Menuju konten utama
Pendidikan Agama Islam

Kisah Aisyah binti Abu Bakar, Istri Rasulullah & Intelektual Muslim

Kisah Aisyah binti Abu Bakar, istri Rasulullah SAW, ummul mukminin, dan intelektual muslim.

Kisah Aisyah binti Abu Bakar, Istri Rasulullah & Intelektual Muslim
Ilustrasi Mozaik Aisyah RA. tirto.id/Rangga

tirto.id - Satu-satunya istri Nabi Muhammad yang dinikahi dalam status perawan adalah Aisyah binti Abu Bakar.

Ia adalah istri kesayangan Rasulullah SAW dan kerap dijadikan sumber otoritatif terkait hadis dan pengetahuan fikih dalam Islam.

Aisyah dikenal sebagai perempuan cantik dan cerdas. Ingatannya kuat dan ia kritis dalam memandang suatu perkara yang terjadi di masanya.

Sampai ia meninggal, Aisyah menyumbang riwayat sebanyak 242 hadis sebagai warisan pengetahuan Islam.

Aisyah lahir sekitar empat atau lima tahun setelah masa kenabian. Kemudian, ia dinikahi Nabi Muhammad pada usia 6 tahun dan memasuki rumah tangga Rasulullah sejak usia 9 tahun, sebagaimana disebutkan di sahih Bukhari dan Muslim.

Ketika dinikahi nabi, Aisyah menjadi istri ketiga beliau setelah Khadijah dan Saudah binti Zam'ah.

Julukan terkenalnya adalah Al-Humaira, yang artinya kemerah-merahan. Dari julukan itu, Rasulullah menggambarkan bahwa kulit Aisyah putih dan pipinya kemerah-merahan.

Selain fisiknya yang cantik, Aisyah juga cerdas menyerap pengetahuan. Karena itulah, sahabat nabi Abu Musa Al-Asy’ari menyatakan:

"Tidaklah kami para sahabat Muhammad SAW bingung dalam suatu hadis, niscaya kami bertanya kepada Aisyah, dan pasti kami dapati pengetahuan padanya tentang hal itu.”

Karena kecerdasan dan keistimewaan Aisyah itulah, Rasulullah menjadikannya sebagai sosok perempuan yang paling ia cintai dalam hidupnya.

Hal ini tergambar dalam hadis yang diriwayatkan Amr bin Ash ketika bertanya pada Nabi Muhammad:

"Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling engkau cintai?" Beliau menjawab, "Aisyah". "Kalau dari kalangan laki-laki?" tanya Amr lagi. Rasulullah menjawab: "Ayahnya [Abu Bakar]," (H.R. Bukhari dan Muslim).

Dalam hal kekritisannya, Aisyah menyampaikan protes pada hadis diriwayatkan Abu Hurairah yang berbunyi:

"Seorang perempuan masuk neraka karena ia membiarkan kucing betina kecil kehausan.”

Ketika mendengar riwayat itu, Aisyah berkomentar pada Abu Hurairah:

"Apakah iya, Allah akan menghukum seseorang karena seekor kucing? Wahai Abu Hurairah, lain kali jika meriwayatkan hadis Nabi, berhati-hatilah,” kata Aisyah sebagaimana dikutip dari buku Women and Islam: An Historical and Theological Enquiry (1991) yang ditulis Fatima Mernissi.

Saking cerdasnya, bahkan sahabat-sahabat Nabi SAW mengakui otoritas Aisyah dalam mengomentari pelbagai disiplin ilmu di masa itu.

"Aku tidak pernah melihat perempuan yang lebih cerdas dalam bidang kedokteran, fiqih, dan syair selain Sayyidah Aisyah RA," ujar Urwah bin Zubair.

Setelah hidup selama 63 tahun, Aisyah wafat pada Senin malam, 17 Ramadan 58 Hijriah atau 13 Juli 678 Masehi.

Ia dikebumikan di pemakaman Baqi' dan jenazahnya diimami Abu Hurairah dan Marwan bin Hakam, yang saat itu adalah Gubernur Madinah.

Baca juga artikel terkait AISYAH BINTI ABU BAKAR atau tulisan lainnya dari Abdul Hadi

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Abdul Hadi
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Dhita Koesno