Menuju konten utama
Gearbox

Kymco Jetmatic, Pelopor Skutik yang Datang Terlalu Cepat

Motor asal Taiwan ini masuk ke Indonesia saat banjir Motor Cina di pengujung era Orde Baru. Meski terbilang canggih di zamannya, Kymco gagal bersinar.

Kymco Jetmatic, Pelopor Skutik yang Datang Terlalu Cepat
Motor Kymco Jetmatic. foto/Kymco

tirto.id - Yamaha adalah pabrikan yang memelopori penjualan skuter matik (skutik) di Indonesia. Namun, jika Anda mengira Yamaha yang dimaksud adalah Yamaha Nouvo, Anda kurang tepat. Sebab, beberapa tahun sebelum Nouvo lahir pada 2002, Yamaha terlebih dulu mengimpor dua jenis skutik secara CBU (completely built-up) dari Yamaha Taiwan, yaitu Yamaha Glide dan Yamaha Majesty.

Yamaha Glide adalah skutik 2-tak dengan kapasitas mesin 90cc yang bisa dibilang merupakan kakak dari Mio. Bentuk bodinya mirip, dan ukurannya pun tidak berbeda jauh. Sementara itu, Yamaha Majesty adalah moyang skutik gambot yang kini menjamur di Indonesia. Ukurannya besar, begitu pun dengan kapasitas mesinnya yang mencapai 400cc—meskipun ada juga Majesty dengan kubikasi mesin lebih kecil.

Baik Glide maupun Majesty sama-sama didatangkan pada akhir 1990-an. Akan tetapi, karena didatangkan secara CBU, otomatis pasar mereka terbatas dan hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu, terutama yang kelebihan duit.

Mengingat keterbatasan pasar Glide dan Majesty itu pula, status Yamaha sebagai pelopor skutik bisa sedikit diperdebatkan. Faktanya, tidak banyak orang yang bahkan mengetahui eksistensi Glide dan Majesty. Selain itu, Nouvo juga bukan pelopor sejati karena sebelumnya sudah ada skutik yang dipasarkan secara luas di Tanah Air.

Skutik yang dimaksud adalah Kymco Jetmatic.

Muncul di Tengah Banjir Motor Cina

Krisis moneter pada senjakala Orde Baru membuka celah bagi sejumlah pabrikan sepeda motor Tiongkok untuk masuk ke pasar Indonesia. Beberapa nama pabrikan yang cukup "terkenal" di antaranya adalah Jialing, Kanzen, Viar, dan Sanex. Dari sini, bisa dibilang cuma Viar yang masih mampu bertahan, khususnya di pasar sepeda motor roda tiga pengangkut barang.

Kebanyakan dari pabrikan Tiongkok (alias Mocin atau Motor Cina) itu menggunakan cara amati dan tiru plek ketiplek untuk "menyaingi" pabrikan Jepang. Artinya, mereka meniru hampir seratus persen desain motor-motor Jepang, seperti Jialing Bangau yang meniru Honda Astrea Grand, lalu dijual dengan harga lebih rendah.

Masa krisis moneter menjadi era keemasan Mocin lantaran daya beli masyarakat Indonesia kala itu sedang lesu. Mereka pun mencari alternatif kendaraan roda dua yang bukan bikinan Jepang tapi terlihat seperti bikinan Jepang.

Di tengah-tengah banjir Mocin itulah Kymco, pabrikan asal Taiwan, masuk pula ke Indonesia pada 2000 melalui Jetmatic Trend 125, sebuah skutik dengan desain yang cukup aneh pada zaman itu. Bokongnya lebar, rodanya kecil, dan bagian depannya menyerupai burung. Motor itu juga tidak memiliki spakbor depan lantaran fungsi spakbor sudah digantikan dengan "paruh burung" itu tadi.

Selain itu, Jetmatic Trend 125 juga memiliki lampu super besar yang, alih-alih ditempatkan pada setang kemudi layaknya motor kebanyakan, justru dipasang di bagian fairing depan. Sebenarnya, desain seperti ini lazim terlihat pada skutik-skutik kekinian (kecuali bagian spakbor tadi). Akan tetapi, seperempat abad silam, desain ini terlihat benar-benar aneh.

Ilustrasi Motor Kymco

Ilustrasi Motor Kymco. (ANTARA/Chairul Rohman)

Padahal, jeroan motor itu sebetulnya sangat menarik. Ia sudah dibekali mesin 4-tak berkapasitas 125cc SOHC dengan output 9,4 PS dan torsi 9,8 Nm. Ukuran tangki bensinnya pun besar, mencapai 6,8 liter. Ini bahkan lebih besar dari ukuran tangki kebanyakan skutik kekinian, di mana Honda Vario saja tangkinya cuma bisa menampung 5,5 liter bensin.

Selain itu, Kymco Jetmatic Trend 125 juga dilengkapi dengan flat deck yang membuat pengendara bisa duduk nyaman sambil membawa barang di depan. Ukuran bagasi juga cukup besar, setidaknya cukup untuk menyimpan helm. Knalpotnya juga telah dilengkapi material antipanas dan bannya pun sudah tubeless.

