tirto.id - Menteri Koordinator Perkonomian Airlangga Hartarto mengatakan, kontribusi minyak sawit tidak bisa dilepaskan dari ekonomi nasional, terlebih Indonesia menguasai sekitar 58 persen pasar minyak sawit dunia dan menggunakan tak kurang dari 10 persen dari lahan minyak sayur dunia.
"Indonesia mampu memproduksi 40 persen dari total produksi minyak sayur dunia," katanya dalam Indonesia Palm Oil Conference (IPOC) 2022 dikutip Antara, Jakarta, Kamis (3/11/2022).
Dengan demikian, kata Airlangga, industri minyak sawit akan memberikan kontribusi terhadap keberlanjutan pemulihan ekonomi. "Tidak hanya terhadap sektor ekonomi namun juga aspek sosial dan lingkungan," ujarnya.
Tahun ini konferensi sawit IPOC yang digelar selama 3 hingga 4 November merupakan yang ke-18 dan dilaksanakan secara offline setelah dua tahun berturut-turut dilakukan daring karena COVID-19.
Menurut dia, berdasarkan hasil penelitian, untuk memproduksi 1 ton minyak sawit hanya membutuhkan lahan 0,3 hektar sementara untuk minyak rapeseed membutuhkan areal 1,3 hektar.
Begitu juga untuk memproduksi 1 ton minyak bunga matahari memerlukan lahan lebih tinggi dari minyak sawit yakni sekitar 1,5 hektar dan minyak kedelai membutuhkan lahan 2,2 hektar.
Hal ini membuat komoditas minyak sawit memiliki kelebihan dibandingkan komoditas minyak sayur lain, produktivitas lebih tinggi, namun menggunakan areal lebih rendah untuk menghasilkan minyak sawit.
Oleh karena itu, lanjutnya, dengan penerapan regulasi secara efektif industri minyak sawit akan memberikan kontribusi terhadap keberlanjutan pemulihan ekonomi nasional.
Sejumlah regulasi terkait dengan industri sawit tersebut diantaranya Instruksi Presiden nomor 6/2019 tentang Rencana Aksi Nasional Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan 2019-2024. Yang menjadi roadmap bagi pemerintah dan pemangku kepentingan terkait untuk keseimbangan sosial, pembangunan ekonomi dan konservasi lingkungan.
Peraturan Presiden nomor 44/2020 Sistem Sertifikasi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia, untuk memastikan dan mengembangkan manajemen dan pengelolaan perkebunan kelapa sawit sesuai kriteria ISPO guna memperkuat penerimaan dan daya saing di pasar dalam negeri maupun internasional dan memperkuat upaya percepatan pengurangan emisi gas rumah kaca.
Sementara itu Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono menyatakan kalangan pelaku industri sawit nasional optimistis menghadapi peluang di 2023.
"Dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yang mendukung kami yakin industri kelapa sawit nasional dapat tumbuh stabil di tengah dinamika pasar dan ekonomi," katanya.
Editor: Anggun P Situmorang