tirto.id - Apa yang terlintas di pikiran anda saat mendengar Swedia?
Bagi yang gila bola, Swedia identik dengan Zlatan Ibrahimovic, pesepakbola eksentrik yang terakhir bermain untuk Manchester United. Bagi yang lain, Swedia bisa diasosiasikan dengan IKEA, salah satu wahana belanja sekaligus jalan-jalan warga urban. Atau Swedia bisa juga adalah ABBA, grup musik yang populer pada 1970-an dan awal 1980-an, dengan lagu-lagu hit seperti “Dancing Queen” dan “Mamma Mia”.
Namun, tahukah Anda bahwa kini Swedia menjadi salah satu produsen mobil super kencang yang diperhitungkan di dunia?
Christian Erland Harald von Koenigsegg, yang lahir 45 tahun silam di Stockholm, adalah otak di balik lahirnya Koenigsegg, merek hypercar asal Swedia. Pada usia 5 tahun ia menonton sebuah film animasi stop motion Norwegia berjudul ‘Flåklypa Grand Prix’ (dibaca: Pinchcliffe Grand Prix). Film ini bercerita tentang seorang montir sepeda yang membuat mobil balapan sendiri dan memenangkan arena kebut-kebutan melawan merek-merek mapan.
“Saya ingat ketika keluar dari bioskop, saya berkata, ‘Itulah yang saya ingin lakukan saat beranjak dewasa’,” ujar von Koenigsegg saat diwawancara BBC pada 2014.
Berbeda dari kebanyakan orang yang melepas mimpi masa kecilnya, von Koenigsegg terus berpegang pada mimpi tersebut.
Meski berasal dari keluarga bangsawan, ia tidak meminta modal kepada orangtuanya untuk memulai bisnis otomotif. Pada usia 19 tahun ia mendirikan perusahaan perdagangan untuk mendanai cita-citanya tersebut. Ia membeli ayam beku dari Amerika Serikat dan menjualnya ke Estonia. Usaha tersebut berjalan sukses.
Pada 1994, von Koenigsegg merealisasikan mimpinya dengan mendirikan perusahaan mobil sport dengan menggunakan nama keluarga “Koenigsegg”. Tujuannya jelas: ia ingin menciptakan mobil tercepat di dunia.
Mimpi besarnya ini bukan tanpa masalah. Saat ia mendirikan Koenigsegg, Swedia baru dua tahun melewati masa krisis keuangan. Hal ini membuat upaya von Koenigsegg sempat dipertanyakan karena membuat mobil sport yang kencang tentu bakal makan banyak biaya.
Untuk memulai usahanya, ia menggunakan kocek pribadi sebesar 200 ribu dolar AS. Ide-ide untuk membuat mobil pertamanya ia ambil dari majalah otomotif lama. Von Koenigsegg mempelajari manuskrip teknis mobil untuk mencari cara membangun mobil impian dengan anggaran terbatas. Ia kemudian membuat desain awal yang dinamakan Koenigsegg CC.
Setelah membuat sketsa Koenigsegg CC, ia datang ke David Crafoord, desainer produk dari perusahaan Veryday untuk mewujudkan desain dalam model dengan skala 1:5. Setelah Crafoord mendapat kebebasan dari von Koenigsegg untuk memastikan Koenigsegg CC adalah mobil terbaik, model itu ia wujudkan dalam skala asli guna memulai pengembangan teknis Koenigsegg CC.
Setelah hampir dua tahun pengembangan, Koenigsegg CC akhirnya dikemudikan kali pertama di depan publik oleh Rickard Rydell, pembalap touring car asal Swedia, di sebuah ajang Sirkuit Anderstorp pada 1996. Pembalap lain yang mengetes prototipe ini termasuk Picko Troberg, pembalap legendaris Swedia, dan Calle Rosenblad, pembalap touring car Swedia lain. Ketiganya puas dengan performa Koenigsegg CC.
Itu mengejutkan mengingat saat mengembangkan mobil ini von Koenigsegg tak punya latar belakang pendidikan teknik dan bukan pembalap. Menurutnya, saat diwawancara Forbes pada 2016, modal utamanya adalah teman-teman, garasi untuk bekerja, dan hasrat gede terhadap mobil.
