Menuju konten utama

Bagaimana Strategi Pemerintah Singapura Menghadapi Resesi Ekonomi?

Cara Singapura menghadapi resesi adalah dengan membuat beberapa stimulus, salah satunya keringanan biaya sewa dan bantuan untuk usaha kecil dan menengah.

Bagaimana Strategi Pemerintah Singapura Menghadapi Resesi Ekonomi?
Para pemilik toko di pasar Bedok South memegang bendera miniatur Partai Aksi Rakyat selama hari terakhir kampanye pemilihan hari Rabu, 8 Juli 2020, di Singapura. (Foto AP / Ee Ming Toh)

tirto.id - Perekonomian negara Singapura memasuki resesi pada kuartal II 2020, yang ditunjukkan dengan kontraksi atau perlambatan sampai 41,2 persen dibanding dengan tiga bulan sebelumnya. Angka tersebut merupakan nilai perlambatan paling rendah yang melumpuhkan sektor dagang di negeri tersebut.

Beberapa ekonom, seperti diwartakan kantor berita Antara, memperkirakan ekonomi Singapura akan turun sampai 37,4 persen, dan sektor konstruksi akan mengalami perlambatan paling parah sampai 95,6 persen.

Informasi awal dari Kementerian Perdagangan dan Industri (MTI) pada Selasa (14/7/2020) pekan lalu, menunjukkan Produk Domestik Bruto (PDB) Singapura year on year (yoy) turun hingga 12,6 persen. Pengamat sebelumnya memprediksi PDB anjlok hanya sampai 10,5 persen.

Turunnya nilai PDB Singapura itu merupakan kontraksi kedua yang terjadi berturut-turut pada perekonomian Singapura. PDB sebelumnya turun 0,3 persen (yoy) pada kuartal I dan 3,3 persen jika dilihat dari kuartal-per-kuartal. Kondisi itu menunjukkan perekonomian Singapura menghadapi.

Penurunan tersebut, yang menyebabkan resesi, terjadi akibat pembatasan sosial yang ketat dari pemerintah serta penerapan kebijakan penguncian wilayah (lockdown) yang mereka namai sebagai “pemutus sirkuit” atau Circuit Breaker, yang berlaku mulai April hingga Juni lalu,

Kendati demikian, seperti dilansir dari CNN.com, pemerintah Singapura sudah “bersiap untuk berita buruk”. Sebelum muncul “angka-angka baru”, pemerintah telah melakukan ‘upaya penting’ dengan memangkas perkiraan untuk PDB tiga kali dalam setahun ini.

Bahkan, beberapa analis juga percaya, bahwa yang terburuk bagi Singapura sudah berakhir, terutama karena pemerintah telah mengerahkan miliaran dolar dalam langkah-langkah stimulus untuk menopang perekonomian yang lesu.

"Alasan utama untuk sebuah optimisme adalah ukuran besar paket stimulus pemerintah, yang setara dengan sekitar 20 persen dari PDB." Ujar Alex Holmes, ekonom Asia di Capital Economic, dalam sebuah catatan penelitian, Selasa (14/7/2020) pekan lalu.

Langkah Singapura Hadapi Resesi

Seperti dilaporkan CNBC, pada akhir Mei lalu, pemerintah Singapura mengumumkan stimulus sebesar 33 miliar dolar Singapura (sekitar 349.6 triliun rupiah). Stimulus digunakan untuk mendukung ekonomi yang sangat terpukul akibat pandemi coronavirus.

Paket stimulus itu merupakan yang keempat, yang diumumkan oleh Singapura sejak wabah Covid-19 melanda dunia. Bersama dengan tiga paket stimulus sebelumnya, Singapura akan menghabiskan hampir 100 miliar dolar Singapura (sekitar 105,9 triliun rupiah) untuk membantu bisnis dan rumah tangga menghadapi dampak ekonomi dari virus corona.

Lebih jauh, masih dilaporkan CNBC, langkah-langkah stimulus yang ditempuh Singapura termasuk:

  • Dukungan upah yang ditingkatkan, bagi bisnis yang tidak dapat melanjutkan operasi setelah penguncian lockdown atau Circuit Breaker dicabut bulan Juni, atau mereka yang berada di sektor yang terpukul keras;

  • Keringanan dan potongan harga dalam retribusi pekerja asing untuk perusahaan di industri tertentu, seperti konstruksi, serta kelautan dan lepas pantai;

  • keringanan biaya sewa dan bantuan untuk usaha kecil dan menengah;

  • Memperluas jumlah peluang di sektor publik dan swasta ke lebih dari 40.000 pekerjaan

      Stimulus tersebut memang belum berdampak signifikan terhadap perekonomian Singapura untuk saat ini. Kendati demikian, ekonom di UOB Group, Barnabas Gan kepada Straits Times mengatakan bahwa skenario dasar adalah virus corona hilang di akhir tahun. Dengan begitu, merujuk langkah pemerintah, ia percaya perekonomian akan meningkat pada tahun 2021 dengan pertumbuhan kembali ke angka 4,5 persen.

      “Sedikit kejelasan telah diberikan tentang pembukaan kembali perbatasan, menunjukkan bahwa kegiatan wisata mungkin tetap tenang untuk periode yang cukup lama," katanya.

      Baca juga artikel terkait RESESI SINGAPURA atau tulisan lainnya dari Ahmad Efendi

      tirto.id - Ekonomi
      Kontributor: Ahmad Efendi
      Penulis: Ahmad Efendi
      Editor: Agung DH