tirto.id - Resesi yang menerpa Singapura pada kuartal II tahun 2020 tidak memberikan dampak signifikan pada jumlah investasi ke Indonesia.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia pada realisasi investasi Singapura tidak terpengaruh oleh resesi di negara tersebut. Ini dikarenakan Singapura memiliki posisi yang terbatas sebagai hub investasi ke Indonesia.
“Singapura itu hub. Beberapa negara yang ingin investasi di Indonesia tapi lewat Singapura dulu. Saya sampaikan jadi tidak terlalu berpengaruh sebenarnya,” ucap Bahlil dalam konferensi pers virtual, Rabu (22/7/2020).
Buktinya kata Bahlil, realisasi investasi Singapura masih tercatat positif. Menurut data BKPM, realisasinya bahka masih tertinggi dibanding negara lainnya.
Realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) Singapura misalnya pada Q2 2020 paling tinggi dibanding negara lain mencapai 2 miliar dolar AS. Sampai semester I 2020, nilainya juga tetap paling tinggi dengan capaian 4,7 miliar dolar AS, tumbuh 36,2 persen secara year on year (yoy).
“Singapura kok minus tapi realisasinya tetap positif 2 miliar dolar AS. Ini karena dia hanya hub saja,” ucap Bahlil.
Posisi kedua terbesar pada Q2 2020 diikuti oleh Hongkong dengan 1,2 miliar dolar AS dan ketiga Tiongkok 1,1 miliar dolar AS. Pada Semester I 2020, Tiongkok masih di posisi kedua dengan nilai 2,4 miliar dolar AS dan Hongkong 1,8 miliar dolar AS.
Bahlil menjelaskan karena posisi sebagai hub itulah, investasi dari Singapura yang sudah diteken tetap akan berjalan terlepas apapun keadaan di pasar. Ia menyatakan kecil kemungkinannya investasi yang sudah mencapai tahap 20-30 persen untuk mandek.
“Itu hanya hub, saya yakin tetap jalan,” ucap Bahlil.
Singapura secara teknikal masuk ke jurang resesi setelah Produk Domestik Bruto (PDB) nya mengalami kontraksi pada triwulan II-2020. PDB Singapura tercatat minus 12,6% pada triwulan II (year on year). Secara quarter on quarter, PDB Singapura mengalami kontraksi hingga 41,2 persen.
Pada triwulan I, PDB Singapura mengalami kontraksi 0,3% secara year on year dan 3,3% secara quarter on quarter. Dengan demikian, secara teknikal Singapura bisa dikatakan masuk ke resesi. Resesi teknikal terjadi ketika PDB secara dua kuartal berturut-turut mengalami kontraksi.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti