Menuju konten utama
Piala Dunia

Kilas Balik Piala Dunia 1978: Argentina Juara Belanda Gagal Lagi

Berikut ini kilas balik Piala Dunia 1978 dan sejarah Argentina meraih gelar pertama World Cup setelah mengalahkan Belanda.

Kilas Balik Piala Dunia 1978: Argentina Juara Belanda Gagal Lagi
Pemain tim sepak bola Argentina merayakan setelah memenangkan Piala Dunia di Buenos Aires, Argentina, pada 25 Juni 1978. Argentina mengalahkan Belanda 3-1 setelah perpanjangan waktu di Final Piala Dunia untuk memenangkan Piala Dunia. (AP Photo/Carlo Fumagalli)

tirto.id - Argentina menorehkan tinta emas dalam sejarah sepak bola setelah memenangkan Piala Dunia 1978 di rumah sendiri. Di partai puncak, La Albiceleste menundukkan Belanda, tim yang sudah 2 kali beruntun mencapai final. Sayangnya, keberhasilan Argentina itu dicederai oleh rentetan kejadian kontroversial selama kompetisi.

Pemilihan Argentina sebagai tuan rumah penyelenggara sudah dilakukan sejak 12 tahun sebelumnya, tepatnya pada 6 Juli 1966 di London, Inggris. Penunjukkan Argentina sebagai host tidak menimbulkan masalah sampai pada 1976 terjadi kudeta militer.

Jorge Rafael Videla, yang saat itu menjabat sebagai Komandan Umum Angkatan Darat, memaksa Presiden Isabel Peron turun dari tahta kekuasaannya. Kudeta militer itu diiringi dengan upaya "penghilangan paksa" terhadap lawan-lawan politik Videla.

Peristiwa yang disebut "Perang Kotor" tersebut tidak terjadi dalam waktu singkat. Videla beserta junta-nya melakukan penculikan dan pembunuhan secara terus-menerus sejak 1976 hingga 1983.

Saat itu, nama baik Argentina tercoreng di publik internasional. Kelompok-kelompok seperti Mother of the Plaza de Mayo kian gencar mengutarakan protes.

Dunia sepak bola pun terkena imbasnya. Namun, apa daya, Negeri Tango sudah terlanjur terpilih sebagai host Piala Dunia 1978.

Beberapa negara calon peserta Piala Dunia saat itu sebenarnya sudah gencar melakukan boikot. Salah satunya adalah Belanda. Bahkan, Pemain Terbaik Eropa 1978 Johan Cruyff menegaskan bahwa dirinya menolak ambil bagian dalam turnamen itu.

Namun, Jorge Rafael Videla enggan menanggung malu. Sang diktator pun menyerukan bahwa tidak akan ada pertumpahan darah selama kompetisi berlangsung. Piala Dunia 1978 dijadikannya sebagai alat pengalihan isu di tengah gonjang-ganjing yang terjadi di negaranya.

Pencapaian Argentina yang Kontroversial

Piala Dunia 1978 merupakan edisi ke-11. Format yang dipakai adalah sistem 2 kali penyisihan grup. Fase grup pertama diisi oleh 16 tim yang terbagi ke dalam 4 grup. Masing-masing juara grup dan runner-up berhak lolos ke babak 8 besar.

Di penyisihan grup pertama Argentina berhasil finis sebagai runner-up Grup 1, di bawah Italia. Mario Kempes dan kawan-kawan meraih 4 poin dari 3 pertandingan. Berkat hasil itu, Argentina berhak lolos ke babak 8 besar.

Babak perempat final ini masih menerapkan sistem penyisihan grup. Sebanyak 8 tim yang berhasil lolos akan terbagi ke dalam 2 grup, dengan anggota masing-masing 4.

La Albiceleste tergabung dalam Grup B bersama tim-tim kuat seperti Polandia, Brasil, dan Peru. Di fase ini, hanya juara grup yang akan melaju ke babak final, sementara tim runner up akan memperebutkan posisi di tempat ke-3.

Mengutip laporan BBC, beragam kontroversi mulai terjadi di babak perempat final ini, terutama dalam laga yang melibatkan tuan rumah. Pasalnya, untuk bisa melaju ke final, Argentina harus menjadi juara grup.

Di laga pertama, Argentina berhasil mengalahkan Polandia dengan skor 2-0 melalui dwigol yang dicetak oleh Mario Kempes. Akan tetapi, La Albiceleste hanya bisa bermain imbang 0-0 menghadapi Brasil pada matchday ke-2. Hasil itu membuat Brasil lebih diuntungkan secara matematis, sebab di laga pertama mereka sukses menghantam Peru 3-0.

Laga pemungkas Grup B menjadi kunci penentu. Argentina akan berhadapan dengan Peru sedangkan Brasil dijadwalkan bertemu Polandia.

