual untuk mempertahankan nilainya.

“Ini tanaman berharga kami. Setiap tingkatan mutu harus melewati uji rasa dan aroma. Dan itu masih dilakukan secara manual. Lewat orang, bukan mesin,” kata dia.

“Emas hijau” yang ditanam di ketinggian 1.400-1.700 mdpl, di medan berembun Kayu Aro itu masih menjadi primadona hingga saat ini.

Sementara, petugas pengambilan sampel pabrik teh Kayu Aro Elsa Lingga Pradesa menjelaskan, saat ini pabrik memiliki lima petugas khusus untuk pelaksanaan uji laboratorium. Merekalah bertanggung jawab dalam menjaga mutu teh tua peninggalan masa Kolonial itu.

“Selama proses pengolahan, daun-daun teh akan mengalami perubahan rasa dan warna karena terpengaruh perbedaan suhu saat proses fermentasi. Di situlah uji labor diperlukan untuk memisahkan rasa masing-masing daun,” kata dia.

Teh Kayu Aro memiliki enam cita rasa, meliputi broken orange pecco (BOP), pecco fanning (PF), broken tea (BT), broken pecco (BP), dan dust.

Pada tahun 2025, PTPN IV Region 4 menargetkan dapat memproduksi sebanyak 25 juta kilogram teh atau dua juta kg lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya.

Pada puncak musim panen, atau biasa terjadi pada periode November-Desember 2025, perkebunan teh seluas 2.126 hektare itu bisa menghasilkan 100 ton teh basah per hari.

“Sebentar lagi kita akan memasuki musim puncak itu. Dan sekaligus momentum perayaan 1 abad teh Kayu Aro. Tahun spesial yang kami jadikan sebagai pelecut semangat untuk mencapai laba maksimal pada akhir tahun nanti,” kata Delvi.

Teh Kayu Aro telah lama dikenal sebagai teh kegemaran Ratu Belanda dan Inggris. Namanya telah harum hingga ke Eropa dan Amerika.

Saat ini, sebanyak 80 persen pucuk daun dari tanaman dengan batang dan ranting yang pendek itu sudah diolah dan diekspor ke sejumlah negara, seperti Inggris, Amerika Serikat, dan Pakistan.

“Emas hijau“ di kaki Kerinci yang telah berumur lebih dari seabad tersebut akan terus berumur panjang dan menyebarkan wanginya ke berbagai penjuru dunia.

Foto dan teks : Wahdi Septiawan

Editor : Wahyu Putro A

Baca juga artikel terkait TEH atau tulisan lainnya dari Qurrota Ayun

Oleh: Qurrota Ayun