Menuju konten utama

Lebih Murah Mana Pakai LPG 3Kg atau Kompor Listrik?

Energy Watch menilai, masyarakat akan untung menggunakan kompor induksi. Secara konsumsi dapat lebih murah jika dibandingkan 1 kg LPG.

Lebih Murah Mana Pakai LPG 3Kg atau Kompor Listrik?
Ilustrasi Kompor Induksi. (FOTO/PLN)

tirto.id - PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) tengah mengkaji realokasi anggaran subsidi LPG 3 kg untuk penggunaan kompor induksi atau listrik. Langkah ini diambil untuk menekan beban subsidi yang makin lebar akibat fluktuasi harga minyak mentah dunia.

"Kami sedang godok program dengan pemerintah bagaimana subsidi untuk LPG bisa dialokasikan untuk mempercepat penggunaan kompor induksi untuk pembelian kompor listrik bantuan dari pemerintah," kata Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo beberapa waktu lalu.

PLN sendiri menargetkan dapat menggaet konsumen baru pengguna kompor induksi sebanyak 15 juta rumah tangga. Sehingga diharapkan ada pergeseran dari LPG impor yang harganya sudah Rp18.000 per kg.

Adapun harga keekonomian dari gas melon subsidi saat ini sudah terpaut Rp15.359 per kg. Jauh dari harga jual eceran (HJE) yang ditetapkan sebesar Rp4.250 per kg pada tahun ini.

Selisih HJE yang lebar itu dari asumsi minyak mentah Indonesia atau Indonesia crude price (ICP) yang dipatok 100 dolar AS per barel dengan nilai kurs sebesar Rp14.450 per dolar AS.

Darmawan menambahkan, harga keekonomian dari pengadaan kompor listrik hanya sekitar Rp10.350 ekuivalen dengan 1 kg LPG. Artinya potensi penghematan anggaran negara dari pengalihan subsidi LPG 3 kg itu untuk program kompor listrik relatif besar di tengah lonjakan harga minyak mentah dunia.

Upaya PLN dalam peralihan ke kompor induksi didukung oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Menteri BUMN, Erick Thohir menyebut pemerintah akan membagikan kompor listrik atau kompor induksi gratis bagi masyarakat dengan total anggaran mencapai Rp 5 triliun.

"PLN akan menggelontorkan lagi Rp300 miliar untuk membagikan kompor listrik. Kalau ini sukses, pemerintah tahun depan akan menambah lagi Rp5 triliun untuk membagikan kompor listrik selama 5 tahun ke depan," ujar Erick dalam kunjungan kerja di Belanda, Sabtu (3/9/2022).

Tahun ini, PLN menargetkan jumlah pengguna kompor induksi bertambah 300 ribu. Program bagi-bagi kompor ini merupakan salah satu cara mewujudkan transisi energi dan mengurangi subsidi LPG. Sebab saat ini, pemerintah harus mengucurkan Rp 70 triliun setiap tahunnya untuk mensubsidi LPG.

Lantas mana yang lebih murah menggunaan LPG Kg atau kompor listrik?

Direktur Executive Energy Watch, Mamit Setiawan menilai, masyarakat akan mendapatkan manfaat dari penggunaan kompor induksi ini. Bahkan secara konsumsi menggunakan kompor induksi dapat lebih murah jika dibandingkan 1 kg LPG adalah sebesar 7,1 kWh.

"Artinya, dengan memakai kompor listrik masyarakat hanya perlu merogoh kocek Rp10.266, yang setara dengan 1 kg LPG Non subsidi dengan harga Rp15.500 per kg,” kata Mamit kepada Tirto.

Dengan asumsi pemakaian 1 bulan sebanyak 9 kg, maka biaya yang dikeluarkan rumah tangga mencapai Rp139.500. Sedangkan pemakaian 1 bulan kompor induksi setara dengan 64,7 kWh atau hanya Rp93.556.

“Artinya, penggunaan energi LPG lebih mahal Rp45.944 per bulan jika dibandingkan dengan penggunaan kompor induksi,” bebernya.

Selain itu, penggunaan kompor induksi akan membantu pemerintah mengurangi ketergantungan impor elpiji. Selama ini, 65 persen elpiji yang digunakan Indonesia berasal dari impor.

Impor elpiji dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan seiring dengan konsumsi yang terus naik. Pada 2024, kebutuhan impor elpiji diperkirakan bisa mencapai Rp67,8 triliun.

“Melalui penggunaan kompor induksi, dapat membantu pemerintah dalam menghemat anggaran di APBN kita. Selain itu, penggunaan kompor induksi merupakan upaya untuk membangun kemandirian energi,” jelas Mamit.

Dengan beralih ke kompor induksi, ketergantungan terhadap impor LPG bakal berkurang secara bertahap sehingga bakal mendorong kemandirian energi. Tak hanya itu, masalah defisit transaksi berjalan atau (current account deficit/CAD) akibat impor secara perlahan juga dapat diselesaikan.

Sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), sudah sangat jelas untuk mengubah energi berbasis impor ke energi berbasis domestik. Pemanfaatan potensi energi dalam negeri adalah yang utama termasuk salah satunya melalui konversi penggunaan kompor elpiji ke kompor induksi.

"Selain untuk mengurangi angka impor, langkah konversi ini juga bakal menekan subsidi LPG dalam APBN yang terus membengkak," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait PROGRAM KONVERSI LPG KE KOMPOR INDUKSI atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin