tirto.id - Pemerintah resmi memperpanjang pembebasan tarif ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) sebesar nol rupiah atau Rp0 sampai dengan akhir Desember 2022. Pertimbangan tersebut dilakukan karena harga CPO masih berada di atas 800 dolar AS per metrik ton.
"Penetapan bahwa tarif ekspor untuk sawit diperpanjang sampai Desember, pertimbangannya sampai harga mencapai 800 dolar AS," kata Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto saat ditemui di Kantor Kemenko Bidang Perekonomian, Jakarta Pusat, Senin (31/10/2022).
Airlangga menjelaskan, jika harga sudah mencapai 800 dolar AS per metrik ton maka, pungutan ekspor langsung berlaku lagi. Dia pun menargetkan Januari 2023 pungutan ekspor akan berlaku lagi.
"Ini diperpanjang sampai Desember, jadi Januari sudah kembali PE," tuturnya.
Airlangga juga merinci ada dua alasan mengapa pungutan pembebasan ekspor sawit diperpanjang. Salah satunya masih rendah realisasi program peremajaan sawit rakyat (PSR).
"Capaian daripada PSR masih rendah ini kita mau meningkatkan capaian PSR. Artinya BPDPKS tidak banyak mengeluarkan dana operasional sehingga dengan demikian itu kita tunda dulu," tutupnya.
Sebelumnya Airlangga sempat memberi sinyal akan memperpanjang tarif pungutan ekspor (PE) kelapa sawit sebesar Rp0 (nol rupiah) sampai dengan akhir tahun. Perpanjangan ini merupakan kedua kalinya sejak diberlakukan penghapusan pada Agustus 2022 lalu.
"Rencana akan ada perpanjangan sampai akhir tahun," kata Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, di Hotel Borobudur, Senin (4/10/2022).
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang