tirto.id - Korea Selatan resmi mengalami resesi pada kuartal kedua, yang menjadi kemunduran ekonomi terparah negara itu sejak lebih dari dua dekade terakhir dengan ekspor yang merosot tajam akibat krisis pandemi virus corona.
Dilaporkan kantor berita Antara, Bank Korea, pada Kamis (23/7/2020) menyatakan, ekonomi negara ginseng ini menyusut dengan penyesuaian musiman sebanyak 3,3 persen pada Juni dibandingkan tiga bulan sebelumnya.
Angka tersebut merupakan kontraksi paling tajam sejak kuartal pertama 1998.
Negara ekonomi terbesar keempat di Asia itu menyusul Jepang, Thailand, dan Singapura yang sudah lebih dulu mengalami resesi teknikal atau kemerosotan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut.
Walaupun begitu, analis dan pembuat kebijakan Korea Selatan menyatakan pihaknya berupaya untuk melakukan pemulihan ekonomi yang memungkinkan dan lebih cepat dibanding dengan negara-negara lain di kawasan.
"Memungkinkan bagi kita untuk rebound seperti Cina pada kuartal ketiga selagi pandemi melambat serta aktivitas produksi di luar negeri, sekolah, dan rumah sakit yang kembali berjalan," ujar Menteri Keuangan Korea Selatan Hong Nam-ki merespons data resesi.
Ia merujuk pada perekonomian Cina yang kembali tumbuh pada kuartal kedua usai terperosok tajam selama kuartal pertama, karena menjadi episentrum awal wabah virus corona.
Produk domestik bruto (PDB) Korea Selatan jatuh dengan angka 2,9 persen dalam hitungan tahun-per-tahun (YoY), menjadi penurunan terbesar sejak kuartal keempat 1998.
Kegiatan ekspor, yang menyumbang hampir 40 persen perekonomian, seperti diwartakan Al-Jazeera, adalah sektor yang paling besar menarik kemerosotan pertumbuhan, yakni dengan penurunan sebesar 16,6 persen dalam satu kuartal, terburuk sejak 1963.
Pemerintah telah menggelontorkan stimulus ekonomi sekitar 277 triliun won (setara Rp3.374 triliun) sejauh ini.
Namun, pembuat kebijakan tak cukup mampu mengendalikan permintaan global terhadap ekspor dalam negeri.
"Bagian terburuk nampaknya telah usai. Base effect dan pembiayaan fiskal dari anggaran tambahan akan meningkatkan investasi," kata Park Sung-hyun, analis dari perusahaan HI Investment & Securities.
Untuk keseluruhan selama 2020, analis memperkirakan perekonomian akan turun rata-rata 0,4 persen, tetapi Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan kontraksi yang bahkan lebih dari 2,1 persen.
Pekan lalu, Gubernur Bank Korea menyebut bahwa revisi yang lebih besar dari proyeksi 0,2 persen yang dinyatakan sebelumnya untuk penurunan ekonomi 2020 sebagai hal yang tidak dapat dihindari.
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Dhita Koesno