Brasil bermain lebih dulu menghadapi Polandia. Laga di Estadio Ciudad de Mendoza itu pun berakhir dengan skor 1-3 untuk kemenangan Selecao.

Kemenangan yang diraih Brasil itu membuat Argentina ketar ketir. Mereka harus menang minimal dengan selisih lebih dari 4 gol. Namun tanpa disangka, mereka berhasil melakukannya. Mario Kempes dan kolega menghajar Peru 6 gol tanpa balas.

Banyak orang menyebut bahwa kemenangan itu adalah hasil dari "pengaturan skor". Fakta bahwa kiper Peru, Ramon Quiroga, lahir di Argentina semakin memperkuat desas-desus tersebut.

Terlepas dari itu, Argentina pun tetap melenggang ke partai final berkat keberhasilannya memimpin klasemen Grup A. Mario Kempes dan kolega memiliki poin sama dengan Brasil yakni 5, tetapi unggul produktivitas gol.

Kegagalan Belanda Menjadi Juara Dalam Dua Edisi Beruntun

Peristiwa ganjil tidak berhenti, meskipun Argentina sudah berhasil lolos ke babak final. Sebelum partai puncak antara Argentina vs Belanda berlangsung, panitia penyelenggara tiba-tiba mengganti wasit pertandingan tanpa alasan yang jelas. Rencana semula, laga itu bakal dipimpin oleh wasit asal Israel, Abraham Klein.

Namun, kebijakan pihak penyelenggara membuat Klein terpaksa dipindah untuk memimpin laga perebutan peringkat 3 antara Brasil vs Italia. Sementara itu, duel Argentina vs Belanda dipimpin oleh wasit Sergio Gonella, asal Italia.

Laga final pun digelar. Argentina berhasil unggul lebih dulu melalui gol Mario Kempes pada menit ke-38. Akan tetapi, penyerang Belanda Dick Nanninga berhasil menyamakan kedudukan, 8 menit sebelum waktu normal usai. Gol itu pun menunda pesta kemenangan tuan rumah dan memaksa laga berlanjut ke perpanjangan waktu.

Sayangnya, Belanda gagal mencetak comeback. Di sisi lain, tuan rumah justru semakin garang. Pada menit 105, Mario Kempes lagi-lagi membuat Argentina unggul 2-1. Kemenangan La Albiceleste akhirnya disempurnakan oleh gol Daniel Bertoni, 5 menit sebelum peluit panjang berbunyi.

Skor telak 3-1 itu sekaligus memastikan Argentina memboyong gelar juara Piala Dunia untuk pertama kali di negaranya sendiri.

Argentina pun tercatat sebagai negara ke-6 yang berhasil menjuarai Piala Dunia setelah Uruguay, Italia, Jerman Barat, Brasil, dan Inggris. Sementara itu, Belanda untuk kedua kalinya secara beruntun gagal meraih trofi. Pada edisi sebelumnya, Piala Dunia 1974, Die Oranje dikalahkan Jerman Barat di partai final, dengan skor 2-1.

Hingga saat ini, Tim Oranye masih belum sekali pun mampu merengkuh gelar juara Piala Dunia. Pada edisi 2010, Tim Oranye yang perkuat oleh nama-nama tenar seperti Arjen Robben dan Giovanni van Bronckhorst sempat diberkati harapan menjadi juara. Tapi sayang, semua itu pupus setelah mereka kalah 1-0 dari Spanyol, lewat gol tunggal Andres Iniesta.

Rangkuman Piala Dunia 1978, Tim Peserta, dan Top Skor

Berikut ini merupakan rangkuman hasil Piala Dunia 1978 yang dimenangkan tim nasional Argentina.

1. Daftar Juara Piala Dunia 1978

Juara: Argentina

Runner-up: Belanda

Tempat ketiga: Brasil

Tempat keempat: Italia

2. Peserta Piala Dunia 1978

Argentina,

Jerman Barat,

Belanda,

Brasil,

Italia,

Swedia,

Meksiko,

Peru,

Hongaria,

Polandia,

Skotlandia,

Spanyol,

Austria,

Prancis,

Iran,

Tunisia.

3. Top Skor Piala Dunia 1978:

6 gol: Mario Kempes (Argentina)

5 gol: Teofilo Cubillas (Peru)

5 gol: Rob Rensenbrink (Belanda)

4 gol: Leopoldo Luque (Argentina)

4. Final Match Piala Dunia 1978:

Perebutan Tempat Ketiga:

24/6/2022: Brasil vs Italia 2-1 (Nelinho 64'; Dirceu 71' | Causio 38')

Final:

25/6/1978: Argentina vs Belanda 3-1 (Mario Kempes 38', 105'; Bertoni 115' | Nanninga 82')

Baca juga artikel terkait SEPAK BOLA atau tulisan lainnya dari Permadi Suntama

tirto.id - Olahraga
Kontributor: Permadi Suntama
Penulis: Permadi Suntama
Editor: Muhammad Fadli Nasrudin Alkof