“Pada dasarnya, saya tidak punya pilihan lain selain membuat apa yang saya pikir sebagai mobil terbaik yang bisa saya buat dengan tangan sendiri,” ujarnya.
Langkah selanjutnya adalah membawa prototipe ini ke lini produksi. Untuk mewujudkannya, von Koenigsegg membutuhkan suntikan dana tambahan. Pada 1999, setelah ekonomi Swedia bangkit dan para wirausahawan teknologi dan telekomunikasi berhasil memperoleh pendapatan besar, von Koenigsegg mengumpulkan 20 investor dengan total dana 2 juta dolar AS yang siap disuntikkan kepada Koenigsegg.
Guna menghemat biaya produksi mobil, ia mendapat keringanan dengan memberikan beberapa lembar saham kepada pemasok. Dan akhirnya, pada 2003, Koenigsegg CC8S, mobil pertama Koenigsegg, kelar dari lini produksi.
Asal Muasal Logo “Hantu”
Musibah menimpa Koenigsegg pada 2003. Pabrik mereka di Margretetorp, Ängelholm, mengalami kebakaran, hanya dua minggu sebelum Koenigsegg CC8S ditampilkan dan diluncurkan di Geneva Motor Show. Beruntung para staf di lokasi mampu menyelamatkan mobil-mobil dan peralatan dari jilatan api, meski banyak catatan perusahaan yang hangus terbakar.
Walikota Ängelholm datang ke lokasi kebakaran dan menawarkan bantuan kepada Koenigsegg. Ia mencoba menghubungi pihak militer Swedia dan mereka memberikan akses bagi Koenigsegg untuk menggunakan hanggar bekas sebuah skuadron terbang yang telah ditutup di Bandara Ängelholm.
Saat tiba di hanggar, von Koenigsegg melihat ada logo hantu di salah satu tembok. Logo itu ialah logo skuadron terbang “The Ghost”, yang sebelumnya menempati hanggar tersebut. Sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan, Koenigsegg memasang logo tersebut di mobil-mobil yang mereka produksi.
Logo hantu itu pun mencerminkan performa mobil-mobil Koenigsegg. Koenigsegg CCR, penerus dari Koenigsegg CC8S, pada 2004 menorehkan namanya di Guinness World Records sebagai “World’s Most Powerful Production Car” dengan tenaga 804 tenaga kuda.
Setahun berselang, Koenigsegg CCR kembali memecahkan rekor sebagai mobil tercepat di dunia, mengalahkan rekor yang sebelumnya dipegang McLaren F1 pada 1998. Koenigsegg CCR mencatatkan kecepatan tertinggi, yaitu 387,86 km/jam, 1,46 km/jam lebih cepat dibandingkan McLaren F1.
Inovasi Koenigsegg tidak berhenti sampai situ. Tercatat sejak merilis CCR, Koenigsegg telah mengeluarkan 4 jenis mobil baru dengan pelbagai variasi. Pada 2015 mereka merilis “hantu” terbaru bernama Koenigsegg Regera, sebuah hypercar hibrida dengan 1.500 tenaga kuda yang diklaim mampu dipacu hingga 410 km/jam. Harganya pun selangit. Menurut satu laman caranddriver.com, Koenigsegg Regera dibanderol dengan harga 1,9 juta dollar AS atau sekira Rp25 miliar!
Kisah Christian von Koenigsegg membuktikan bahwa gabungan antara impian masa kecil, ide brilian, kerja keras, dan tentu saja uang besar, ia mampu mengelola Koenigsegg menjadi salah satu merek yang diperhitungkan dunia. Ia berhasil mereplikasi Pinchcliffe Grand Prix versinya sendiri: Membuat mobil kencang dan berkompetisi di pasar hypercar, bersanding dengan merek-merek yang sudah mapan seperti Ferrari, Bugatti, dan McLaren.
Penulis: Arya Vidya Utama
Editor: Fahri Salam