Dengan fitur-fitur seperti itu, apakah Kymco Jetmatic Trend 125 bisa dibilang gagal? Sebenarnya tidak juga. Untuk ukuran pendatang baru, skutik ini cukup laris terutama bagi kalangan perempuan muda dan ibu-ibu waktu itu. Memang tidak diketahui berapa banyak persisnya skutik ini terjual. Akan tetapi, Kymco tentu tidak akan berani meluncurkan produk penerus apabila Jetmatic Trend 125 gagal total.

Namun, setelah Jetmatic Trend 125, praktis gaung nama Kymco mulai memudar. Bahkan, kendati Kymco sempat merilis Jetmatic Free pada 2005, ketika orang berbicara soal Jetmatic pasti yang mereka maksud adalah Jetmatic Trend 125. Pertanyaannya, mengapa Kymco, yang notabene pabrikan skutik penguasa Taiwan, akhirnya harus (sempat) angkat kaki dari Indonesia?

Pertama, citra Mocin sulit dipisahkan dari Kymco walaupun, sekali lagi, pabrikan ini tidak berasal dari Tiongkok melainkan Taiwan. Entah mengapa orang Indonesia kesulitan membedakan kedua negara tersebut. Fakta bahwa Kymco masuk nyaris berbarengan dengan Mocin-Mocin lainnya barangkali juga tidak membantu.

Kedua, Kymco disebut kurang melakukan promosi dan edukasi pada calon konsumennya. Sebenarnya, pada tahun 2000, Kymco sempat melakukan publicity stunt dengan memecahkan rekor MURI berkendara 100 jam nonstop Jakarta-Bali dengan Jetmatic Trend. Pada 2005, mereka memecahkan rekor mereka sendiri, yakni dengan berkendara 150 jam nonstop, dengan menggunakan Jetmatic Free.

Dua publicity stunt tersebut dimaksudkan untuk memberi bukti ketangguhan Kymco kepada para calon konsumen. Selain itu, mereka juga cukup aktif beriklan di televisi dan media cetak serta ikut serta dalam pameran. Akan tetapi, upaya-upaya tersebut tidak cukup untuk meyakinkan khalayak akan kualitas sepeda motor yang, celakanya, oleh masyarakat masih dianggap Mocin.

Oh, ya, bicara soal Mocin, meski sempat laku keras pada masa krisis moneter, setelah ekonomi perlahan membaik memasuki dekade 2000-an, Mocin mulai dipandang sebelah mata sebagai motor "bajakan" dengan kualitas buruk. Saya ingat betul pada kisaran 2004-2005, ada seorang kawan yang ditertawakan karena mengendarai Jialing Bangau ke sekolah. Kira-kira begitulah persepsi orang pada Mocin ketika itu.

Kymco sebenarnya sudah berusaha memisahkan diri dengan Mocin dengan cara memasang harga tinggi. Tak seperti Mocin yang jelas-jelas memosisikan diri sebagai KW-nya motor Jepang, Kymco menggunakan strategi sebaliknya. Namun, mungkin karena proses edukasi yang tidak berjalan efektif, strategi "premiumisasi" ini menjadi sia-sia.

Ditambah lagi, teknologi yang digunakan Kymco pada waktu itu sebetulnya justru terlalu canggih. Maka, dengan keterbatasan jumlah bengkel resmi, layanan purnajual mereka pun kesulitan untuk diakses. Perlu dicatat bahwa pada masa itu kebanyakan bengkel cuma familiar dengan motor bebek maupun motor "laki". Sementara, skutik yang menggunakan CVT seperti Kymco Jetmatic masih berada di luar jangkauan bengkel-bengkel kebanyakan.

Rentetan situasi itu, ditambah dengan bangkitnya pabrikan Jepang di segmen skutik, membuat Kymco akhirnya hengkang dari Indonesia pada 2009. Meski begitu, delapan tahun kemudian mereka kembali lagi untuk meramaikan pasar sepeda motor Indonesia.

Kymco Jetmatic Trend, menurut sejumlah media otomotif, sudah mulai "digoreng" lagi setidaknya sejak 2020. Artinya, unit-unit Jetmatic Trend kini telah jadi buruan kolektor sehingga harganya melonjak drastis. Jika pada dekade 2010-an harga Jetmatic bekas hanya di kisaran Rp2 jutaan, kini harganya bisa mencapai Rp10 juta per unit tergantung kondisi.

Dari sini bisa terlihat bagaimana sebuah kendaraan yang dulunya dianggap canggung dan aneh justru menjadi cetak biru bagi masa depan sebuah segmen. Apa yang dulu dianggap sebagai keanehan kini menjadi fitur standar bagi skutik-skutik modern. Hal-hal yang dulu ditakuti, seperti CVT cepat rusak dan sebagainya, kini terbukti sebagai kekhawatiran tak berdasar.

Kymco, dan khususnya Jetmatic, mungkin tidak pernah benar-benar menjadi kekuatan dominan di Tanah Air. Akan tetapi, tanpa mereka, mungkin pabrikan-pabrikan Jepang takkan tergugah untuk segera bermain di segmen skutik dan lanskap otomotif roda dua Indonesia saat ini bisa jadi sangatlah berbeda.

Baca juga artikel terkait SKUTER MATIK atau tulisan lainnya dari Yoga Cholandha

tirto.id - Gearbox
Kontributor: Yoga Cholandha
Penulis: Yoga Cholandha
Editor: Irfan Teguh Pribadi